TMPT - 3

Lana tidak berencana pingsan sepanjang hari demi menghindari acara pernikahannya sendiri, tapi itu bukan salahnya kalau memang semua terjadi.

Ketika Lana bangun, ternyata tahu-tahu semua acara sudah selesai dan Lana berbaring di atas tempat tidur pengantin. Kepala Lana pusing tidur sepanjang hari dengan sanggul berat, tapi yang membuatnya lebih pusing adalah ia langsung menghadapi malam pertama.

Sial, sial, sial! Ini malah seperti keluar dari kandang singa lalu masuk ke mulut buaya.

"Oya, udah bangun ternyata," kata seseorang.

Lana berjengit kaget akan kemunculan Raul dari jendela.

Pria sialan yang membisikkan hal menjijikan pada Lana sampai ia pingsan itu, sekarang malah manjat lewat jendela dan masuk ke kamar pengantin Lana.

Dia tertawa melihat ekspresi Lana. Seperti bocah yang melihat sebuah mainan bergerak menarik bagi matanya.

"Kamu—"

"Enggak usah takut. Papa udah tidur di luar." Raul menjatuhkan diri di tempat tidur. Duduk memandangi Lana. "Malam pertamanya batal, Mamah Baru."

Lana mendadak mual pada panggilan itu. Ia tak bisa menepis rasa gatal menjijikan dari tubuhnya setiap kali memikirkan harus jadi istri pria tua.

Jelas saja, Raul yang menyaksikan ekspresi Lana terus-menerus jadi bisa menangkap jelas betapa jijik dia pada pernikahan ini.

Raul tertawa dibuatnya. Sempat ia berpikir kalau Lana setidaknya pandai berakting menyukai Papa, karena mereka sampai melangsungkan pernikahan.

Tapi ternyata dia benar-benar tidak bisa.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Lana waspada, setelah mendapat semua kesadarannya lagi. "Kalo ada yang tau kamu masuk kamar saya, orang bisa salah paham."

"Kalo salah paham, bakal apa?" balas Raul justru tersenyum main-main.

Lana terkejut akan sikap itu, tapi yang lebih mengejutkan adalah ucapan Raul selanjutnya.

"Kalo kamu diperkosa di sini, sama anak Papa, kira-kira kamu nikahnya sama aku bukan Papa?"

Apa yang orang sinting ini bicarakan? Itu yang terlihat di wajah Lana hingga Raul tertawa.

"Becanda, becanda. Serius amat, sih? Santuy dong."

Siapa yang bisa santai jika setiap saat orang bisa memergoki mereka?! Lalu, siapa yang bisa santai kalau otaknya dipenuhi ketakutan akan malam pertama bersama pria mesum?

Ugh. Lana ingin muntah lagi.

"Mama Baru, gimana kalo—"

"Lana." Gadis itu melotot dengan wajah setengah gelisah dan takut. "Nama saya Lana. Saya bukan Mama kamu."

Raul mengangkat alisnya tinggi-tinggi tapi sejurus kemudian tersenyum. "Oke, Lana. Jadi, La-na, kamu enggak mau ngabisin waktu sama Papa, kan?"

Mulut Lana terkunci tak bisa menjawab, sebab ia takut dan tidak tahu apa niat anak ini.

"Aku bisa bantuin kamu biar enggak perlu ngelayanin Papa."

"Gimana?!" Tanpa sadar, Lana meresponsnya sangat cepat.

Tak dapat dibendung keinginan dalam diri Lana untuk menjauh dari pria menjijikan itu. Kalau perlu seumur hidup jangan pernah bertemu lagi.

"Gimana, yah?" Raul tertawa-tawa penuh kesan bermain-main. "Bisa sih bisa, cuma ... enggak mungkin bantuin doang, kan?"

"Plis." Lana menangkup tangannya di depan dadanya, mulai menangis oleh rasa tak sanggup menerima. "Plis. Apa aja saya lakuin asal enggak sama Papa kamu. Plis."

"Apa aja?"

"Apa aja, plis. Plis, Raul."

Sudut bibir Raul berkedut mendengar namanya disebut oleh bibir itu.

Pria muda itu mendekatkan wajahnya pada Lana. Menatap bagaimana gadis muda tersebut menangis karena tak bisa menerima suaminya yang menjijikan.

Lucu sekali. Sekalipun wanita adalah makhluk matrealistis, tapi sepertinya ada yang tak bisa benar-benar memaksakan diri demi uang.

Raul penasaran kenapa dia tetap terima padahal dia sangat tidak mau.

"Yaudah." Raul tersenyum lebar. "Aku bantuin."

Lana langsung berbinar. "Kamu serius, kan? Serius?"

"Serius." Raul menyipitkan mata dan Lana mungkin tidak menyadari kegilaan apa yang tengah anak itu pikirkan. "Gantinya Lana dengerin aku, oke? Apa pun yang aku minta, Lana mesti lakuin. Apa pun."

Gadis itu mengangguk tanpa tahu apa pun.

"Kalo gitu," Raul mengulurkan tangan ke wajahnya.

Dia sempat terlihat tegang, tapi saat pipinya ditarik ke dua sisi berbeda, ekspresi Lana menjadi cengo.

"Panggil lagi," ucap pria muda itu, "nama aku."

"Hah?"

"Buruan."

".... Raul?"

Manis. Manis sekali, boneka mainan barunya.

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!