Part 4 Persiapan Jualan

"Kamu sudah berani melawan ku Ipah?, Sudahlah aku makan di rumah Ibu saja. Di sini semuanya nggak becus." Sahut Ayah seraya berjalan keluar rumah.

Brak.

'Dasar anak mami' ujarku dalam hati.

"Astaghfirullahhaladzim. Ayah mu itu benar-benar keterlaluan, ambil contoh baik nya jangan ambil contoh yang buruk yah, Nak."

"Tapi seperti nya ngga ada contoh yang baik yang bisa di ambil Bu." jawabku sekenanya.

"Sudah-sudah sekarang kita sholat maghrib adzan maghrib sudah berkumandang. Bangun kan juga adik mu suruh sholat!." titah Ibu kepadaku lalu aku pun masuk ke dalam kamar dan tak lupa membangunkan Bayu, heran nih anak ada ribut-ribut di luar tapi tetap pulas tidur nya.

Aku berjalan ke kamar adikku satu-satu nya itu, baru saja megang handle pintu dan hendak memanggilnya.

"Bay..!" adik ku itu sudah membuka pintu.

"Bayu, kamu sudah sholat?." tanya ku.

"Ya sudahlah, emang kakak yang selalu menunda-nunda sholat!." ejeknya kepadaku lalu ia berjalan melenggang melewatiku.

Ih, benar-benar.

Kemudian aku bergegas melaksanakan kewajiban tiga rakaat dan rebahan sejenak, aku keluar kamar dan menghampiri Ibu yang sedang mencetak cireng isi suwir ayam.

"Hhmm kak ini bagusnya cireng isi di jual berapa yah? Ibu bikinnya lumayan banyak, tapi untuk dompet murid nya bagus nya di jual berapa?."

"Aku jual Rp. 3000,00 aja Bu, Ibu sekarang bikinnya jangan terlalu banyak, bikin 20 biji dulu untuk masing-masing aku dan Bayu, belum kita jual-jual yang lainnya." Aku memberi usul pada Ibu.

Aku takutnya dagangan tidak laris, aku kasihan jika dagangan Ibu tidak laku sedangkan Ibu sudah berusaha keras membuatnya.

"Baiklah, Ibu nurut aja padamu, kamu yang tahu situasi dan kondisi di sekolah." Akhirnya aku membantu Ibu untuk membuat makanan, jadi subuh nanti hanya tinggal di goreng dan di olah saja.

"Sinta, boleh Ibu menasehati mu?."

"Ya boleh dong Bu, kenapa nggak boleh coba hehe." jawabku di selingi dengan candaan.

"Begini, jika keluarga Ayahmu terus merecoki kita, jika tidak terlalu parah jangan di lawan, bukannya apa-apa, Ibu tidak mau kamu di cap jelek oleh tetangga karena melawan orang tua, tapi jika keluarga Ayahmu sudah keterlaluan, Ibu akan mendukung mu untuk melawan mereka, sebaiknya jangan di tanggapi." tutur Ibu dengan lembut.

"Aku akan mengikuti nasihat Ibu, aku hanya tak ingin Ibu banyak pikiran karena sikapku, terima kasih ya Bu sudah mengingatkan." jawabku.

Tak terasa aku dan Ibu berkutat di dapur hampir satu jam lebih, ada tiga macan gorengan dan juga dua jenis kue yang akan aku dan Bayu bawa besok ke sekolah.

"Sudah selesai, Ibu gimana kalau misalkan malam ini Ibu tidur di kamar ku saja? Aku takut Ibu di sakiti oleh Ayah." ujarku pada Ibu yang sedang mencuci wadah bekas produksi.

"Boleh, apa kamu nggak kesempitan kalau tidur sama Ibu?."

"Enggak kok Bu, ayo kita ke kamar!." ajakku setelah selesai mencuci piring dan menata piring ke rak, aku dan Ibu pun masuk ke dalam kamarku.

Rumah yang kami tempat sekarang itu cukup luas, ada 4 kamar yang di mana satu nya kamar tamu sedangkan Bayu ada di lantai 2.

"Kalau misal nya Ibu dan Ayah bercerai apa kamu keberatan, Nak?." tanya Ibu dengan ragu.

"Aku dan Bayu sama sekali tidak keberatan jika Ibu memutuskan untuk bercerai dengan Ayah. Aku tidak mau melihat Ibu di siksa terus seperti ini oleh Ayah dan keluarganya. Aku sangat mendukung jika Ibu memutuskan untuk berpisah," Aku menjawab dengan semangat uang menggebu-gebu, malah aku ingin kedua orang tua ku bercerai saja.

