Part 5 Hinaan Nenek

"Astaghfirulloh Bayu kamu kenapa? Bu Ibu! Bayu demamnya tinggi banget Bu!" aku berteriak-teriak memanggil Ibu di dapur.

Langsung terdengar suara langkah kaki cepat menghampiriku dan juga Bayu.

"Astaghfirulloh iya panas banget, Ibu ambilkan dulu kue dan juga obat untuk pertolongan pertama supaya panas nya reda." Sahut Ibu kembali berlari keluar kamar Bayu.

"Ya Allah kamu ini, ada-ada aja pakai sakit segala. Padahal Ibu udah gorengin gorengan dan juga membuat kue untuk di jual oleh kita." ucapku membatin.

Tapi menurut ku wajar sih Bayu sampai demam seperti ini, mungkin efek dari perkelahian Bayu dan juga Ayah, semoga Ayahku juga sakit seperti Bayu agar adil.

"Ini Nak, makan dulu!." Ibu mendudukan Bayu di kasur dan supaya Bayu bisa bersandar di tembok.

Bayu pun makan dengan perlahan kue yang Ibu berikan. Setelah selesai ia minum obat.

"Bayu, kamu jangan sekolah dulu yah. Kamu juga punya luka lebam di wajah, Ibu khawatir."

"Kalau Bayu nggak sekolah nanti ngga bisa jualan dan bantu Ibu." lirih Bayu.

"Tidak apa-apa biar semuanya kakak yang bawa, kamu di rumah saja, istirahat." ujarku menenangkan Adikku itu.

"Emang bakalan laku semuanya? kakak kan galak nanti malah pembeli nya pada kabur karena kakak teriakin. Hehehe."

"Kamu lagi sakit, bisa-bisa nya meledek kakak yah. Awas kamu kalau udah sehat!," gemas ku dan berpura-pura ingin menoyor kepala nya itu.

"Sudah-sudah, sebaiknya kamu juga siap-siap Sinta dan kamu Bayu sholat dulu lalu istirahat, walaupun kamu sakit tapi kewajiban kita sebagai seorang muslim tidak boleh terlewatkan." ujar Ibu.

"Baik Bu." Jawab kami serempak.

***

Pukul enam kurang, dagangan telah siap untuk ku bawa ke sekolah. Aku pergi ke sekolah biasa memakai kendaraan roda dua, karena jarak sekolah ku lumayan jauh.

"Kamu hati-hati, jangan karena jualan kamu belajar jadi tidak fokus." ujar Ibu padaku.

"Siap Bu." Aku mengacungkan jempol kanannya ke arah Ibu. "Ibu juga hati-hati di rumah yah, Ibu juga harus bisa melawan keluarga Ayah jika mereka sudah bertindak keterlaluan." Ibu pun tersenyum mendengar ucapanku.

"Hei sini Sinta!." teriak Ayah dari rumah Nenek.

Aku datang menghampiri Ayah karena aku masih harus bertindak sopan sebagai seorang anak. Jika mereka sudah keterlaluan baru aku lawan.

Kulihat di samping Ayah ada Nenek yang sedang duduk di kursi teras sembari menatapku sinis.

"Kamu bawa apa itu ke sekolah? Oh pantesan kamu kemarin belanja banyak, kamu mau jualan makanan kampung ini? Gak level banget sih!." sinis Nenekku.

Aku heran kenapa kok bisa aku punya nenek yang suka sinisin cucu nya? Untung aku udah kebal dan nggak cengeng, di ketusin atau di marahin oleh Nenek aku sudah biasa dan bodo amatlah.

Ibu memberikan kode kepadaku agar tidak memperdulikan ucapan mereka.

"Kalau gitu Sinta pamit dulu yah Bu. Ingat kalau ada orang Gila yang mengganggu Ibu, Ibu harus melawan dan hajar mereka satu persatu." ucapku sedikit berteriak supaya Ibu mendengarku sekaligus menyindir kedua orang di hadapanku ini.

"Jangan dulu pergi kamu Sinta, kebetulan kamu bawa gorengan dan kue. Jadi kami tidak perlu membeli, berikan saja semua itu pada kami!." pinta Nenek tidak tahu malu.

