Part 2 Melawan Ayah

"Bu!." panggil seseorang dan kemudian kami berdua menoleh ke arah pintu.

"Astaghfirulloh Bayu, apa yang terjadi dengan wajahmu?." tanya Ibu berlari menghampiri adikku yang bernama Bayu.

"Tidak apa-apa kok Bu, biasalah kenakalan remaja yang memberontak Ayahnya. Memangnya Kak Sinta saja yang sakit hati melihat Ibu di perlakukan seperti itu, Aku sebagai anak laki-laki merasa gagal karena tidak ikut melawan tadi." Jawab Dimas yang tahun ini akan masuk SMK.

"Ya Allah Nak harusnya kamu tidak melakukan ini. Wajahmu pasti sakit, sini Ibu obati tapi lain kali kamu jangan seperti ini lagi Bayu." Ibu menasehati Bayu sambil mengobati wajah yang cukup banyak luka.

"Isshhh...." ringis Bayu saat Ibu menekan kain basah pada luka di wajahnya, pasti sakit. Kasihan Adikku.

"Bu, Sinta mau tanya sesuatu pada Ibu deh. Kenapa keluarga Ayah sangat membenci Ibu dan bahkan Ayah tidak membela Ibu?." akhirnya aku memberanikan diri bertanya kepada Ibu, walaupun sebenarnya aku sudah menduga dengan jawaban Ibu. Tapi aku ingin mendengar langsung dari mulut Ibu.

Ibu menatap mata ku dengan lekat, seperti ada keraguan yang tersimpan di hati Ibu untuk bercerita.

"Intinya karena Ibu bukan dari keluarga berada. Dan Ibu juga yatim piatu dan berasal dari kampung. Itulah alasan keluarga Ayah mu tidak menyukai Ibu."

"Tapi kenapa Ayah tidak membela Ibu melihat Ibu di perlakukan seperti itu. Harusnya sebagai seorang suami harus bisa melindungi istrinya. Tapi Ayah?.... Untuk apa Ayah menjadi suami jika tidak bisa melindungi istrinya." sanggahku dengan nada emosi. Emosi ku sekarang seakan meledak saat mengingat-ngingat segala perlakuan buruk mereka pada Ibu. Saat itu aku masih kecil dan tidak bisa melawan, tapi sekarang aku tidak akan tinggal diam.

"Entahlah dulu padahal Ayahmu sangat mencintai Ibu. Bahkan Ayahmu rela menentang Ibu nya agar tetap menikah dengan Ibu. Namun Ayah mu berubah sejak Om Zainal menikah dengan Tante Adel menikah. Sejak itu Ayahmu mulai temperamen pada Ibu entah apa alasannya, Ibu tidak tahu." Jawab Ibu.

Brakkk....

"Kamu jangan mencoba mendokrin otak anak-anakku dengan sengaja menanamkan kebencian padaku. Ibu macam apa kamu Saripah?." tiba-tiba saja pintu di tendang dengan keras oleh Ayah.

Saat aku melihat wajah Ayah sangat babak belur, bahkan matanya memerah seperti terkena pukulan.

Wajah Ayah kenapa?.

"Ibu sama sekali tidak mendokrin aku untuk membenci Ayah. Kelakuan Ayah yang selama ini membuatku dan Bayu membenci Ayah. Ayah pikir Ayah sudah memberikan contoh yang baik untukku dan juga Bayu?." hardikku kepada Ayah, mungkin urat leher ku sepertinya akan keluar jika berbicara dengan Ayah.

"Jaga nada bicara mu Sinta. Aku ini Ayahmu. Jadi kamu harus hormati aku." Sergah Ayah yang bersiap melayangkan tangan ke arah ku.

"Apa Ayah ingin menamparku?, Silahkan tampar!, tapi jika sampai lengan Ayah menyentuh pipiku. Akan aku pastikan jika nanti Ayah sudah tua dan mulai sakit-sakitan. Aku akan membiarkan Ayah mati kesepian di hari tua." ancamku pada Ayah. Mendengar itu Ayah menurunkan tangannya.

