Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi

"Aduh baru juga mau tidur, Ayah pake menggedor pintu segala berisik banget!." gerutu ku kesal dari dalam kamar.

"Ya ampun Bang, apaan sih! ganggu orang lagi tidur aja. Bukannya kamu tadi bilang nya ngga akan pulang malam ini." Ucap Ibu yang bangun dan membukakan pintu untuk Ayahku.

"Kamu ngga usah banyak bacot Ipah, sudah sekarang bantu aku masuk ke kamar." Balas Ayah dengan suara tak karuan, sepertinya Ayahku mabuk.

"Ih Bang! Astaghfirulloh kamu mabuk?."

Bruk.

"Ya Allah Bang Bagas, Bangun Bang! Bangun! Jangan tepar di sini. Aduh Bang kamu sebenarnya dari mana? tadi bilang nya lembur di kantor ngga akan pulang. Tapi pulang malah mabuk-mabuk kayak gini, untung kamu tepar nya pas sudah sampai kamar, bayangkan kalau Abang masih di jalan tiba-tiba tepar saat Abang mengendarai motor, bisa-bisa kamu celaka Bang!." terdengar suara Ibu di dalam kamar nya karena kamar kami bersebelahan.

Sepertinya Ayahku barusan tiba-tiba tepar pingsan saat Ibu membopongnya ke dalam kamar, benar kata Ibu untung Ayah ku tepar pas sudah sampai rumah, bagaimana jika kondisi masih di jalan, Ayah pasti celaka.

"Untung anak-anak mu sudah pada tidur, bagaimana jika mereka tahu Ayah mereka mabuk-mabukan seperti ini, mereka pasti akan membenci kamu, Bang." ucap Ibu kembali terdengar begitu jelas di telingaku.

Ibu tak tahu saja bahwa setiap malam aku selalu terjaga setiap malam, Ayah pulang dalam kondisi mabuk-mabukan seperti itu. Namun aku hanya diam saja tak begitu peduli karena kesal melihat Ibu yang terlalu baik pada Ayah. Jika aku jadi Ibu mungkin aku akan membiarkan Ayah tidur di luar dan tidak membukakan pintu untuknya. Aku akan masa bodo dengan nya dan memilih mengabaikan nya. Tapi Ibu tetap saja selalu membukakan pintu dan merawatnya dengan sabar.

Apalagi setelah tahu Ayah berselingkuh dengan Tante Adel di belakang Ibu. Aku pastikan akan menjadi sendiri dan mengumpulkan bukti-bukti perselingkuhan mereka. Dan aku akan membalas semua perlakuan Ayah pada Ibu tanpa Ibu sadari.

***

"Kak, Kak Sinta bangun sudah jam 06.30 nih kakak nggak akan ke sekolah?."

"Hah! apa serius? jam berapa sekarang?." Seketika aku terperanjat bangun dari tidurku karena kaget bahwa aku kesiangan pergi ke sekolah.

"Ini udah jam 06.30. Kakak nggak akan ke sekolah?." ucap Bayu kembali mengulang kata-katanya saat membangunkan ku.

"Ah nyebelin banget kamu jadi orang. Nge-prank aja kerjanya. Udah ah 5 menit lagi aja bangunin kakaknya." balasku saat melihat jam masih menunjukkan jam 05.30 pagi.

Karena masih mengantuk, aku kembali melanjutkan tidur ku 5 menit lagi dan meminta Bayu untuk membangunkanku 5 menit lagi.

"Aduh kak, katanya mau bantuin Ibu nyiapin dagangan. Kok tidur lagi sih!." ucap Bayu lagi.

"Astaghfirulloh, ya ampun aku lupa, Bay!. Gimana dong Bay, aku kesiangan nih." ucapku sembari ketika bangun dan berlari ke luar kamar dengan panik.

Saat sudah di dapur,

"Bu kok ngga ngebangunin Sinta sih, hari ini Sinta kan jualan di sekolah. Ibu jahat banget nggak bangunin Sinta sih! udah jam segini, gimana dong Bu?."

"Apaan sih lebay, orang Ibu udah bangunin kakak dari subuh kok. Kakak nya aja yang nggak bangun-bangun. Makannya tadi terakhir aku sengaja jahilin kakak. Kalau soal nyiapin barang jualan, tadi Ibu udah beres kok, kan ada aku superhero kesanyangan Ibu yang bantuin."

"Oh gitu yah Bay, emang kakak sekebluk itu yah. Ya udah kalau gitu kakak mandi dulu takut kesiangan, bye." pungkasku lega sembari memasang wajah malu-malu.

