"Berhubung aku lagi baik, ya udah traktir pilih aja mau makan apa nanti aku yang bayar, tapi ada imbalannya yah." Doni menaik turunkan alisnya.
"Ck, masih aja cari kesempatan. Buruan imbalannya apaan?" tanya Gatot dengan ketus, padahal Doni sudah super baik, tapi tetap dia jutek terus.
"Antar aku sampai rumah, asli udah malam tubuh juga rasanya cape banget kalau nyetir sendiri kayaknya nggak kuat deh." Doni pun mulai melancarkan aksinya, agar Gatot nantinya kerja lagi dengan dirinya. Melihat Gatot yang galak dan juga unik membuat Doni benar-benar makin terpincut dengan gadis berotot itu.
Tatapan mata Gatot langsung tertuju pada Doni yang sedang tersenyum dengan manis. Senyum yang sangat khas, yang selalu berhasil bikin Gatot kesal dan marah terus.
"Gimana ceritanya, kamu minta aku anterin kamu sampai rumah. Terus nanti aku pulangnya sendirian naik kendaraan umum. Jangan gila kamu. Aku itu cewek nanti kalau ada apa-apa bagaimana? Biar badan kaya gini aku juga cewek kalau ada laki-laki yang perkos@ aku gimana? Masa bebas dari kandang buaya masuk kandang singa," balas Gatot dengan nada ngegas.
"Ya bukan gitu konsepnya, kamu kan bisa tidur di rumah aku dulu. lagi pula bukanya kamu bakal kerja sama aku kan?"
"Lah kok jadi aneh-aneh aja. Enggak-enggak nanti aku diapa apain lagi sama kamu." Tolak Gatot dengan tegas, jadi intinya dia mending kelaparan dari pada harus nginap di rumah Doni. Bisa saja dia sedang merencanakan sesuatu.
"Dan soal kerjaan sejak kapan aku minta dipekerjakan lagi sama kamu?" tanya Gatot, karena gadis berotot itu tidak merasa melamar pekerjaan pada Doni, baik secara ucapan atau dengan lamaran resmi.
"Yeh, kamu jangan salah sangka dulu. Di rumah aku ada Momy, dan juga ada asisten rumah tangga. Kamu juga tidur ada kamar sendiri, tapi kalau kamu mau tidur dengan aku, kayaknya tidak masalah. Kamu tinggal ketuk kamar aku aja, nanti aku akan bukakan pintu untu kamu," kelakar Doni, yang langsung membuat Gatot bertanduk padahal Doni juga hanya bercanda tapi Gatot langsung menunjukkan wajah tidak sukanya.
"Dan kalau soal kerjaan, aku hanya kasihan pada kamu, kalau kamu tidak punya kerjaan yang gajihnya memadai bagaimana kamu bisa lunasi hutang kamu yang banyak itu dalam waktu satu tahun. Apa jangan-jangan kamu memang sengaja ingin tidak bisa melunasi hutang-hutang kamu, dan kamu mau menikah dengan aku?" Doni kembali membuat Gatot kesal.
"Berapa gaji yang kamu tawarkan?" tanya Gatot dengan nada yang menantang.
Mendengar pertanyaan gadis di sampingnya Doni hanya tersenyum masam. Sembari mengangguk angguk ingin tertawa ngakak, tapi juga takut nanti di sangka terlalu sombong.
"Kenapa senyum-senyum seperti itu, ada yang lucu?" tanya Gatot dengan ketus.
"Tidak lucu, memang tertawa nggak boleh. Kalau aku tanya balik kamu mau digajih berapa? Berapa uang gajih yang ingin kamu minta?" Bukanya menjawab Jati justru melemparkan pertanyaan balik pada Gatot.
"Kerjaan apa dulu yang kamu akan berikan untuk aku. Biar aku bisa sesuaikan dengan gajinya," balas Gatot, mungkin dia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menaikan gajinya. Apalagi yang Gatot lihat tentu seorang dokter spesialis dan pemilik perusahaan yang cukup memiliki nama yang besar pasti uang yang dimiliki Doni banyak banget.
"Sepertinya untuk jadi sopir kamu masuk. Apalagi aku belum punya supir pribadi," tawar Doni tanpa harus berpikir lama.
Gatot bergeming, tidak langsung menjawab, tetapi ia sedang berpikir apakah kerjaan sopir akan dia ambil atau tidak. Meskipun sebenarnya kerjaan sopir juga gampang hanya mengantar bos ke sana ke mari. Tapi resikonya juga cukup besar. Tidak hanya itu saja yang berhasil membuat Gatot pusing berpikir. Ia juga sedang mencoba berpikir berapa kira-kira gajih yang akan dia minta selama kerja dengan Doni.