"Hebat sekali kamu Ipah mendidik anak perempuan mu menjadi sok jagoan dan anak laki-laki mu menjadi tukang pukul. Dan lebih parahnya lagi anak laki-laki mu ini memukul Ayah nya sendiri. Aku menyesal karena telah menikahi mu, ternyata benar apa yang di katakan Ibuku, bahwa menikahi perempuan kampung yang tidak berpendidikan itu akan menjadi malapetaka." ujar Ayah panjang lebar menghina Ibu.

"Jangan berbicara seperti itu pada Ibuku!. Mungkin saja dalam hati yang paling dalam justru Ibu yang menyesal telah menikah dengan laki-laki brengs*k macam Ayah. Seorang suami yang tidak bisa melindungi dan menjaga keluarganya sendiri." timpal Bayu, bahkan luka di wajahnya sama sekali tidak membuat dia kesakitan ketika berbicara setengah berteriak seperti itu.

"Kurang ajar, mulai besok tidak ada lagi uang jajan dan jatah makan untuk kalian. Kalian pikirkan saja sendiri bagaimana kalian bisa makan besok.!" ucap Ayah seraya masuk ke dalam kamar dan menutup nya dengan sangat kencang.

Aku, Ibu dan Bayu saling pandang dan terdiam sejenak.

"Bu, sebaiknya kita pergi saja dari sini. Aku rasa untuk tetap tinggal di rumah ini apalagi berdekatan dengan Nenek, itu bukan pilihan yang bagus, hidup kita pasti selamanya tidak akan pernah tenang." Aku mencoba memberi usul kepada Ibu untuk meninggalkan rumah ini dan lebih baik hidup mengontrak bersama.

"Ada satu hal besar yang harus Ibu pertahankan, Ibu harus bersabar sebentar lagi, yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana kita bisa bertahan hidup di rumah ini tanpa pemberian apapun dari Ayahmu." Jawab Ibu dengan kekeh ingin terus tinggal di rumah ini. Aku bingung dengan ucapan Ibu seperti ada satu hal yang Ibu sembunyikan dari ku dan juga Bayu.

"Aku tidak mau tinggal di sini kalau Ibu masih diam saja di tindas Ayah dan keluarganya. Aku lebih baik tinggal di kolong jembatan daripada melihat Ibu di tindas dan terluka hatinya." tolakku para Ibu, apalagi aku dan Bayu harus pergi sekolah. Jadi aku tidak bisa memantau Ibu 24 jam full.

"Ibu berjanji demi kalian. Ibu akan melawan Ayah dan keluarganya. Tapi kalian juga berjanji pada Ibu juga. Kalau kalian harus sekolah yang betul, jangan sampai karena masalah ini kalian jadi tidak fokus sekolah." sanggah Ibu berjanji pada kami.

"Aku berjanji, jika aku melihat progres Ibu berani melawan Ayah dan keluarganya, maka aku dan Bayu akan semangat bersekolah dan semangat mengejar cita-cita." ujar ku. Akhirnya kami bertiga pun berpelukan, lebih tepatnya aku dan Bayu yang memeluk Ibu.

"Oh iyah Bu, Sinta punya tabungan, tidak banyak sih. Tapi seperti nya cukup untuk di jadikan modal usaha." ujar ku memberitahu Ibu.

"Bayu juga punya tabungan kok Bu untuk tambah-tambah, tapi kira-kira usaha apa yah?." tanya Bayu pada kami.

"Ya ampun itu kan tabungan kalian, sebaiknya simpan saja. Ibu juga ada sedikit tabungan kok dari sisa uang pemberian Ayah kalian berikan." tolak Ibu menolak uang pemberian kami.

"Biar nggak banyak juga, Ibu jangan nolak yah!. Ini sebagai bukti bakti kami pada Ibu." Sahutku menyakinkan Ibu dan pada akhirnya walaupun ada sedikit perdebatan, Ibu pun setuju dan menggunakan uang tabungan kami.

Selanjutnya aku dan Bayu ke kamar masing-masing untuk mengambil celengan. Lalu kami kembali ke tengah rumah untuk menemui Ibu.

"Ayo Bayu kita pecahkan sama-sama supaya asyik." Bayu pun setuju lalu memecahkan celengan bersama.

Pyarrrrr

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Lina Suwanti

Lina Suwanti

nama adiknya Sinta, Bayu atau Dimas?

2025-02-02

0

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

anak yang berbakti 😍😍😍

2025-02-02

0

Faridah

Faridah

hadir

2025-01-31

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!