Part 8 Ayah Mencak-Mencak

"Sin, Ibu mu belanja kemana sih? belum balik juga, udah satu jam juga belum nongol-nongol, belanja ke Palestin gitu yah?." Gerutu Ayah pada ku.

"Ke grosir Yah, sekalian belanja buat dagang besok, emang suka lama belanja di sana, soalnya pasti ngantri." jawabku jujur.

"Kurang ajar, tahu gitu Ayah belanja aja sendiri di warung tau bakal lama gini." ucap Ayah ketus.

"Ya sudah sabar aja, bentar juga sampe ribet amat." celetukku dengan nada sedikit tinggi.

Nampak Ayah sangat marah mendengar ucapanku, mata nya melotot sambil berkacak pinggang menatapku tajam. Aku harus siap mendengar omelan Ayah yang pasti akan panjang seperti kereta.

"Sabar-sabar. Udah pada berani yah kalian sama Ayah! Kalian di pengaruhi apa sih sama Ibu kampung mu hah! sampai pada berani pada Ayah kandung mu sendiri?." Sentak Ayah padaku.

Aku yang sedang membaca menoleh ke arah Ayah.

"Stop yah! jangan hina-hina Ibu ku sebagai Ibu kampung lagi. Perasaan aku juga jawab nya biasa aja barusan. Kok malah Ayah tiba-tiba menghina Ibu dengan sebutan Ibu kampung segala." balas ku dengan nada cukup tinggi. Siapa suruh datang-datang mencak-mencak tak jelas sama anak sendiri, pake menghina Ibu segala.

"Kamu yang sopan yah kalau ngomong sama Ayahmu!. Nggak usah pake urat bisa kan? kamu mau Ayah tampar?." teriak Ayah yang tak terima dengan ocehan ku.

"Sedari tadi aku juga sopan, Yah. Jawab nya juga biasa aja, tapi Ayah yang mulai duluan menghina Ibu. Aku tak terima Ayah menghina Ibu lagi!. Kalau mau tampar, tampar aja nih, tampar!." tantang ku pada Ayah.

"Aargghh sudahlah mending aku kembali ke kantor saja, niat ingin bersantai di rumah malah emosi aku di sini. Gara-gara didikan si Ipah Jal*ng gak becus itu kamu sampai berani seperti ini pada Ayah." teriak Ayah membuat emosi ku naik ke ubun-ubun. Akan aku ingat hinaan Ayah pada Ibu dan akan aku balas suatu hari nanti.

"Stop Ayah! kenapa Ayah malah menghina Ibu ku lagi? Sudah cukup! Kalau Ayah mau keluar, keluar aja sana! nggak usah hina Ibu segala." teriak ku kencang sampai membuat Ayah berhenti melangkah keluar rumah lalu berjalan mendekatiku.

"Huh dasar anak gak tahu di untung." sembari menggerakkan tangan hendak menampar ku.

"Cukup! Apa yang kamu lakukan pada anakku, Bang? Cukup aku saja yang kamu perlakukan semena-mena jangan anak ku!." sergah Ibu yang tiba-tiba menahan tangan kanan Ayahku yang hendak menamparku.

"Halah anak dan Ibu sama saja bikin kesel aja. Mana sini rokok ku? Aku akan pergi pusing lama-lama di rumah." balas Ayah ketus sembari mengambil rokok dari kantong belanjaan Ibu.

"Ya udah nih! ya udah pergi aja sana!." pungkas Ibu seraya menyodorkan sebungkus rokok pada Ayah.

"Oke, nanti malam kamu kunci pintu rumah aja, Ipah. Soalnya Abang nggak akan pulang ke rumah malam ini." ucap Ayah seraya berlalu pergi meninggalkan rumah.

Ayah bersitatap dengan Bayu saat pas pas di depan pintu, namun tidak ada kata-kata yang keluar dari Ayah dan juga Bayu. Tapi aku tahu dari arti tatapan Ayah yang masih kesal dengan apa yang di lakukan Bayu tempo hari.

"Kak Sinta, Ibu tidak apa-apa kan?. Apa yang dilakukan Ayah kali ini?." tanya Bayu khawatir mendekat ke arah kami.

"Tidak apa-apa Nak." Jawab Ibu.

Ibu mengatakan itu pasti tidak ingin anak-anak nya semakin membenci Ayah.

"Tapi kenapa Ayah marah-marah, sampai kedenger loh tadi dari luar." tanya Bayu penasaran.

"Ayah saja yang nyebelin, perasaan Sinta ngomong nya biasa saja. Sinta cuman nggak suka kalau Ayah menghina Ibu. Jadi Sinta hanya bilang supaya Ayah berhenti menghina Ibu, sampai akhirnya mungkin Ayah kesal dan hendak menamparku, untung Ibu barusan keburu datang." ucapku menjelaskan.

Memang anak mana yang terima Ibu kandung nya di hina-hina seperti itu, apalagi mengingat kelakuan Ayah yang semena-mena pad Ibu.

