Jadi Penonton

Di jalan baru, tempat yang awalnya sedang ramai oleh anak muda yang tengah membuat konten untuk keperluan youtube, tiba-tiba menjadi tempat yang cukup menegangkan karena kedatangan Gatot. Mereka tidak berani melerai saat gadis berotot itu tengah meluapkan kemarahanya, sesak di dadanya membuat Gatot melakukan penganiyayaan pada adik kandungnya sendiri. Tidak perduli kalau nantinya Guntur akan melaporkan ke polisi. Yang ada dalam pikiran Gatot saat ini adalah ia ingin memberi pelajaran pada adiknya yang sudah keterlaluan. Tidak akan semarah ini andai Guntur tidak mulai duluan.

Dengan langkah tegas Gatot meninggalkan tepat tadi setelah membuat pelajaran yang menurut Gatot cukup membuat adiknya, babak belur.  Guntur mungkin bisa berpikir dua kali kedepanya sebelum menentukan sesuatu. Guntur sendiri masih terisak dengan memeluk motor kesayanganya. Setelah Gatot pergi baru teman-teman Guntur membantu laki-laki usia sembilan belas tahun tersebut untuk mendapatkan pertolongan.

Mereka ingin menyalahkan Guntur yang dengan berani menjual kakaknya sendiri ke laki-laki hidung belang. Teman-teman Guntur pun tentu membela Gatot, intinya tidak mungkin ada kebakaran, kalau Guntur tidak bermain api.

Pandangan Gatot mengarah pada Doni yang berdiri dengan santai di antara para penonton, mereka seolah sedang menonton dirinya yang sedang marah.

"Mau pulang gak?" Sudah jelas pertanyaan itu diarahkan pada Doni.

"Ya mau lah, ngapain juga di sini, kan tontonanya sudah selesai." Doni berjalan mengimbangi Gatot masuk ke dalam mobilnya. Gatot tidak menanggapi ocehan Doni yang bagi dirinya tentu tidak penting. Gatot sedang gak mood membalas candaan dari Doni.

Brugg!!! Aura-auranya kemarahan Mbak Gatot masih berlanjut sampai sekarang padahal yang punya mobil saja nutup pintu mobil pakai perasaan sedangka Gatot pake otot.

"Cuma mau ingetin kalau  mobil gue lecet bisa kena denda," ucap Doni dengan suara pelan.

Mendengar ucapan laki-laki yang duduk di sebelahnya Gatot pun langsung menatap tajam pada Doni.

"Tadi lihat kan, kalau aku lagi marah, adik sendiri aja dibuat bonyok apalagi kamu," ucap Gatot dengan nada bicara penuh penekanan.

"Galak banget cewek ini, tapi aku salut loh, Guntur nggak lawan meskipun aku tahu dia pasti bisa lawan kamu." Doni mengacungkan jempolnya untuk Guntur.

"Wajar lah dia diam saja, kan dia merasah bersalah kalau dia salah ngelawan itu namanya be9o," balas Gatot, dengan menyalakan mobilnya. Membiarkan adiknya diurus oleh teman-temanya.

"Ya makanya itu meskipun dia salah, tapi dia menunjukan rasa bersalahnya dengan tidak melawan apa yang kamu lakukan, padahal kalau dia mau tentu bisa melawan kamu tetapi dia memilih bonyok sama kakaknya."

"Kalau dia ngelawan aku tandaya anak benar-benar kualat, dan tidak tahu berterima kasih. Kalau bukan karena aku yang mengalah tidak melanjutkan sekolah tidak mungkin dia bisa seperti ini dari kelas enam SD aku yang biayai dia sekolah dan makan, sedangkan ibu jualan nasi uduk dan gorengan itu pun kalau tidak sakit, ibu bekerja hanya untuk bantu-bantu saja, selebihnya aku yang bekerja, tapi balasan dia malah kurang ajar. Kakak mana yang nggak marah dijual untuk melayani laki-laki bangkotan seperti Budi. Dan giliran nggak melayani laki-laki tua itu sekarang aku kelilit hutang melunasi ke kamu. Apes banget gue punya adik kaya dia,"  gumam Gatot.

"Ya udah sabar saja, siapa tau nanti Guntur tobat. Ngomong-ngomong lapar nggak?" tanya Doni, mode merayu nih ye.

"Lapar lah, nggak lihat tadi ngegebugin orang sampai bonyok jelas tenaganya terkuras. Kenapa mau traktir?" tanya balik Gatot. "Kalau traktir gak bakal aku tolak, tapi kalau patungan lebih baik nanti di rumah aja nyedu mie gelas," imbuh Gatot. Jelas itu hanya candaan belaka saja, nggak mungkin dia kenyang nyeduh mie gelas, kecuali kalau nyeduhnya langsung satu pack.

"Berhubung aku lagi baik, ya udah traktir pilih aja mau makan apa nanti aku yang bayar, tapi ada imbalanya yah." Doni menaik turunkan alisnya.

"Ck, masih aja cari kesempatan. Buruan imbalanya apaan?" tanya Gatot dengan ketus, padahal Doni sudah super baik, tapi tetap dia jutek terus.

"Antar aku sampai rumah, asli udah malam tubuh  juga rasanya cape banget kalau nyetir sendiri kayaknya nggak kuat deh." Doni pun mulai melancarkan aksinya, agar Gatot nantinya kerja lagi dengan dirinya. Melihat Gatot yang galak dan juga unik membuat Doni benar-benar makin terpincut dengan gadis berotot itu.

Jelas sekarang Doni harus hati-hati agar tidak membuat Gatot baperan lagi seperti dulu.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Ela Jutek

Ela Jutek

jan makan mie mulu mbak, sayang badan mu udah bagus gitu. pepet terus pak dokter😄😄

2023-06-19

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!