"Hutang? Berapa hutang adik saya?" tanya Gatot dengan nada bicara penuh emosi.
"Lima ratus juta."
Deg! Gatot kembali mengepalkan tangannya ingin rasanya saat ini juga menghajar adiknya, Guntur.
"Bagaimana apakan kamu sudah tahu apa alasan aku meminta kamu datang ke sini, dan itu karena adik kamu yang sangat kamu cintai dan banggakan telah menjual kamu untuk membeli motor sport yang di punya sekarang." Laki-laki itu terus memancing Gatot, hingga rasanya gadis berotot itu ingin menyobek-menyobek mulutnya.
Jelas kemarahan Gatot semakin naik, terlebih setelah tahu kalau adiknya menjual dirinya tidak lain dan tidak bukan adalah demi bisa membeli sebuah motor. Demi apa? Jelas demi gengsi yang dimiliki Guntur.
Gatot memang sudah tahu kebiasaan adiknya gabung dengan motovloger seperti itu, tetapi tidak kepikiran sama sekali oleh Gatot kalau Guntur mendapatkan uang untuk membeli motor baru adalah dengan cara menjual dirinya. Kakak yang sudah rela menyekolahkan dirinya dan biaya hidup Guntur sejak dulu lebih banyak ditanggung oleh Gatot.
Gatot sempat bertanya uang yang Guntur dapatkan untuk membeli motor yang ia tahu harganya tidak murah, dan adiknya berdalih ia mendapatkan uang dari Adsense Youtube yang ia dan teman-temanya buat, serta ia mendapatkan dukungan dari merek motor yang ia pakai dengan membeli setengah harta, tetapi baru kali ini Gatot tahu bahwa apa yang Guntur katakan semuanya adalah kebohongan.
Perusahaan mana yang mau memberikan harga motor setengah harga, Gatot tidak kepikiran sama sekali kalau adiknya berani berbuat seperti itu.
"Aku tidak mau bayar utang-utang adikku, bukannya dia yang berhutang jadi dia yang harus bayar," tolak Gatot dengan tegas.
Senyum merendahkan dapat Gatot lihat dari wajah laki-laki itu, sungguh sangat menjijikan untuk Gatot melihatnya juga, apalagi melayani layaknya suami. Bulu kuduknya langsung merinding, lebih serem rasanya dari pada melihat hantu.
"Berati kamu lebih suka ibu kamu yang melayani aku?" tanya laki-laki itu dengan senyum meremehkan.
"Maksud kamu apa?" tanya balik Gatot, yang sekarang ia tidak lagi berbicara dengan formal, terlalu sopan kalau Gatot berbicara dengan formal sedangkan laki-laki itu tidak pantas rasanya diajak bicara formal.
"Yah, ada dua pilihan yang diberikan oleh adik kamu yaitu kamu sendiri sebagai jaminan penebus hutang, atau justru ibu kamu yang akan membayar hutang adik kamu. Ibu kamu sudah menunggu di kamat hotel yang sudah aku siapkan, jadi kamu tinggal pilih lebih baik ibu kamu yang melakukanya atau justru kamu. Apa kamu tega ibu kamu yang sudah berumur melayani aku?" Laki-laki itu benar-benar menguji kesabaran Gatot.
Di bawah meja tangan Gatot sudah mengepal dengan kuat, tetapi ia mencoba menahan emosinya, ibunya saat ini juga sedang dalam kondisi bahaya ia harus hati-hati agar sang ibu tidak terluka sedikit pun. Ia ada masalah dengan Guntur, jadi ia sedang berpikir bagaimana caranya menghajar adiknya dan juga melindungi ibunya.
"Berikan waktu aku untuk berpikir," ucap Gatot dengan suara lirih. Yah, ia akan berpikir bagaimana ia bisa membebaskan sang ibu yang sedang dalam tahanan laki-laki itu, tetapi juga ia tidak harus membayar hutang-hutang Guntur dengan tubuhnya.
"Ok, aku berikan waktu lima belas menit untuk berpikir. Setidaknya kamu pikirkan ibu kamu kalau kamu menolak melayani aku." Laki-laki itu berbisik kembali dengan menunjukan gambar sang ibu yang sedang berada di kamar sebuah hotel. Sedangkan tadi Gatot pamitan dengan sang ibu masih berada di dalam rumah. Pikiran Gatot semakin tidak bisa berpikir jernih.
"Apa kalau aku mau melayani kamu, ibuku akan kalian bebaskan?" tanya Gatot dengan tatapan yang tajam, tidak perduli yang ada di hadapannya adalah orang penting ataupun orang kaya raya, tetapi asal dia tahu kalau Gatot bisa melakukan apapun untuk melindungi dirinya. Termasuk sekarang ini di dalam tas selempangnya sudah ada alat-alat yang ia sengaja bawa untuk melindungi dirinya dari kejahatan laki-laki itu.
Jadi sebenarnya Gatot tidak terlalu takut untuk membuat laki-laki itu masuk dalam perangkapnya, yang Gatot takut hanya satu yaitu sang ibu yang sedang laki-laki itu sandra.
"Tentu manis, kamu akan lihat ibu kamu aku bebaskan secara langsung."
"Berati aku akan masuk ke dalam kamar yang ibu aku sedang tunggu?" tanya Gatot memastikan lagi.
"Yah, kamu akan tahu kalau ibu kamu baik-baik saja, jadi pertimbangkan tawaran aku."
"Ok, kalau gitu aku akan ikut kamu, dan memastikan kalau ibu aku baik-baik saja, tapi ingat kalau kamu bohong aku tidak akan pernah segan-segan membuat pelajaran untuk kamu," ancam Gatot dengan tatapan yang tajam.
"Tenang Sayang, aku akan pastikan kalau kamu tidak akan merasa aku bohong, kalau begitu ikut aku." Laki-laki itu mengajak Gatot mengikutinya, dan Gatot pun tanpa pikir panjang mengikuti laki-laki tua itu berjalan masuk ke dalam hotel yang lokasinya bersebrangan dengan cafe yang menjadi tempat pertemuan mereka.
**********
Di meja yang tidak jauh dari Gatot dan laki-laki tua itu, sepasang mata sejak tadi mengawasi Gatot dan ingin sekali tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi jarak diantara mereka membuat penguntit itu tidak bisa mendengar apa yang Gatot dan laki-laki itu bicarakan.
Karena sangat penasaran seseorang itu pun mengikuti Gatot dan laki-laki tua dan jelek itu. Heran, pasti ketika tahu bahwa Gatot masuk ke sebuah hotel.
Namun, justru rasa penasaran semakin tinggi. Apa yang akan terjadi di sebuah kamar hotel itu nantinya.
#Siapakah pemilik sepasang mata itu, apakah om dokter atau justru mata-mata dari istri sang laki-laki tua itu?
Bersambung....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Endang Werdiningsih
babang iko udah end,,sekatang fokus ke mba gatot dulu
2023-07-25
1