"Tapi apa mungkin bisa Ayahmu berubah? Sejujurnya Ibu sangat mencintai Ayahmu dan Ibu berharap Ayahmu akan berubah." ujar Ibu menitikkan air matanya.

Aku pun menghela nafas panjang mendapati jawaban Ibu seperti ini, aku sangat kesal, kenapa ada wanita yang sudah di sakiti tapi masih bertahan dengan dalih sangat mencintai? Realita seperti ini masih banyak di luaran sana, bahkan sekarang sedang aku alami dengan Ibu ku sendiri.

"Ibu kalau mencintai seseorang itu harus pakai logika, apalagi Ibu bilang bahwa Ayah dan keluarganya seperti itu sejak aku masih Tk, dan sekarang usiaku hampir mau 18 tahun Bu, Apakah ada tanda-tanda Ayah berubah? Tidak kan Bu?" jawabku dengan nada sedikit emosi, bukannya aku tidak sopan kepada Ibu kandung sendiri, tapi aku tidak habis pikir dengan apa yang di ucapkan Ibu.

"Aku sangat setuju jika Ibu memutuskan untuk bercerai dengan Ayah! dari pada harus melihat Ibu yang selalu disakiti oleh Ayah dan keluarganya."

"Sudah sebaiknya kita tidur, kalau misalkan memang Ibu dan Ayahmu tidak berjodoh pasti Allah akan memisahkan kita, Alah tidak akan salah memberikan takdir yang salah kepada hamba-Nya." Jawab Ibu seraya memunggungiku untuk tidur.

"Astaghfirulloh," Aku menenangkan hati ku sendiri menghadapi Ibu yang seperti ini, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan mencintai laki-laki sebesar ini.

Setelah beberapa jam memikirkan nasib Ibu dan Ayah, mataku mulai berat dan akhirnya aku pun tertidur.

***

Jam 04.00 subuh aku terbangun karena suara alarm yang aku setting, di sampingku sudah tidak ada Ibu. Aku pun duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawa, setelah di rasa terkumpul aku langsung ke kamar mandi dan bergegas menghampiri Ibu di dapur.

"Ibu apa nggak ke pagian kita goreng-gorengnya?." tanyaku pada Ibu.

"Enggak, kan kamu juga berangkat jam 6. Lagian Ibu juga baru mulai menggoreng kok." Sahut Ibu, Ibu bertugas menggoreng dan aku membungkus kue yang sudah jadi tadi malam.

"Semalam Ayah nggak pulang yah Bu?." tanyaku pada Ibu. Tak lupa juga aku ngobrol bersama Ibu sembari memakan kue dan juga gorengan yang rasanya sangat nikmat.

"Enggak, kan sudah jadi kebiasaan Ayahmu kalau ribut pasti larinya ke rumah nenek." Sahut Ibu.

Aku pun hanya menganguk membenarkan apa kata Ibu, Ayah itu tipe laki-laki yang kalau ada masalah selalu ngumpul di ketiak Ibu nya sendiri.

"Kamu bangunin Bayu gih, Adzan subuh sudah berkumandang suruh dia untuk sholat di mesjid." titah Ibu, aku pun menganguk menuruti apa kata perintah Ibu.

Tok...

Tok...

Tok...

"Bayu bangun!." Aku pun mengetuk pintu kamar Bayu, tapi sama sekali tidak ada sahutan dari adik laki-laki ku itu.

Karena bosan menunggu di depan pintu akhirnya aku membuka pintu kamar Bayu yang ternyata tidak di kunci.

Krieeet.

"Bayu bangun!." ujarku menghampiri Bayu, Bayu terlihat mengenakan selimut hingga ke leher.

"Hei, Bayu bangun!." Saat aku menyentuh tubuh Bayu suhu tubuhnya sangat lah tinggi bahkan adikku itu setengah menggigil.

"Astaghfirulloh Bayu kamu kenapa? Bu Ibu! Bayu demamnya tinggi banget Bu!" aku berteriak-teriak memanggil Ibu di dapur.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

kaya nya AYAH nya Sinta selingkuh sm Adel, bisa kan turun ranjang iparan ngk punya otak

2024-05-28

1

Astrid Bakrie S

Astrid Bakrie S

Yakin deh ayah Sinta itu selingkuh SM Adel adik iparnya

2024-05-22

0

Eric ardy Yahya

Eric ardy Yahya

jelas banget Ayah Sinta ini penakut , nanti kalau istrinya marah langsung bilang istrinya jahat dan suka melawan , padahal kan dia yang cari masalah dulu . jelas Ayah Sinta ini Banci dan pengecut , mending dia pakai Rok saja .

2024-01-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!