Hari terus berganti, tanpa terasa sudah satu tahu Gatot tidak bekerja di perusahaan Bellamy Jaya. Doni pun sudah kaya anak ayam kehilangan induknya, cari Gatot ke sana ke mari tidak juga ketemu. Gadis berotot itu benar-benar hilang bak ditelan bumi. Doni sudah mencari keberadaan Gatot, tidak lain ia juga ingin meminta maaf pada Gatot, tidak ada maksud dari laki-laki itu untuk membuat Gatot marah dan resign, apalagi sampai kehilangan jejaknya. Seperti sekarang ini.
Doni juga sudah meminta bantuan orang-orang untuk mencari Gatot, tidak hanya itu ia juga datang ke alamat yang tertera di CV-nya, tetapi tidak juga ada yang tahu dengan nama Gatot, apalagi melihat wajahnya. Nomor ponsel Gatot yang teman-temannya berikan pun langsung tidak bisa dihubungi. Apa sebegitu marah Gatot sampai menghilang tanpa jejak dari Doni? Padahal Doni menganggap apa yang dia katakan masih tergolong ringan. Bukan bercanda yang sangat keterlaluan.
Satu tahun dijalani oleh Doni dengan sangat berat, terutama rasa bersalah pada Gatot. Dengan kata-katanya yang merendahkan Gatot. Berat, itu yang Doni rasakan selain dia yang ingin minta maaf karena ucapannya yang menyakiti Gatot.
Baru kali ini dirinya merasakan suka pada wanita, tapi justru wanita itu sangat unik. Tekanan dari momynya yang sudah menginginkan Doni menikah pun semakin membuat Doni serba salah. Apalagi momynya juga ingin menjodohkan Doni dengan wanita lain.
"Don, bagaimana dengan wanita yang ingin kamu kenalkan ke Momy? Ini sudah hampir satu tahun loh. Bukanya kemarin-kemarin kamu ngomong bakal perkenalkan wanita itu ke Momy tapi mana? Momy kan juga pengin nimang cucu?" tanya Iriana, pada putra satu-satunya.
Mendengar ucapan pertanyaan sang Momy, Doni pun langsung mengerutkan keningnya. Tanganya menggaruk kepala yang tiba-tiba terasa gatal.
"Nanti yah Mom, ceweknya lagi main petak umpet dulu. Pokoknya kalau sudah ketemu langsung dikenalin sama Momy," ucap Dony memberikan senyum terbaiknya. Yah, tujuanya agar sang Momy tidak tanya-tanya lagi mengenai calon istrinya yang justru malah menghilang.
"Maksud kamu main petak umpet apaan? Apa kamu jangan-jangan bohong yah. Padahal kamu nggak punya cewek yang kamu bilang waktu itu," tuduh Iriana. Sebagai seorang ibu ada rasa takut kalau anaknya justru terlibat dalam hubungan yang nggak jelas. Atau banyak orang menyebutnya kaum pelangi.
Apalagi jaman sekarang semakin aneh-aneh. Irian takut kalau Doni ikut terpengaruh dalam pergaulan yang semacam itu.
"Ada Momy, suwer deh ,asa Doni tega bohongin Momy, tapi memang cewek itu sedang ada kerjaan di luar kota dulu. Nanti pasti balik ke sini lagi dan Doni akan kenalkan sama Momy," balas Doni, mana mau sih dia dikatakan bohong. Orang serius ada cewek yang buat dia tidur nggak gelisah.
"Nanti? Sampai kapan Doni? Kamu harus cepat cari istri kalau kamu nggak bisa cari istri biar Momy carikan banyak teman-teman Momy yang punya anak wanita. Kamu bisa pilih masa cuma Momy yang belum punya cucu."
Deg! Doni langsung terkejut, kaget. Ketika Momynya mau menjodohkan dengan wanita lain. Mana bisa hati dan pikiranya hanya ada Mbak Gatot.
"Ya ampun Mom, kok tega sih jodohkan anaknya dengan cewek yang tidak dicintai. Sedangkan dalam hati Doni sudah ada cewek lain. Mana bisa. Lagian kalau pengi Cucu kan ada dua. Cucu istrinya Deon, dan juga cucu anaknya Deon. Momy tinggal pilih salah satu. Lagian Cucu sering bawa anaknya ke sini, jadi jangan lah jodohkan anaknya dengan yang belum kenal. Kasihan anak Momy yang sudah punya cewek idaman sendiri." Doni menggunakan jurus merayu.
"Makanya buruan cari cewek itu, pokoknya kalau belum kamu ketemu juga Momy bakal jodohkan kamu dengan cewek lain," ancam Iriana. Mungkin dengan ancaman itu Doni bakal gerak cepet buat cari calon istri.
"Iya Mom, iya. Doni bakal cari calon cewk itu deh."
*******
Di pinggiran kota Jakarta.
"Ayolah Mbak, lagian bukanya Mbak Gatot cuma temanin laki-laki itu untuk ngopi saja? Guntur sudah berjanji dengan Bos, kalau Mbak Gatot mau menemui Bos," rengek Guntur adik satu-satunya dari Gatot.
Gatot tidak langsung menjawab permintaan adiknya, Gatot berpikir dengan keras atas tawaran kerja dari adiknya itu. Saat ini usia Guntur adalah sembilan belas tahun, sudah satu tahun ini Guntur lulus Sekolah Menengah Teknik, dan sudah satu tahun juga Guntur bekerja disebuah pabrik.
