Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek

Shuutt.

"Kamu jangan berisik Sinta, nanti kalau berisik kita bakalan ketahuan dan Nenek mu bisa denger dan datang kemari. Ibu sedang mencari barang berharga milik Ibu yang di rampas oleh Nenek mu. Sekarang kamu bantu cari sebelum Nenek mu datang." bisikan Ibu berbisik pelan kepada ku.

"Barang berharga apa maksud Ibu? Oke akan Sinta bantu cari. Tapi barang apa yang sedang kita cari biar lebih mudah menemukannya." tanyaku.

"Perhiasan, Nak. Tolong bantu cari kotak perhiasan merah dengan tanda "SA" di bagian atas kotak itu. Itu merupakan peninggalan Nenek mu Sri yang telah meninggal untuk Ibu, karena Nenek mu tidak suka melihat Ibu memakai perhiasan, akhirnya ia pun merampas paksa perhiasan Ibu waktu kamu kecil dulu." Sahut Ibu menjelaskan dengan suara pelan.

"Apa ? terus apa yang di lakukan Ayah saat melihat perhiasan Ibu, Nenek rampas?." ucapku mulai kesal.

"Shuut, Ayahmu diam saja justru memaksa Ibu memberikan semua milik Ibu pada Nenek itu beserta kotak perhiasannya. Padahal perhiasan itu satu-satu nya peninggalan Nenek Sri dulu untuk Ibu, tidak ada sangkut paut nya dengan Ayahmu, itu sepenuhnya hak Ibu." balas Ibu sembari mencubitku supaya menurunkan nada suara ku.

"Baiklah, Sinta bantu cari. Tpi kenapa baru sekarang Ibu ambil, kenapa ngga dari dulu?." tanyaku.

"Udah lah jangan dulu banyak tanya, keburu Nenek mu itu datang. Nah ini dia yang Ibu cari. Ayo Nak kita keluar perhiasan Ibu sudah ketemu!." pungkas Ibu lalu menarik ku untuk Ikut keluar kamar.

Aku pun mengikuti Ibu dan menyuruh nya untuk keluar dari pintu depan saja karena tadi aku yang melihat Nenek ada di belakang rumah. Aku lega tadi Nenek sihir itu tidak melihat ku masuk ke dalam rumah. Ibu berhasil keluar rumah.

Sementara aku yang masih di dalam, mendengar suara yang memanggil Nenek.

"Bu, Ibu."

"Aargh, itu suara Ayahku. Dia pasti akan masuk lewat pintu depan, gimana nih." gumamku dalam hati.

Aku tidak ingin Ayah melihatku, aku malas beradu argumen dengan Ayah. Ayah pasti akan banyak pertanyaan kalau sampai melihatku masuk ke dalam rumah Nenek.

Krieet...

Pintu depan perlahan terbuka, aku langsung bersembunyi di belakang sofa besar ruang tamu yang berada dekat pintu depan rumah seraya memasukkan kotak perhiasan Ibu ke dalam tas sekolah ku.

"Bu, Ibu kok di rumah pada sepi? Ibu kemana ya?." ucap Ayahku seraya berjalan mencari Nenek.

Aku pun sedikit mengintip dari balik sofa, ku lihat Ayah sudah berjalan ke arah dapur yang berdekatan dengan kamar Nenek dan juga pintu belakang rumah. Dengan sigap aku berjalan keluar dengan perlahan supaya tidak ketahuan oleh Ayah.

Krieet.

Aku akhirnya berhasil keluar lewat pintu depan tanpa di ketahui oleh Ayah atau Nenek ku, sembari celingak-celinguk melihat ke dalam rumah. Saat menutup kembali pintu rumah.

Tit.

Tit.

Titittt.

Tak sengaja aku menyenggol motor milik Ayahku seketika membuat alarm motor itu berbunyi.

"Siapa itu di depan?." teriak Ayahku memanggil.

Emang dasar kelakuan Ayahku kalau parkir motor suka sembarangan, main taro seenak jidat ngalangin jalan, nggak lihat apa lahan parkir luas. Mana alarm motor nya sensitif sekali di senggol dikit aja bunyi.

"Meong, meong," Aku meniru kan suara kucing agar Ayah tidak curiga.

"Oh kucing, dasar motor aneh di tabrak kucing aja main bunyi-bunyi aja alarm nya, buta kali tuh motor ngga bisa bedain mana maling atau kucing. Kalau tau gitu mending kemarin beli motor Nam*x aja." ucap Ayah menggerutu.

"Dasar aneh malah mencak-mencak sendiri nggak jelas." gumamku sembari tersenyum lega karena berhasil mengelabui keberadaan diriku dari Ayah.

.

.

.

Aku masuk ke dalam rumah sudah ada Bayu di ruang tamu.

"Bayu kenapa kamu di luar, bukannya tiduran aja di kamar?." tanyaku begitu masuk ke rumah sudah ada Bayu yang sedang menonton televisi.

"Aku bosan Kak, di kamar terus."

"Oh ya sudah, dimana Ibu?." tanyaku begitu tak melihat Ibu bersama Bayu. Tadi saat keluar dari rumah Nenek, Ibu sudah cepat pergi sebelum kedatangan Ayah.

