TMPT - 11

Eksprssi Raul menjadi getir. Dia menunduk, menopang kepalanya dengan tangan sampai Lana jadi panik.

Tak ia sangka orang seperti Rual bisa bersedih. Tapi kalau dipikir-pikir, tentu saja dia bisa bersedih. Dia seorang manusia biasa.

"Raul."

Raul mendongak, tersenyum lemah menatap Lana. "Kamu mau denger ceritanya?" tanya dia lemah.

Spontan, tanpa berpikir panjang, Lana mengangguk. Membuat Raul tersenyum lega, memegangi tangan Lana di atas meja.

"Jadi ... ceritanya gini." Raul mengerutkan wajah muram. "Ada anak kuliahan suka banget sama seseorang."

Raul? Dia anak kuliahan jadi jelas itu dirinya, kan?

"Dia suka banget. Suka banget sama orang itu. Saking sukanya, dia rela ngelakuin apa pun buat orang yang dia suka. Bahkan dia beliin iPhone pas ulang tahunnya padahal dia cuma anak kuliahan."

Jadi begitu yah. Raul pernah menyukai seseorang sebesar itu.

"Waktu orang yang dia suka dimarahin sama bosnya padahal bosnya yang salah, si anak kuliahan belain dia habis-habisan. Sampe berhasil bikin saham perusahaan turun drastis."

Sampai seperti itu?!

"Tapi orang yang dia suka itu ternyata punya pacar. Padahal, pacarnya itu justru punya istri."

"Ya ampun." Lana menutup mulutnya terkejut. Tak menyangka Raul mengalami itu semua. Kalau begitu dia tidak dipilih padahal dia rela melakukan segalanya dan wanita itu malah mena selingkuhan suami orang?

"Tapi, Lana, si anak kuliahan enggak nyerah. Dia mau buktiin kalau dia jauh lebih berharga daripada orang mesum yang selingkuh."

Lana terbawa suasana dan mengangguk-angguk. Apalagi, ekspresi Raul begitu meyakinkan seolah dia mengingat kenangannya yang telah lama.

"Si anak kuliahan akhirnya ngehack kehidupan orang yang dia suka. Ah, Lana tahu hack? Simpelnya mata-mata. Dia masang kamera pengawas kecil di semua sudut kamar orang yang dia suka, cuma buat ngeliat dia."

Lana menelan ludah.

"Tapi, Lana," Raul gemetar seolah dia ingin menangis, "si anak kuliah justru dianggep penjahat. Justru diperlakuin sebagai orang jahat yang enggak tau diri. Padahal dia tulus. Tapi semua orang malah nuduh dia penjahat, jadiin dia penjahat."

Mata Lana berkaca-kaca. Ia tak tahu mana benar mana salah, hanya saja Lana terbawa perasaan akibat cediga Raul. Ia mengusap air mata di pipinya, merasa sangat kasihan Raul telah mengalami itu.

Pantas saja dia begini. Mungkin karena trauma masa lalu.

"Lana," Raul tersenyum sendu, "itu cerita filnya."

Eh?

Raul melepaskan tangan Lana dan tertawa terbahak-bahak. Dia memegangi kepalanya dan terus tertawa kencang. Kepalanya menggeleng-geleng, seakan-akan dia tidak percaya jika Lana mengira itu cerita aslinya.

Lana mematung kaku. Seketika itu berpikir kalau Raul bercerita tentang dirinya, kenapa dia harus berkata 'anak kuliahan'.

D-DASAR BAJINGAN SIALAN!

"Lana." Sambil menahan tawa pada wajah merah Lana, Raul berusaha bicara. "Itu serius. Itu cerita filmya."

Bodo amat! Itu yang mau Lana teriakkan tapi takut jika Raul marah, lalu menyuruhnya ke ruangan pria tua itu.

Pokoknya dia brengsekk! Raul brengsekk! Dasar badjingan tak berhati! Seharusnya dia tidak hidup! Seharusnya dia mati saja tersedak lalat!

Aaaakkkhhh!

"Hah." Dia menghela napas lega setelah puas tertawa lima menit lamanya. "Ceritanya bagus, kan? Lana sampe nangis."

Lana menyambar donat di meja dengan tangannya sendiri, memilih makan daripada murka.

"Jadi, Lana," Raul kembali berceloteh, "Tujhe Hasil Karunga itu artinya I Want You To Be Mine. Aku mau kamu jadi punyaku—cuma punyaku."

Lana tersentak. Matanya secara mendadak bergeser pada Raul, menatap sorot mata dia yang kali ini nampak seperti Raul sungguhan. Dia tersenyum seperti saat dia meminta Lana tersenyum.

Yang berarti kali ini dia tidak berbohong.

"Aku ingin membuatmu jadi milikku, tidak peduli dunia berkata apa," katanya. "Aku ingin menulis takdirmu, tidak peduli Tuhan berkata apa."

Dia mengucapkan arti liriknya tapi sangat amat serius menatap mata Lana.

"Kebahagiaanmu, kesedihanmu, dirimu, penting bagiku."

Tangan Raul bergerak mengusap cokelat di bibir Lana.

"Tanpa kamu, aku menolak hidup."

Dia memejam tanpa melepaskan tangan dari bibir Lana.

"Rasa sakit ini, nyeri ini, adalah cintaku."

Senyum Raul merekah sempurna saat menarik tangannya.

"Itu arti lagunya, Lana."

Lana bodoh, sangat bodoh bagi Raul. Namun Lana tahu mereka tidak sedang membicarakan arti lagu.

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!