"Minta? Beli dong kaya orang susah aja minta-minta, Nenek fakir miskin? gak sekalian aja bawa mangkuk kecil terus duduk di pinggir jalan? udah ah aku mau pergi dulu, takut kesiangan." ejek ku pada Nenek yang tidak tahu malu.

Bukannya tadi Nenek bilang ini makanan kampung? tapi malah minta makanan kampung ini, terus apa tadi bilang nggak level. Kalau bukan orang tua, ingin rasanya aku robek tuh mulut Nenek, bisa-bisanya dia minta makanan setelah menghina makanan ini.

"Hei Sinta! Ayah masih bicara denganmu. Ipah bilang pada anakmu bahwa aku ingin kue dan gorengan yang dia bawa di box ke rumah Ibuku. Di rumah masih ada sanak keluarga yang ingin sarapan. Jadi gorengan dan kue biar aku yang bawa ke rumah Ibu." Aku naik pitam mendengar penuturan dari Ayah.

"Boleh, semuanya Rp. 500.000, kalau Ayah mau bawa semua nya Ayah harus bayar sesuai nominal yang aku sebutkan." timpalku.

Padahal harga gorengan semuanya itu cuman Rp.400.000 tapi tak apalah tambahin sedikit, Ayah kan orang nya pelit dan aku juga tidak terlalu berharap tuh. Mana mau Ayah mengeluarkan uang sebanyak itu.

"Eh kamu sama Ayah sendiri malah hitung-hitungan seperti itu, nggak ingat kalau kamu bisa sekolah sampai SMK itu uang dari Ayahmu hah!." Balas Nenek dengan kasar.

Aku sempat berpikir apa Nenek tidak kesakitan tenggorokan nya karena berteriak-teriak seperti itu, entah mengapa sejak kemarin Nenek dan Ayah sangat terlihat membenciku, padahal sebelumnya Nenek dan Ayah hanya akan bersikap tidak baik pada Ibu saja. Apa mungkin karena aku kemarin sedikit melawan nya yah?, ah masa bodoh, siapa suruh sudah menghina Ibu ku. Aku juga tidak ingin di sayang sama orang macam Nenek dan Ayah.

"Aku ngga minta tuh!" ucapku ketus.

"Makanan kampung gitu aja sombong, seenak apa sih masakan Ibu mu paling juga keasinan, mana laku di jual?." ucap Nenek sembari terkekeh.

"Nenek kalau nggak suka ngga usah menghina makanan Ibu dong. Ngga inget kalau tiap hari minta di masakin Ibu? Besok-besok Ibu ngga usah masakin Nenek lagi Bu." ucapku.

"Eh, eh ngga bisa gitu. Kalau bukan Ibu mu yang masak, siapa lagi dong? Ibu mu kan pembantu gratisan, walaupun yah masakan nya nggak seenak dengan makanan di restaurant." hina Nenek pada Ibu.

Tangan ku sudah terkepal ingin sekali meninju wajah Nenek, namun aku harus bisa menahan amarah ku.

Kulihat Ibu menggeleng-gelengkan kepala pertanda aku harus berhenti.

"Sudah, Nek. Jangan menghina Ibuku lagi. Aku nggak akan diam kali ini."

"Ibu tutup pintu nya yah jangan sampai ada orang Gila masuk rumah. Aku pamit dulu Assalamualaikum."

Sudah tua bukannya taubat ini malah semakin menjadi. Masih pagi aku sudah kehilangan mood gara-gara mereka.

"Hei dasar cucu durhaka, kurang ajar sekali kamu. Awas yah!. Bagas kau urus tuh anakmu lama kelamaan dia semakin kurang ajar sama Ibu."

Sebelum mendengarkan amukan Ayah, aku sudah menstalter motor ku dan melajukan meninggalkan rumah.

Selama di perjalanan, aku berusaha untuk tidak memikirkan hinaan Nenek. Aku harus semangat pagi ini untuk mendagangkan gorengan dan kue buatan Ibu nanti di sekolah. Mudah-mudahan jualan ku nanti di sekolah laris manis. Aamiin.

.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Sity Herfa

Sity Herfa

dasar nenek" peyot ingat umur dah tau juga

2025-02-03

0

Faridah

Faridah

ngeri kalee ucapan nenek lampir nya

2025-01-31

0

Soraya

Soraya

semoga dagangannya laris ya Sinta

2025-01-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!