"Di kamar mungkin, aku kesel sama Ibu. Masih mau aja di suruh ke rumah Nenek." gerutu Bayu.

"Kamu nggak tahu aja alasan Ibu ke sana." jawabku sembari melepaskan tas lalu duduk di samping Bayu.

Rasanya tubuh ku sangat lelah sekali, setelah sekolah sambil berjualan. Lalu aksi tadi yang sangat menegangkan membuat tubuhku capek.

"Emang apa yang Ibu lakukan di sana?." tanya Bayu penasaran.

Tiba-tiba Ibu keluar dari kamar. Kami berdua menoleh ke arahnya.

"Kamu nggak ketahuan kan, Sin?." tanya Ibu kemudian duduk di sofa depan ku.

"Enggak lah, Bu. Sinta jago kalau main detektif-detektif hehehe." jawabku terkekeh.

"Apa yang Ibu dan Kak Sinta lakukan di rumah Nenek?."

"Ibu mengambil perhiasan yang di rampas Nenek." Jawab ku sekenanya lalu memakan gorengan yang ada di meja.

"Emang Ibu punya perhiasan? kok aku nggak tahu?." tanya Bayu.

Pertanyaan Bayu sama dengan apa yang aku tanyakan pada Ibu, karena selama ini kami berdua tidak pernah melihat Ibu memakai perhiasan, satu-satu nya perhiasan Ibu yang Ibu pakai hanya cincin kawin saja.

Ayah boro-boro membelikan Ibu perhiasan, wong ngasih untuk kebutuhan dapur aja pas-pasan. Itulah yang sering jadi bahan curhat Ibu kepada ku. Padahal untuk ukuran manager sebuah perusahaan, Ayah pasti mampu membelikan Ibu perhiasan.

Sudah lah emang dasar nya, Ayah itu pelit sama keluarga.

"Ibu punya perhiasan warisan dari Nenek Sri, Nenek kamu merampas nya waktu kalian masih kecil. Pantas saja kalian tidak akan ingat." Jawab Ibu.

Aku memperbaiki duduk dan menatap Ibu "Bu aku punya kabar baik." ucapku.

"Apa itu?." tanya Ibu penasaran lalu aku mengeluarkan uang hasil jualan hari ini pada Ibu.

"Masya allah banyak sekali, Nak." Ibu seperti tidak percaya dengan apa yang di lihat nya.

"Yeay makan enak kita hari ini," Bayu terlihat jauh bersemangat, seperti nya adik ku itu sudah sembuh.

Aku memaklumi antusiasme adik ku itu, karena memang kami jarang makan-makanan enak.

"Kamu pikiran nya makanan mulu, kita tabung dulu uang nya. Keuntungan dari hasil jual gorengan itu belum seberapa Bayu." ucap ku yang tidak ingin menghabur-hamburkan uang dari hasil dagang yang untungnya saja tidak seberapa, boleh saja beli makanan enak tapi sewajar nya.

"Tapi bagaimana bisa, kalau di hitung-hitung makanan yang terjual, uang yang di dapat nggak akan sampai begitu banyak, Sinta." tanya Ibu yang dilanda kebingungan.

"Iya itu, 150.000 itu uang booking teman-teman Sinta, Bu. Jadi untuk besok kita buat makanan nya yang banyak. Berhubung kantin sekolah sedang renovasi jadi bukan hanya teman sekelas Sinta saja yang beli tapi yang di luar kelas pun beli dagangan Sinta, Bu." jelas ku.

"Alhamdulillah, berarti emang rezeki kita, Nak. Ibu jadi tambah semangat kalau begitu, belum apa-apa sudah banyak yang pesen." ucap Ibu sembari tersenyum senang.

"Nanti sore ke grosir nya Sinta, kalau sekarang kamu pasti capek."

"Kalau sore grosir keburu tutup, Bu. Ya sudah Bayu anter aja Ibu ke grosir. Bayu sudah sehat kok Bu. Ayo keburu tutup grosir nya!." sanggah Bayu dan hendak berdiri namun di tahan olehku.

"Biar sama Sinta aja Bu!, Sinta nggak capek kok." sahutku kembali.

"Ayolah kak Sama Bayu aja, mana sini kunci nya kak." kekeh Dimas.

"Kalian kenapa jadi ribut. Sudah Sin kasihan kunci motor ke adikmu. Ibu sama Bayu aja. Kamu istirahat dulu gih, makan atau apa gitu." titah Ibu.

"Ya udah nih!." Aku menyerahkan kunci motor pada Bayu.

Pada akhirnya Ibu memutuskan untuk belanja bahan baku dagangan bersama Bayu.

Aku pun pada akhirnya menuruti apa yang di perintahkan Ibu. Aku hendak berganti baju lalu ke dapur untuk makan karena perut ku sudah keroncongan sejak tadi.

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

nah gila selingkuh sama adik ipar

2025-02-02

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

mending bubaran punya suami lacur gitu, bikin sial

2024-05-28

2

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

pisah ae lsg Bu Ipah, wong d ruwet gtq RT mu

2024-05-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!