Sebenarnya, Lana sudah mau mengatakan ini sejak awal. Cara Raul naik motor itu membuatnya takut. Dia benar-benar tidak tahu cara santai bahkan sekalipun kendaraan sedang ramai. Terlebih, motornya Raul tinggi.
Setiap kali dia berbelok, Lana merasa mereka akan terlempar ke aspal. Walau pada akhirnya mereka sampai juga ke kampusnya Raul.
Perlahan Lana turun dari motor. Tapi rasa ngeri masih tersisa dalam dirinya sampai Lana justru terhuyung, jatuh terduduk.
"Lana." Raul buru-buru turun, melepaskan helmnya sebelum berjongkok. Tangannya meraih Lana, merasakan gemetar di tangan gadis itu.
"Maaf." Lana meringis malu. "Aku cuma—"
Ucapan Lana justru terhenti sendiri ketika ia mendongak, melihat Raul tersenyum. Dia kebanyakan memang selalu tersenyum, tapi tatapan Raul sekarang seperti dia menikmati sesuatu yang sangat menyenangkan.
Jangan bilang dia suka Lana terjatuh?!
"Lana lemah banget, sih." Raul mengusap-usap kepalanya dan tertawa kecil. "Maaf yah aku naik motornya ugal-ugalan. Udah kebiasaan. Aku yang salah jadi Lana enggak perlu minta maaf."
Haruskah Lana merasa lega karena Raul tidak marah atau justru menggigil takut karena nampaknya Raul malah senang?
Orang yang menamai anjing pemburu dengan nama Bombom memang tidak normal.
"Nah, pegang tangan aku."
Lana mau berdiri sendiri saja karena tidak seperti ia sampai harus dibantu, namun Raul pasti akan marah. Tangannya memegang tangan Raul, dibantu berdiri seolah Lana patah tulang.
Baru saja Lana mau membersihkan debu dari bajunya, Raul menggantikan Lana, menyingkirkan debu itu.
"Ah, bajunya Lana jadi kotor. Nanti kita mampir beli baju sekalian, yah."
"Enggak pa-pa, kok." Lana yakin debu di sana tidak sekotor itu. "Nanti bisa dicuci—"
"Enggak boleh dong." Raul meraih sejumput rambut Lana dan tersenyum membelainya. "Lana enggak boleh kotor."
Rasanya seolah dia berkata 'boneka'nya tidak boleh kotor. Lana memutuskan diam saja, mengangguk daripada semakin terlibat. Harusnya tadi ia tidak memikirkan kuliah. Hanya karena satu pikiran, sekarang ia harus berada di sini dan melihat Raul.
"Sekarang Lana pake ini dulu." Raul memasangkan jaketnya pada Lana. "Ayok. Kita jalan-jalan."
*
Lana berdiri diam memandang pemandangan kampus Raul yang begitu luas. Sangat luas sampai rasanya sekolah Lana dulu itu bisa ditertawakan oleh keluasan tempat ini.
Banyak bangunan dan banyak orang. Banyak pula orang berpakaian bagus seperti Raul seolah mereka artis dan beberapa perempuan terlihat sangat cantik.
Sementara itu, Raul hanya sesekali melirik wajah Lana. Sekarang dia terlihat seperti anak kecil yang baru pertama kaki melihat Disneyland. Padahal yang dia lihat itu sekumpulan manusia yang terpaksa datang ke tempat ini, tanpa tujuan besar sama sekali.
Bagi Lana, tempat membosankan ini justru impian. Lucu sekali.
"Lana, mau nyobain makanan kantin enggak? Di kantin ada batagor enak banget, loh."
"Mau."
Menyogok Lana dengan makanan memang tidak pernah gagal. Raul langsung menuntunnya pergi ke kantin fakultas.
"Kebetulan." Raul melepaskan tangannya dari Lana. "Di sana ada temen-temen aku. Lana enggak keberatan kan gabung?"
".... Iya."
Sepertinya dia keberatan tapi takut berkata jujur. Raul pura-pura tidak tahu, memegang sepiring batagor untuk Lana sambil mendekati meja teman-temannya.
Begitu melihat Raul, mereka langsung menyapa. Lalu mempertanyakan siapa Lana.
"Baru juga masuk udah lo embat aja maba imut gini."
Raul tertawa. Meletakkan makanan Lana di meja sebelum ia menuntun gadis itu duduk. "Bukan maba. Ini ... siapa yah? Lana siapanya aku yah?"
"Eh?" Muka Lana pucat mendengar pertanyaan itu.
Acuh tak acuh Raul duduk, mengusap-usap kepala Lana. "Enggak penting siapa yah? Soalnya Lana ya Lana."
Perasaan Lana semakin buruk ketika melihat sikap teman-teman Raul biasa saja. Seolah mereka sudah terbiasa pada keanehan Raul ini. Jangan bilang Raul memang sudah sering melakukan ini pada perempuan? Dia memperlakukan mereka seperti kucing, seperti boneka, lalu setelah bosan, dia akan membuangnya?
Lana lebih pucat lagi saat tiba-tiba memikirkannya. Kalau begitu kapan Raul bosan? Kapan dia akan berhenti mempermainkan Lana? Kalau dia berhenti, itu kan sama saja Lana harus menjadi istri pria tua itu. Menjadi istri sesungguhnya yang dia bawa ke tempat tidur.
"Lana."
Tidak. Lana tidak mau!
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Mariani
ga ngerti aqu dengan jalan cerita nya thor.bingung
2023-10-26
1