Lana menjalani hidupnya sebagai 'peliharaan' Raul sekaligus pembantu rumah tangga. Tapi sungguh Tuhan yang ada di atas sana, Lana sedikitpun tidak mengeluh.
Ia baik-baik saja jadi pembantu alih-alih istri jadi terima kasih banyak. Karena sekalipun diperlakukan seperti hewan oleh Raul, dia tidak pernah membentak Lana. Hanya, Lana sangat hati-hati sebab Raul gampang bosan.
Terakhir kali dia mengancam Lana dengan anjingnya yang super menakutkan.
"Lana, ini namanya Bombom." Begitu kata Raul sambil memamerkan anjingnya.
Pada saat itu, Lana berpikir bahwa Raul punya selera aneh dalam berbagai hal. Bombom untuk nama anjing yang biasa dipakai polisi itu?
Jelas, Lana tidak berkata jujur.
"Bombom itu penurut," kata Raul. "Tapi," sambil tangannya membelai Bombom, "dia kadang suka gigit kucing, jadi mesti hati-hati."
Kucing itu adalah Lana. Lalu hari ini ....
"Huaaaaaaaa!" Raul menguap sebelum menjatuhkan kepalanya ke paha Lana. "Lana, tau enggak sih hari ini ada upacara penerimaan mahasiswa baru. Terus, aku malah diajak ikut kegiatan ospek. Haaaaah, bosen banget enggak, sih?"
Lana justru penasaran seperti apa acaranya.
Sejujurnya, Lana sangat ingin kuliah sekalipun ia tak tahu mau menjadi apa. Mungkin alasan terbesarnya adalah karena Lana takut menikah, tapi juga karena Lana penasaran melihat hal-hal selain keseharian membosankan.
Rasanya bagaimana yah bebas berjalan di mana saja, berteman dengan siapa saja?
"Lana?"
Lamunan Lana terpecah seketika. "Ya?"
Raul memicing. "Lana mikirin apa?"
Buru-buru Lana menggeleng.
"Masa sih enggak ada? Atau Lana enggak mau ngasih tau?"
"Bukan—"
"Ngomong." Wajah Raul berubah dingin.
Kini Lana terbiasa menyebut itu dalam pikirannya 'Black Raul'. Karena jauh berbeda dari sisi 'White Raul' yang suka tersenyum manis, sisi gelapnya nampak sangat sulit disentuh.
Lana meremas tangannya satu sama lain, bingung. Jika ia bilang penasaran terhadap dunia perkuliahan yang Raul sebut membosankan, pasti dia marah, kan?
Tapi kalau Lana bilang tidak, dia pasti bakal memaksa Lana untuk bicara. Lalu mungkin dia akan memanggil anjingnya, Bombom, untuk menggigit Lana karena tidak patuh.
"A-aku cuma ... cuma ... cuma kepikiran."
"...."
"Kuliah ... rasanya gimana," ucap Lana lagi, melengkapi.
"Kuliah?" Black Raul berganti lagi menjadi White Raul. "Hmmm, Lana kepo soal kuliah yah. Tapi kalo dipikir-pikir, umur Lana berapa?"
"D-delapan belas."
"Hmmmm, muda juga."
"Kamu umur berapa?" Lana tak sengaja bertanya karena selama ini juga tidak tahu.
Tapi karena Raul masih kuliah, berarti masih sekitaran dua puluh tahun, kan?
"Dua tiga." Raul mengedipkan sebelah mata saat kini duduk tegak di samping Lana. "Harusnya sih umur segini aku udah enggak wisuda, atau kuliah S2. Tapi waktu SD, SMP, SMA aku pernah enggak naik kelas sekali. Jadi akhirnya malah begini."
Lalu dia tertawa seolah dia tidak menyesal sudah melakukan kesalahan besar sampai tidak naik kelas.
"Ngomong-ngomong," Raul beranjak, lalu mengulurkan tangan pada Lana, "ayok."
"Eh?"
"Lana mau liat dunia kuliah gimana, kan? Ayok, aku ajak Lana ke kampus."
"Eh? Enggak boleh!" Lana spontan berseru. "Nanti kamu dimarahin kalo bawa orang luar ke sekolah."
Raul mengerjap cengo sebelum tiba-tiba dia terbahak. Lagi-lagi dia menertawakan Lana seolah tak menyangka ada makhluk sebodoh ini.
"Lana Sayang, ini tuh bukan SD, oke? Dosen enggak ada urusan mau orang luar masuk kek orang dalam keluar kek. Enggak ada urusan, Manis."
Pipi Lana memerah mendengar ucapan Raul.
Ta-tapi kan seharusnya dilarang! Bukankah kalau orang asing masuk ke lingkungan sekolah termasuk kampus maka orang-orang di dalamnya akan terganggu?
"Imutnya Lana." Raul mengusap-usap kepala Lana seperti mengusap kepala kucing. "Lana masih kecil makanya belum ngerti apa-apa. Mending sekarang Lana ikut aku. Di depan kampus ada yang jualan jajanan, enak banget loh."
Lana langsung berdiri, terpikat pada kata jajanan.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments