Kelakuan Menggemaskan Gatot

Melihat kemarahan Gatot, lagi-lagi Doni pun terkekeh dengan renyah. Wanita itu seperti memiliki daya tarik tersendiri ketika marah-marah dan hanya Doni yang bisa merasakannya.

"Tidak ya Tuhan Gatot. Itu bukan kamar aku lagian kamu bisa cek sendiri ada pintu yang terhubung nggak di dalamnya? Kamar aku ada di lantai dua. Kalau kamu mau tidur bareng sama aku ayo ke lantai dua." Doni mengulurkan tanganya, ya mungkin saja Gatot ingin merasakan tidur dengan dokter tampan itu.

"Enggak sudi," balas Gatot dengan nada yang ketus lalu ia pun berjalan menuju ke kamar yang tadi Doni katakan.

"Besok bangun pagi, karena aku ada praktek jam sembilan," pekik Doni, sebelum Gatot benar-benar masuk ke dalam kamarnya.

Namun, bukanya Gatot masuk ke dalam kamar. Ia malah balik lagi, dan menatap Doni dengan serius.

"Apa lagi? Apa beneran mau tidur dengan aku?" tanya Doni dengan bibir yang masih tersenyum dengan sempurna, rasanya terlalu senang ia bisa menggoda Gatot lagi.

"Dih percaya diri betul, aku hanya ingin minta bantuan dari kamu," balas Gatot, kali ini dengan nada yang tidak terlalu ketus-ketus banget.

"Bantuan apa?" Mana tega sih dia membiarkan Gatot dengan masalahnya.

"Aku lupa belum mengabarkan pada orang tuaku, tapi aku lupa juga kalau paket data aku habis apa aku boleh numpang hotspot pada ponsel kamu?" tanya Gatot dengan lirih. Yah, dari tadi dia sebenarnya mau izin minta hotspot dari Doni tapi gengsi, tapi juga dia tidak bisa pergi sampai larut malam seperti ini tanpa mengabrakan keberadaanya pada sang ibu. Meskipun ia tahu kalau ibunya pasti tidak akan begitu mencemaskanya, karena memang Gatot sudah sering tidak pulang karena urusan pekerjaan, lagi pula ibunya lebih sayang pada adik laki-lakinya, Guntur. Dari pada dengan dirinya, itu sebabnya Guntur sangat besar kepala, dan selalu bersikap semena-mena karena mendapatkan belaan dari orang tuanya.

Mendengar ucapan Gatot, Doni pun mengulum senyum, dengan menggigit bibir bawahnya.

"Kenapa kamu tersenyum gitu. Aku akan ganti nanti kuota yang kamu keluarkan," imbuh Gatot yang mengira kalau Doni sedang menghinanya.

Tanpa banyak pertimbangan Doni pun mengeluarkan ponselnya. "Mana nomor ponsel kamu, biar aku belikan kuota aja, aku nggak tahu apa itu hotspot." Doni bersiap menyimpan nomor ponsel Gatot, yang kebetulan dia belum sempat minta. Trik... trik...

"Tidak usah, hotspot aja, nanti kamu rugi lagi. Kalau hotspot lebih hemat aja pakainya," imbuh Gatot yang merasa tidak enak dengan Doni karena sudah terlalu baik.

"Udah buruan, aku udah ngantuk banget, besok aku harus praktek, dan bahaya kalau aku ngantuk kalau ngasih resep atau salah diagnosa bisa berabeh," balas Doni, agar Gatot tidak banyak bicaraa lagi.

Sesuai yang dikatakan Doni. Gatot pun menyebutkan nomer ponselnya.

"Ok sudah aku save, dan untuk kodenya "Rumah Idaman," ucap Doni dengan tersenyum penuh kemenangan.

"Maksud kamu?" tanya Gatot bingung.

"Tuh, di rumah ini dilengkapi dengan wifi, kamu tinggal masukan kodenya rumah idaman huruf kecil semua, koneksi kamu bakal tersambung dengan lancar." Doni menujuk ada wifi di rumahnya.

"Hiiiih ... kenapa kamu nggak bilang dari tadi sih." Gatot mengepalkan tanganya dan giginya saling beradu kesal rasanya lagi-lagi dikerjai oleh laki-laki yang sudah resmi menjadi bosnya.

"Ngomong-ngomong terima kasih nomor ponselnya yah." Doni terkekeh sembari melangkah menuju lantai dua. Sedangkan Gatot masih memberikan tatapan sinis pada Doni yang sangat menyebalkan.

"Dasar laki-laki aneh, malam ini aku sudah dikerjai laki-laki itu entah berapa kali. Kenapa ada orang kaya gitu sih. Sangat menyebalkan," gerundel Gatot, tetapi ia pun mengikuti kata Doni, ia memasukan pasword wifi yang Doni sebutkan tadi, dan benar saja koneksi internet di ponselnya langsung tersambung.

Pesan pun langsung berebut masuk ke ponsel Gatot terutama psan dari sang ibu, yang menanyakan di mana dirinya berada, dan mengabarkan kondisi adiknya Guntur.

[Mbak, kamu di mana?]

[Mbak, Guntur ada yang gebukin kondisinya sekarang bonyok-bonyok.]

[Mbak, Guntur sekarang kesakitan terus. Ibu mau bawa ke dokter tapi nggak ada uang. Kamu ada uang nggak. Kalau ada kirim untuk biaya berobat adik kamu.]

[Motor Guntur juga penyok-penyok, kaca sepion dan lampu pada pecah.]

[Ibu butuh uang banyak untuk memperbaiki motor Guntur, dan bawa Guntur ke rumah sakit.]

Membaca serentetan pesan dari ibunya, Gatot pun langsung kembali meradang. Bisa bisanya minta uang buat ngobati adiknya. Gatot malah senang ketika Guntur bisa merasakan kesakitan. Kalau perlu lebih lama.

[Gatot sekarang kerja, di luar pulau. Mungkin pulangnya akan lebih lama.] Bohong? Biarlah bohong demi kebaikan, dari pada diteror terus diminta kirim uang. Ok, Gatot tidak akan perhitungan kirim uang kalau uang yang ia kirim untuk ibunya, tapi kalau untuk kebutuhan Guntur, jelas Gatot tidak terima. Ia tidak sudi uangnya dipake untuk mengobati adiknya, apalagi untuk memperbaiki motor yang dia rusak.

[Gatot tidak ada uang ini makan saja harus hemat agar tidak mati kelaparan!]

[Ibu jual saja motor Guntur, untuk biaya pengobatanya, dan sisanya untuk kebutuhan Ibu dan Guntur, Karena Gatot baru kerja dan tidak punya uang tabungan.] Gatot tidak begitu khawatir ketika meninggalkan ibunya di rumah seorang diri, karena masih ada motor Guntur yang jelas lakunya masih mahal dari pada harus perbaiki. Uang dari mana memperbaiki motor.

Drettt ... ponsel Gatot bergetar lagi, yang artinya ibunya membalas pesan kembali.

"Kenapa kamu kerjanya jauh banget?]

[Kata Guntur sayang kalau motornya dijual.]

Tambah geram aja rasanya Gatot membaca pesan yang ibunya kirim. Rada-rada gila memang adiknya itu. Dia milih mempertahankan motornya dari pada tibuhnya yang sakit. Emang kalau motornya dijual orang lain akan meninggalkan dia. Kalau memang ia ya biarkan saja, dari pada bergaul di lingkungan yang toxic.

[Kalau gitu, pertahankan motor itu, dan biarkan dia kesakitan, dan kerja secepatnya agar bisa bawa motor itu ke bengkel, tapi jangan hutang lagi. Kalau dia berani hutang lagi. Aku yang akan bunuh dia beneran,] ancam Gatot, ia yakin ibunya bakal menyampaikan pesan dia pada adik laki-lakinya.

[Kok kamu ngomong gitu Mbak, Guntur itu adik kamu. Kenapa kamu ngomong kaya gitu!]

Yah, lagi-lagi ibunya membela Guntur. Ini yang membuat Guntur tidak mau berpikir mandiri, karena ibu yang selalu melindunginya.

[Bu, apa Ibu tahu kenapa motor Guntur rusak? Kenapa dia babak belur?] tanya Gatot, yang sudah tidak sabar lagi menghadapi ibunya. Gatot yakin kalau adiknya pasti merahasiakan apa yang sebenarnya terjadi.

[Guntur bilang dia tadi dicegat geng motor lain saat pulang ke rumah, dan mereka tanpa sebab langsung menghajar Guntur. Mungkin ibu besok ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian ini. Ibu mau orang yang melakukan perbuatan ini bertanggung jawab dan minta maaf pada Guntur dan ibu,] Kali ini Gatot benar-benar akui adiknya memang sangat pandai berakting.

Dia tidak ada kapok-kapoknya sama sekali. Sampai-sampai mau-maunya berbohong demi sebuah dukungan dari ibunya.

[Bu, nggak usah lapor-lapor ke kantor polisi kalau ibu nggak mau malu. Gatot sudah tahu kenapa Guntur babak belur, dan motornya kaya gitu. Itu bukan karena ulah geng yang tiba-tiba menghadang Guntur. Itu kesalahan dari Guntur sendiri. Bohong kalau Guntur bilang ada teman beda geng yang ngehajar dia tanpa sebab. Dia itu tukang bohong. Yang bener Guntur punya utang lima ratus juta sama renternir, dan uang itu Guntur gunakan untuk membeli motor. Makanya semalam pas ditagih Guntur malah ngeles dan nggak pernah bayar cicilan, malah balik marah-marah, jadi depkolektor itu marah-marah dan menghajar Guntur dan menghancurkan motornya. Apa ibu masih mau bela Guntur? Sampai kapan? Guntur bakal terus makin besar kepala. Yang ada Ibu nanti malah yang cape ngurusin Guntur. Biarkan dia mikir sendiri udah gede kok tingkahnya makin ngawur.]

Gatot yang sudah marah pun langsung membeberkan apa yang terjadi meskipun Gatot harus sedikit mengarang cerita, tapi setidaknya karanganya tidak terlalu jauh. Karena memang benar kemarahan Gatot yang dipicu dengan utang piutang yang Guntur lakukan dan menjadikanya sebagai jaminan pelunasan hutang.

Cukup lama Gatot menunggu balasan dari ibunya, dan ternyata sang ibu tidak membalas pesanya lagi. Tentu besar harapan Gatot kalau ibunya memang percaya dan menasihati Guntur. Mungkin anak itu kalau dinasihati oleh orang tuanya bisa berpikir jernih.

Gara-gara berkirim pesan dengan ibunya Gatot sampai tidak lagi ngantuk. Ia memikirkan adiknya, bukan karena kasihan, tapi berpikir apakah ibunya bisa menasihati Guntur atau tidak. Lalu apakah Guntur bisa diandalkan untuk mengurus ibunya atau tidak. Mungkin dengan Gatot mengatakan kerja di luar pulau Guntur bisa diandalkan merawat ibunya.

Gatot pun merebahkan tubuhnya yang sangat cape. Saking ia marah dengan Guntur, Gatot baru sadar kalau kamarnya sangat nyaman, dan luas bersih dan harum. Ia beranjak dari kasur berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan gosok gigi. Entah sikat gigi milik siapa, tapi berhubung Gatot tidak bawa sikat gigi. Ia pun memakai yang ada untuk sementara waktu. Ia yakin kalau sikat gigi itu juga bersih.

Setelah menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Gatot pun akhirnya merebahkan tubuhnya yang sangat cape. Bohong kalau tanganya tidak sakit akibat ia memukuli Guntur. Ia kesakitan ketika memukuli Guntur, tapi namanya juga lagi marah jangankan Guntur. Tiang listrik juga bisa jadi samsak tinju. Dan akibatnya baru sekarang Gatot merasakan kesakitan.

**********

Di rumah yang cukup sederhana.

"Aduh ... aduh ... sakit ...." Guntur terus meringis kesakitan ketika wajah yang habis di gebugin oleh kakaknya mulai lebam-lebam.

Sarah sang ibu pun dengan telaten terus mengompres luka di wajah anak laki-lakinya. Setelah itu mengoleskan salep yang di beli dari apotek.

Sesekali Sarah membalas pesan dari anak perempuanya. Sarah menatap Guntur ketika Gatot mengatakan kalau bonyoknya wajah Guntur bukan karena ketemu geng motor lawan, tapi karena utang piutang yang Guntur lakukan untuk membeli motor yang harganya fantastis. Sama halnya dengan Gatot, awalnya Sarah juga menduga kalau Guntur membeli motor itu dengan uang hasil kerja kerasnya selama setahun ini. Apalagi dia juga rutin membuat vlog yang menurut orang-orang hasilnya gede. Namun, betapa kagetnya Sarah ketika tahu kalau Guntur dapat motor itu dari uang yang dipinjam dari renternir.

"Ini Kakak kamu bilang kamu dapat uang dari renternir, dan kamu bonyok kaya gini gara-gara uang yang kamu pinjam emang benar begitu Guntur?" tanya Sarah dengan suara yang meninggi dari sebelumnya. Bahkan wanita paruh baya itu langsung menghentikan kompresannya. Ia menatap putranya yang wajahnya bonyok dengan tatapan minta penjelasan.

"Apaan sih Mah, Gatot itu yang ngada-ngada." Guntur langsung ngeles. Ya kali dia udah bonyok sama Gatot nanti malah bonyok juga sama nyokapnya.

"Kalau Gatot bohong, terus Gatot dapat info itu dari mana. Terus kamu dapat uang dari mana? Mamah nggak pernah ngajarin kamu untuk jadi orang pembohong Guntur. Mamah kecewa banget sama kamu. Memang seharusnya Mamah jual motor itu. Dari pada bikin kami pusing terus. Mana sejak ada motor itu kerjaan kamu hanya keluyuran." Sarah melempar lap kompresnya dan ia masuk ke dalam kamarnya.

Wanita paruh baya itu kecewa dengan kelakuan anaknya yang sableng. Utang renternir demi membeli barang kaya gitu. Yah, Sarah marah gara-gara Guntur hutang renternir, lalu bagaimana dengan Gatot yang  di jual oleh adiknya sendiri?

Bersambung....

...****************...

Terpopuler

Comments

Endang Werdiningsih

Endang Werdiningsih

gatot ga mau jujur,,takut'a nanti guntur bikin ulah lg dan mama'a yg dijadikan tebusan

2023-07-25

0

Ela Jutek

Ela Jutek

bok ngomong jujur aja napa sih mbak Tot, biar di tambahin ma ibu sekalian

2023-06-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!