"Ya ampun Sinta Ibu sudah bilang, biarkan Ayahmu mau berbicara apapun tentang Ibu. Kamu jangan sampai tersulut emosi seperti itu walau bagaimana pun dia tetap Ayah kandung mu Sinta. Lain kali jangan mancing emosi Ayah lagi. Nggak baik Nak. Tapi kamu ngga papa kan?." balas Ibu.

"Ih Ibu gimana sih, kok belain Ayah. Aku kan ngebelain Ibu. Ibu jangan terlalu baik deh sama Ayah. Sinta nggak kenapa-napa kok Bu, aman."

Ya Allah kenapa Ibu malah membela Ayah? Ibu nggak tahu aja kelakuan Ayah di belakang Ibu, selain sikap nya yang sentimen, Ayah juga terlihat dekat dengan Tante Adel bahkan di Restaurant mahal tadi Ayah bersikap mesra dengan Tante Adel.

"Syukurlah kakak ngga kenapa-napa, kalau sampai terjadi sesuatu pada Kakak, Bayu nggak akan tinggal diam kalau Ayah sampai melukai Kakak. Kakak jangan lupa bilang ke Bayu, Bayu akan lawan Ayah lagi." pungkas Bayu.

Aku terharu dengan tingkah laku adik laku-lakiku ini. Sebegitu sayang nya dia kepadaku sampai berani membela ku padahal dia masih kecil tapi dia sudah berani berkata seperti itu seakan dia pelindung keluarga ku.

"Aku terharu sekali Bay, tapi kamu tenang aja. Kakak ngga akan tinggal diam kok kalau sampai Ayah main tangan pada Kakak." sahutku.

"Sudah-sudah nggak usah di teruskan. Sinta kamu jangan terlalu meladeni ucapan Ayah mu, biarkan saja. Nggak usah sok jagoan. Nanti kalian kualat lagi karena melawan orang tua." tegur Ibu.

"Kami bukan nya sok jagoan Bu. Bedakan antara sok jagoan sama membela diri. Kita kan cuman membela diri, lagian kita nggak pernah cari gara-gara duluan. Semut aja kalau di injak pasti gigit, lah kita manusia masa diam saja. Iyah kan kak?."

"Alah kamu Bayu pake peribahasa segala, masih Smp juga ngomong nya udah sok jadi dewasa. Ibu cuman khawatir kepada kalian dan jangan terlalu baper menganggap perkataan Ayahmu, biarkan saja. Ayahmu juga nanti capek sendiri." pungkas Ibu.

"Hahaha Bayu emang dasar sok dewasa banget Bu. Sudah lah kamu masuk kamar belajar yang rajin. Kerjain tugas sekolah mu untuk besok. Besok kamu mau masuk sekolah kan?."

Namun apa yang di katakan Bayu ada benar nya. Aku mengakui kebenaran dari perkataan adik laki-laki ku itu.

"Ah nanti aja deh ngerjainnya malem juga bisa, aku mau main game dulu di kamar, bye." pungkasnya lagi seraya masuk ke dalam kamar.

"Dasar bocil main game aja terus yang ada dalam otaknya bukan belajar. Gimana mau berprestasi kalau kerjaan nya game mulu." ketusku dengan nada sedikit lebih tinggi.

"Bawel banget sih, bawa santai aja lah. Emang kalau anak berprestasi di masa tua nya akan menjamin sukses. Belum tentu juga sih hahahaha." Sahut Bayu menjawab pertanyaan ku dari dalam kamarnya.

"Tuh Bu lihat anak itu di bilangin yang bener sama kakak nya malah ngejawab aja." ucapku pada Ibu.

"Ya udah sih Sin biarin aja, lagian kan kamu tahu Ibu juga bukan tipe orang tua yang harus anak nya berprestasi di sekolah, yang penting adikmu sekolah dan mendapat ijazah Ibu sudah bangga kok. Walaupun tidak berprestasi dalam mata pelajaran tapi manusia di ciptakan dengan segala macam potensi dan kemampuan, Sin. Mungkin saja adikmu punya potensi atau kemampuan yang belum kita ketahui."

Aku tertegun mendengar ucapan Ibu, emang benar Ibu tidak pernah menekan kami dalam hal belajar selagi kami bisa bersekolah tidak membuat masalah dan tidak mempermalukan namanya, Ibu tetap bangga akan perkembangan anak-anaknya. Lain hal nya dengan Ayah yang selalu menekanku, bahkan sewaktu aku SMP aku di marahi Ayah karena ranking ku turun, yang tadi nya ranking 1 menjadi ranking 2. Bukan hanya itu Ayah juga pernah memarahi teman sekelasku yang mendapatkan ranking 1 karena di rasa tidak pantas mendapatkan ranking itu. Aku sampai malu mengingat kelakuan Ayahku itu.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Anita Nita

Anita Nita

kan emasnya udah dapat,ya udah pergi aja dri situ

2025-02-07

0

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

knp gk pisah aja sih

2025-02-02

0

Dewi Yanti

Dewi Yanti

si ibu nya hrs di ruqiyah itu mh kena pelet kayanya, soalnya cinta mati bgt sm bapak nya sinta.. pdhl udh di hina" gt msh aja mau bertahan,anak" nya aja udh g tahan

2024-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!