"Iyah cepetan mandi kak, nanti kakak anter aku sekalian ke sekolah. Jangan pake lama nanti kesiangan lagi!."

"Iya, iyah bawel. Cowok kok bawel sih!."

"Eh di kasih tahu malah gitu aneh!." pungkas Bayu menggerutu.

"Kalian ini kok jadi berantem sih, yang di katakan adik mu itu benar, Sinta. Cepat sana mandi!."

"Iyah Bu, ini Sinta mau siap-siap kok, bye." balas ku seraya bersiap-siap mandi dan lain-lain.

***

"Sinta kamu sarapan dulu sana, adik mu Bayu tadi sudah sarapan." teriak Ibu yang melihat ku memakai sepatu di ruang tamu dan bersiap untuk pergi.

"Gak ah, udah siang nanti aku sarapan di sekolah saja. Mana barang dagangan ku, Bu? Bay, bawa sekalian ke depan! kakak mau ngeluarin motor dulu sekalian manasin." balasku.

"Idih, bawa aja sendiri. Lagian motor kakak udah aku keluarin dan panasin sekalian tadi."

celetuk Bayu.

"Mantap! keren, Bay! kamu memang adik andalan kakak. Ayo lets go kita berangkat!."

"Iyah Kak udah siap dari tadi, nanti kalau kesiangan itu salah kakak sendiri. Suruh siapa lelet hahaha." ucap Bayu meledek.

"Berisik kamu Bay, Bu aku pamit yah Assalamualaikum." ucapku seraya pergi berangkat sekolah.

Kami pun pergi membawa barang dagangan masing-masing yang telah Ibu dan Bayu siapkan.

Kami naik motor dan aku melajukan motor hingga meninggalkan pekarangan rumah.

Sekolah Bayu memang cukup dekat hanya beberapa menit saja dari rumah, berbeda dengan jarak ke sekolah ku yang cukup memakan waktu. Makannya Bayu terlihat begitu santai saat pergi ke sekolah lain halnya dengan ku.

Tapi mungkin karena dia hari ini membawa dagangan, jadi terpaksa nebeng bareng denganku. Karena mungkin dia malas membawa barang dagangan jika harus berjalan kaki seperti biasa.

"Eh iya nanti pulang aku nebeng lagi yah kak!." ucap Bayu.

"Loh kan kamu pulang nya siang, Bay. Kalau kakak pulang agak sorean. Kamu yakin mau nungguin kakak?."

"Santuy kak, aku nanti mau ekskul dulu sampai sore. Ya udah aku masuk dulu kak!. Hati-hati kakak jangan ngebut-ngebut di jalan."

"Oke siap!."

Aku melihat Bayu berjalan menuju gerbang sekolah sembari menenteng barang jualan, aku salut dan bangga, walaupun dia laki-laki tapi dia tidak malu atau gengsi dengan teman-temannya karena harus bersekolah sambil berjualan.

Singkat cerita akhirnya aku sampai di sekolah, begitu sampai parkiran ternyata teman sebangku ku Citra telah menungguku di parkiran.

"Oh yah Sinta! akhirnya kamu nyampe juga. Udah sini mana makanan nya? udah aku tungguin juga dari tadi. Malah baru nongol!." sergah Citra memanggilku.

"Hahah nungguin aku yah? emang kamu tadi ngga sarapan dulu?." balasku sembari tertawa.

"Nggak sempet aku. Ya udah mana sini! yang lain juga pada nungguin, di kelas udah kayak yang ngantri konsumsi karena kelaparan. Eh seksi konsumsi nya malah belum datang-datang." celetuk Citra seraya merebut barang dagangan ku dan membawa nya masuk ke dalam kelas..

"Idih santai dong Cit!, wong bel masuk juga masih 10 menit lagi." sergahku sembari mengikuti langkah kaki Citra yang masuk ke dalam kelas."

"Halo guys! Inu Bu Hajat nya udah dateng nih! mana yang tadi nanyain makanan, nih makanannya udah dateng!." teriak Citra saat memasuki kelas.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Faridah

Faridah

cerai aja laki2 model gitu

2025-01-31

0

Eric ardy Yahya

Eric ardy Yahya

sudah malas ternyata suka mabuk pula , ini orang kayaknya sinting banget sampai mabuk pun dianggap makanan sehari-hari hanya demi bisa menghajar anaknya sendiri . benar-benar bodoh.

2024-01-19

1

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

kapan tu ayah durj ame nenek laknat kena azabnya

2023-06-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!