Gajihnya lumayan besar, sekarang Guntur juga sudah bisa membantu keuangan keluarga. Sehingga sejak Gatot risign kerja ia hanya bekerja sebagai buruh pabrik garment, tapi sudah hampir satu bulan ini Gatot kembali tidak bekerja karena masa kontrak yang hanya satu tahun. Gadis berotot itu dihimbau untuk tetap di rumah, dengan jaminan katanya akan kembali di panggil kerja, tetapi rupanya itu hanya wacana saja buktinya sudah hampir satu bulan Gatot di rumah tidak ada juga panggilan kerja.
Ia yang sudah biasa kerja pun tidak betah kalau hanya berdiam diri, dan mintalah dicarikan kerja pada Guntur sang adik, dan sekarang Guntur memberikan pekerjaan, tetapi dengan syarat harus menemani bosnya minum kopi dulu, di mana menurut Guntur bosnya akan memberikan kerjaan pada Gatot tetapi dengan syarat ditemani minum kopi. Apakah itu masuk akal? sudah lebih dari dua belas tahun Gatot melalang buana dalam pekerjaan tapi baru kali ini dapat bos yang aneh.
"Kenapa harus bertemu dan nginum kopi sih Gun, kalau mau kasih kerjaan ya kasih aja kenapa harus minum kopi segala, ada-ada aja," protes Gatot, ia tidak langsung percaya begitu saja, meskipun yang ngomong adalah adiknya sendiri, yang ia biayai sekolah dari kelas enam SD. Gatot sebenarnya percaya dengan Guntur, tetapi hati kecilnya sulit menerima.
"Guntur juga nggak tahu lah Mbak, mungkin memang biar tahu Mbak itu pantasnya di letakan di bagian apa," jawab Guntur yang justru semakin membuat Gatot curiga.
"Bukanya kalau kaya gitu jauh lebih baik diminta datang ke perusahaannya dan melamar lalu interview, kenapa harus ada acara kopi darat?" Gatot mengacuhkan ucapan Guntur, bahkan ini adalah usaha Guntur yang ke dua kalinya mengajak Gatot untuk bertemu atasannya, dengan imbalan dapat kerjaan yang lebih baik lagi, dan tentu gaji yang lebih besar.
"Mbak ayolah hanya minum kopi ko, lagi pula mana mungkin bos Guntur bakal berbuat kurang ajar, lagian ketemuanya di tempat rame kok mana mungkin mau macam-macam. Bukanya Mbak Gatot juga punya ilmu bela diri dan bisa hajar langsung kalau bos Guntur macam-macam." Guntur seolah tidak kehabisan akal, laki-laki berusia sembilan belas tahun itu pun kembali meyakinkan kakaknya kalau apa yang dilakukan oleh bosnya hanya keperluan interview kerja, hanya dengan cara yang berbeda.
Mendengar ucapan Guntur yang ada benarnya, Gatot mencari ide kira-kira hal apa yang perlu ia waspadai agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi bosnya Guntur adalah laki-laki, sebagai wanita ia tentu takut bakal mendapatkan hal yang tidak ia inginkan.
Sebagai seorang wanita tentu Gatot ingin kalau apa yang jadi kesucianya hanya diserahkan pada suaminya kelak kalau ia sudah menemukan jodoh yang tepat.
"Coba kamu kasih tahu kira-kira Mbak akan bertemu di mana? Biar bisa pertimbangkan kira-kira Mbak akan datang atau tidak," ucap Gatot dengan mengulurkan tanganya, meminta alat di mana ia akan ketemuan dengan bos dari Guntur. Yah, pada akhirnya Gatot pun menyerah mungkin ini adalah waktu yang terbaik untuk gatot mencoba, apa salahnya mencoba dan tentu ia berharap kalau yang dikatan oleh Guntur adalah kebenaran, tidak ada bos jahat dan adik laknat.
Dengan senyum terkembang sempurna akhirnya Guntur pun memberikan alamat yang sudah diberikan oleh bosnya dari beberapa waktu yang lalu. Gatot pun langsung menyambar alamat yang Guntur berikan, dan membaca di mana ia nantinya akan berjanji dengan bosnya Guntur untuk minum kopi.
Tempat yang dipilih pun memang tidak terlalu tempat yang sepi. Meskipun Gatot sekarang tinggar dipinggiran kota Jakarta, tetapi ia tahu mana tempat nongkrong yang ada di pusat kota, tempat makan dan minum kopi yang cukup rame.
"Kamu yakin ini hanya minum kopi dan ngobrolin kerjaan aja? Mbak takut nanti malam macam-macam lagi," tanya Gatot sekali lagi ingin memastikan kalau yang Guntur katakan memang benar adanya.
"Ya Tuhan, Mbak kayaknya nggak percaya banget yah, tapi kalau orang lain yang ngomong aja langsung percaya," gerutu Guntur.
"Bukan nggak percaya Guntur, waspada tentu tetap boleh kan, emang ada salahnya apa kalau Mbak itu tanya sekali lagi untuk memastikan?"
"Iya-iya nggak salah kok, besok Mbak Gatot bisa datang ke cafe itu di jam delapan, nanti Guntur akan infokan juga pada Pak Bos." Wajah Guntur langsung terlihat sangat bahagia banget. Bahkan Gatot sampai bingung apa yang terjadi sebenarnya dengan adiknya.
Bersambung....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
turis asing
jangan2 ini om dokter?
2023-06-08
1
Ela Jutek
ati ati mbak, mencurigakan tuh tapi siapa ya🤔
2023-06-08
1