"Tergantung gajinya yah kalau sepuluh juta ayo aja," balas Gatot, buat wanita itu gajih sepuluh juta sebagai sopir sudah besar dua kali lipat, sehingga ia bisa menabung untuk mencicil hutang-hutang pada Daoni.
"Ok deal." Tanpa berpikir Doni langsung menyanggupi permintaan gajih Gatot.
Sontak Gatot langsung tercengang. Gimana bisa dia langsung menyanggupi apa yang Gatot minta. Uang sepuluh juta tentu banyak tapi main deal aja.
"Apa kamu tidak harus berpikir dulu?" tanya Gatot dengan suara yang setengah terbata. "Uang sepuluh juta itu banyak loh. Kamu harusnya pikir dulu. Ajukan tawaran untuk aku berpikir. Atau bagaimana kek, kenapa harus langsung di terima sih," protes Gatot. Ia malah jadi yang panik ketika Doni yang langsung menerima tawaran gaji dari dirinya.
"Kamu mau gaji sepuluh juta kan, dan aku sanggup bayar kamu gaji sepuluh juta kenapa jadi kamu yang heboh. Kenapa kamu yang takut. Aku akan bayar kamu sesuai nominal yang kamu tawarkan jadi jangan takut," balas Doni, ya iya lah dia bayar sepuluh juta tidak masalah toh memang dia sultan, belum juga ia sedang merencanakan pendekatan jadi rasanya tentu tidak rugi dengan uang sepuluh juta yang dia keluarkan.
"Ya iya sih kamu mampu bayar aku dengan gaji segitu, tapi kok aku malah jadi takut sendiri yah. Padahal seharusnya aku senang dengan tawaran yang kamu tawarkan tapi aku justru takut." Gatot garuk garuk kepalanya takut malah mau kerja dengan gaji gede padahal sebelumnya ia membayangkan gajih sepuluh juta pasti akan sangat senang.
"Udah buruan, jalankan mobilnya tempat ini sudah tidak ada siapa-siapa. Cepat cari makan, aku juga kelaparan," titah Doni, dan berhasil membuat Gatot sadar kalau mereka memang terlalu lama ngobrol. Gadis berotot itu pun melihat ke belakang dan dia langsung membalikan badan melihat tempat di mana tadi dia sempat menghajar adiknya. Benar kata Doni, kalau teman-teman Jati dan tentu Jati juga sudah pada pergi. Bahkan motor Jati yang penyok pun sudah di bawa pergi oleh mereka semua.
"Kamu mau makan apa emang?" tanya Gatot sebelum menjalankan tugas pertamanya.
"Apa aja lah, kamu kan yang tahu tempat ini makanan yang enak apa," balas Doni, dia tahu tempat ini juga tidak, jadi lebih baik serahkan pada yang lebih paham tempat ini.
"Yeh biarpun aku tinggal di sini tapi aku tidak tahu makanan yang enak di tempat ini, aku hampir tidak pernah makan di luar. Maklum gajihku tidak sebanyak kamu," balas Gatot. Ia pun melajukan kendaraanya. Mungkin kalau sudah jalan ia akan nemu makanan yang enak.
"Sekarang sudah hampir jam sebelas mana ada makanan yang buka sampai jam segini, kecuali nasi goreng, nasi uduk, pecel lele, olahan sea food."
Mendengar Gatot bilang jam sebelas Doni pun langsung melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Benar kata Gatot kalau sekarang sudah pukul sebelas. Ia sampai lupa tidak memberi kabar pada sang Momy.
Ia pun langsung mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada sang Momy kalau dia malam ini akan pulang telat. Padahal Doni adalah laki-laki yang baik ia paling malam pulang kerja ya jam sepuluh ia tidak pernah nongkrong seperti orang lain. Sirkus kehidupannya ya cuma tidur bangun mandi makan kerja, kerja dan kerja, pulang lagi makan dan tidur lagi. Seperti itu saja setiap harinya sehingga kalau pulang telat kaya gini pasti sang momy akan mencemaskan nya. Takut terjadi sesuatu.
[Ya udah kalau masih ada urusan, tapi pulangnya jangan larut malam yah, jaga diri dan jangan lupa makan.] Itu adalah pesan balasan dari sang Momy, beruntung Doni karena memiliki momy yang sangat perhatian.
Bersambung....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments