Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel

"Aku minta kamu melakukan itu secara diam-diam ya, Bang. Aku nggak mau kalau sampai semua orang tahu bahwa Farhan adalah anak kita! Aku nggak sebodoh itu Bang, kalau aku menghubungi Mas Zainal bisa gawat kalau dia tahu Farhan bukan anaknya, kamu ini gimana sih!." Balas Tante Adel dengan sedikit kesal.

"Baik, Sayang. Aku akan melakukan secara diam-diam. Oh yah, maafkan aku sayang, aku lupa heheh." Sahut Ayah sembari tertawa kecil karena sikap bodohnya.

"Dasar kamu itu, i-ihh!."pungkas Tante Adel kesal dan mencubit pipi Ayahku dengan spontan.

"Aduh-duh sakit Sayang! Iya-iya aku minta maaf." ucap Ayah.

"Maaf-maaf, kesel aku sama kamu tuh Bang! kamu ini gimana sih, di saat aku tadi bersandiwara berpura-pura menghubungi Mas Zainal padahal nyatanya aku tidak menghubungi nya, kamu dengan entengnya bertanya padaku sudah menghubungi Mas Zainal atau belum, ngarang banget huh! siapa yang nggak kesel coba!." gerutu Tante Adel.

"Iya Sayang, maaf. Maafkan Abang kan sudah minta maaf." Sanggah Ayahku.

"Ya udah tunggu apalagi, sekarang cepat Abang selamatkan Farhan! Farhan sudah terselamatkan baru aku mau memaafkan kamu Bang!." pungkas Tante Adel.

Kring....

Kring....

"Bunyi handphone siapa itu Bang? Handphone kamu bukan ?." Tanya Tante Adel.

"Bukan Sayang, mungkin handphone orang di dalam pasien itu kali, ya udah aku pergi dulu sebelum ada yang melihat kita berdua." Pungkas Ayah.

'Gawat aku harus segera pergi sebelum Tante Adel atau Ayah melihat dan menyadari keberadaanku.' sergahku dalam hati seraya berlalu pergi menjauh.

Aku begitu panik karena tiba-tiba ponselku berdering saat aku tengah merekam vidio percakapan mereka berdua.

"Dasar Citra, mau apa sih dia menelpon ku dalam situasi genting seperti ini?." gerutuku kesal.

Setelah kondisi di rasa aman. Aku pun menelpon balik Citra karena panggilan teleponnya tadi aku tolak.

"Halo ada apa sih pake acara menelpon ku segala?." gerutuku kesal pada Citra.

"Idih kok marah-marah gitu, kamu lagi apa sih Sin? Aku kan khawatir dan hendak menanyakan keberadaanmu, apa kamu sudah sampai rumah atau belum?." Jawab Citra enteng.

"Ya kan bisa chatting aja, ah kamu ini gimana." balasku.

"Ya maaf, habisnya aku lagi malas ngetik, jadi biar cepet aja gitu kamu responnya, makannya aku menelpon kamu barusan, memang nya kamu lagi dimana Sin?." tanya Citra.

"Aku lagi di rumah sakit, adik sepupu ku kecelakaan. Ya udah lanjut chat aja yah, jangan telepon, berisik! bye!." pungkasku seraya mematikan panggilan telepon ku dengan Citra.

Huft.

'Hampir aja ketahuan, dasar Citra kirain ada apaan, gak tau nya cuman nanya begitu doang.' gerutuku dalam hati.

"Loh kamu habis dimana Sinta? Kok kamu ada di sini?." tanya Tante Adel yang kebetulan berpapasan denganku sebelum menuju ruangan perawatan tempat Farhan berada.

"Aku habis dari toilet Tante, Tante sendiri habis dari mana?. Apa Tante habis dari toilet juga? eh tapi kok dari arah sana ya?." balasku beralasan dan pura-pura tak tahu bahwa barusan Tante Adel menemui Ayahku.

"Tante habis menghubungi Om mu sekalian tadi ke toilet juga sih, terus menurut kamu di sebelah sana memangnya ga ada toilet gitu hah! rumah sakit ini kan luas Dasar bocah t*l*l." gerutu Tante Adel dengan nada meninggikan.

"Ya elah jawabnya biasa aja kali, ah gitu aja kok sewot bener ngejawabnya!." pungkasku seraya pergi terlebih dahulu meninggalkan Tante Adel.

Aku pun bergegas menuju ruang Farhan di rawat.

"Hei Sinta! kamu habis dari mana sih, dari toilet kok lama banget!." Sapa Nenek dengan nada ketus begitu aku tiba di depan ruang rawat Farhan.

"Ya habis dari toilet lah, Nek. Kalau agak lama ya harap di maklum aja, orang lagi nggak enak perut!." timpalku membalas.

"Halah pasti kamu nggak enak perut, gara-gara makan makanan Ibu kampung mu itu, kan?." sanggah tiba-tiba Tante Adel ikut berbicara.

Aku menoleh ke belakang menatap sinis ke arahnya yang di balas senyum mengejek.

"Enak aja kalau ngomong, huh. Tante Adel kalau ngomong jangan asal bunyi!, huh! Eh Bu tadi Sinta selewat seperti melihat Ayah deh di rumah sakit." ujarku pada Ibu.

Seketika raut wajah Tante Adel mulai panik mendengar pernyataan dari ku yang tak sengaja melihat Ayahku.

"Ngapain Ayah mu di rumah sakit Sin, perasaan Ibu belum sempat mengabari Ayahmu. Ayah kok bisa tahu kita ada di sini." tanya Ibu penasaran.

"Ya ngga tahu lah Bu. Lagian tadi Sinta melihatnya dari kejauhan sih, mungkin itu orang lain yang mirip dengan Ayah." ucapku pada Ibu.

"Halah kamu itu ngada-ngada aja, dasar bocah ingusan." balas Tante Adel seraya wajahnya terlihat berkeringat panik.

"Loh kok Tante panik gitu saat aku bilang melihat Ayah? memangnya ada apa Tante?." ujarku memancing.

"Sinta sudah Nak!." sahut Ibuku.

"Hehee habis lucu aja gitu, Bu. Kok Tante berkeringat kayak panik gitu. Sinta cuman heran aja." jawabku.

"Hah panik ? jangan ngaco kamu!. Siapa yang panik, jelas Tante panik Farhan belum sadarkan diri bukan karena omongan ngga jelas kamu. Lebih baik kamu pulang aja Sinta, bawa juga sekalian Ibu dan adikmu, ngapain juga kalian masih di sini, toh Farhan anakku." pungkas Tante Adel seraya mengusirku.

"Ngapain kalian ada di sini kamu bilang Adel? jadi secara tidak langsung kamu mengusir Bapak dan Ibu Mertua mu juga nih ceritanya? Ya sudah Bu, sekarang kita pulang semuanya!." Ujar Kakek merasa tersinggung dengan ucapan Tante Adel barusan.

"Ya ampun bukan begitu maksud Adel, Pak, Bu! Adel hanya meminta Saripah dan anak-anaknya pulang. Maafkan Adel kalau perkataan Adel membuat Bapak tersinggung." Sanggah Tante Adel membela diri.

"Ya udah Kek. Kita semua pulang yuk! toh keberadaan kita di sini tak di indahkan oleh ibu kandung Farhan ini." celetukku memancing.

"Diam kamu, Sinta! jangan suka mancing-mancing deh!." ucap Tante Adel ketus.

"Lagian emang bener kok. Oh yah aku sudah mengirimkan pesan wa loh ke Om Zainal. Kebetulan tadi Om Zainal sedang online, ya udah aku coba chat aja. Eh nggak tahu nya langsung di balas dong Tante. Om Zainal bilang katanya akan segera tiba 1 atau 2 jam lagi."

Degh.

Kulihat wajah Tante Adel pucat pasi mendengar suaminya akan tiba 1 atau 2 jam lagi.

Hening tak ada jawaban dari Tante Adel hingga Nenek menyadarkan Tante Adel dari lamunannya.

"Kamu kenapa Del? kok malah bengong? wajahmu juga tiba-tiba pucat, kamu sakit? kalau sakit sebaiknya kamu periksa ke Dokter biar nanti anakmu, Farhan. Kami yang jaga. Sebaiknya kamu pulang saja bersama Ipah dan anak-anak." ujar Nenek penuh perhatian.

.

.

.

Bersambung. ...

Terpopuler

Comments

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

anjayyy pasangan lucknut

2025-02-03

0

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

ketahuan kannnn

2025-02-03

0

Faridah

Faridah

keren Sinta

2025-01-31

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!