Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek

"Ih Ibu ini kebiasaan nanti dia main game mulu sampai lupa waktu." balasku.

"Kamu ini lama-lama kok jadi mirip seperti Ayahmu Sinta!. Kamu tenang aja, Bayu memang suka main game, tapi Ibu diam-diam selalu memperhatikan. Pernah Ibu lihat saat ia main game terus adzan berkumandang, Bayu selalu menyimpan game sejenak dan sholat tepat waktu. Dan terlihat tak begitu peduli walaupun kalah dia tetap sigap mengambil air wudhu dan sholat. Coba deh lain kali kamu perhatikan adekmu itu." Sanggah Ibu.

Pernyataan itu membuatku lagi-lagi tertegun sekaligus bertanya-tanya, apa benar Bayu seperti itu? Apa benar aku lama-lama sifat ku yang selalu menekan Bayu itu sama dengan Ayahku?. batin dalam hati seraya melamun.

"Heh, Sinta. Kok malah bengong sih, kamu tidak usah khawatir dengan adikmu dan menekannya seperti Ayah lagi. Dia memang seperti itu. Percayakan saja padanya, perihal masa depan dan jalan yang akan di pilih, selagi tidak menyimpang dan menyalahi aturan. Lebih baik kamu biarkan saja. Sekarang kamu yang belajar saja, sebentar lagi kan ujian." ucap Ibu menepuk pundakku sampai membuatku sedikit kaget karena aku tengah terdiam melamun memikirkan pernyataan Ibu.

"Ih Ibu bikin Sinta kaget aja. Iyah sekarang Sinta mau belajar." ucapku.

"Ya udah masuk kamar sana gih anak rajin Ibu!." balas Ibu.

Aku pun menuruti ucapan Ibu itu untuk masuk ke dalam kamar dan belajar, mungkin karena sedari kecil sering di tekan oleh Ayahku tanpa membantah perihal belajar membuatku lama-lama terdokrin sampai akhirnya aku terbiasa melakukan sendiri tanpa di perintah oleh siapapun lagi.

***

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 19.00. Karena keasyikan belajar aku jadi lupa waktu. Padahal rencana nya aku akan membantu Ibu untuk mempersiapkan barang dagangan untuk besok. Seketika aku langsung keluar kamar untuk menemui Ibu.

"Ayo Bu aku bantu mempersiapkan dagangan buat besok."

"Udah ngga usah, pas kamu belajar tadi Ibu udah kerjain semuanya sedikit lagi sudah selesai. Kamu kalau mau makan, makan aja. Udah Ibu siapin di dapur."

"Kok nggak nungguin Sinta, Bu. Sinta kan mau bantuin Ibu."

"Tugas kamu itu belajar, kamu mau menjajakan dagangan juga sudah membantu Ibu. Ibu tidak ingin kamu kecapean. Urusan menyiapkan dagangan biar ibu yang ambil alih." Sahut Ibu menjelaskan.

Kruk.

Kruk.

Kruk.

"Duh perut emang ngga bisa di kondisikan. Mudah-mudahan Ibu ngga denger."

"Tuh kan kamu dah laper, sebaiknya kamu makan sana!." titah Ibu.

Tanpa basa basi aku pun makan masakan Ibu yang sudah Ibu siapkan di meja dapur. Saat tengah asyik makan tiba-tiba terdengar suara gedoran pintu di belakang rumah.

"Ipah, kok pintu belakang rumah di kunci sih. Buka dong!." teriak Nenek memanggil nama Ibu.

"Ada apa sih Nek, sudah malam main gedor-gedor pintu segala." ucaku menggerutu seraya membukakan pintu untuk Nenek.

"Ibu mu kemana sih Sinta? Kok pintu depan jam segini udah di kunci sih, heran. Jadinya Nenek mesti muter ke belakang karena Nenek menduga Ibu mu lagi masak di dapur." sanggah Nenek.

"Ya mungkin karena tadi Ayah bilang Ayah nggak pulang dan menyuruh Ibu untuk mengunci pintu depan. Memang nya ada apa Nek?." tanyaku dengan lembut.

"Halah masih sore aja main kunci segala. Memang nya Ayah mu kemana Sin, lembur lagi?." balas Nenek ingin tahu.

"Iyah kali Nek." ucapku singkat sembari menyeruput sumsum kaki sapi yang Ibu buatkan.

"Widih masak sup kaki sapi nih, bagi Nenek yah! Ini yang di panci semua Nenek bawa." celetuk Nenek dengan tak tahu malu nya.

"Yah jangan semua juga, Nek. Mending Nenek tanya dulu Ibu sama Bayu mereka juga belum makan. Kalau sup kaki ini Nenek bawa, nanti Ibu dan Bayu makan apa?." sahutku.

"Halah Nenek bawa semua. Kakek mu akan pulang malam ini dari kalimantan, dia pasti lapar. Nenek malas masak." pungkas Nenek seraya hendak pergi membawa panci berisikan sup kaki sapi yang saat ini tinggal setengah lagi karena tadi kami telah memakannya di pagi hari.

"Eh-eh Ibu Bu! mau di bawa kemana sup kaki saya Bu?." Sahut Ibu ku yang tiba-tiba datang ke dapur.

"Aku bawa yah Ipah! Bapak mertua mu akan pulang malam ini. Di rumah ngga ada makanan. Ibu malas masak.

"Loh tadi pagi kan, Ipah udah masakin semur ayam Bu. Katanya Ibu mau semur ayam untuk Ibu, tadi Ipah masak 1/2 kilo loh Bu. Masa sih Ibu habiskan semua nya sendirian?." tanya Ibuku Sarifah.

"Udah di buang sama suami mu, Bagas. Katanya nggak enak. Udah yah Ibu mau balik lagi, keburu Bapak mertua mu pulang." Celetuk Nenek.

"Hhmm ya udah bawa aja Bu." Sahut Ibu ku sembari menghela nafas kecewa mendengar penuturan Nenek sihir itu yang mengatakan semur ayam di buang masakannya di buang Ayahku.

"Bu, Ibu ngga papa?." tanya ku menanyakan kondisi Ibu setelah melihat raut wajah yang nampak sedih.

"Ibu ngga papa, Sinta. Kamu lanjutkan saja makannya. Untung Bayu dan Ibu sudah makan malam tadi, jadi Ibu tak perlu memasak lagi karena Nenek mu mengambil sup kaki sapi tadi dalam kondisi kita semua sudah makan." balas Ibu dengan tersenyum.

Ya begitulah Ibu ku, padahal tadi terlihat jelas raut wajah sedih. Tapi ketika aku bertanya, Ibu pasti menjawab dengan tersenyum menutupi kesedihannya pada kamu seakan semua nya baik-baik saja.

"Sudah Bu, aku tahu kok sedih dan lagi nggak baik-baik saja setelah mendengar ucapan Nenek itu. Ibu tak usah memikirkan ucapan Nenek dan kelakuan Ayah itu mereka memang begitu orang nya." balasku kepada Ibu sembari memeluk Ibu.

"Sok tahu kamu Sinta!. Sudah Ibu mau balik ke kamar aja, Ibu sudah ngantuk." Ibu pun pergi sembari mengunci kembali pintu yang belum sempat di kunci setelah kedatangan Nenek.

Setelah makan aku pun kembali masuk ke dalam kamar dan menonton kembali serial drama korea seru yang belum sempat aku tonton karena kesibukan ku di sekolah. Drama itu berjudul Dr. Romantic seasons 3, beberapa episode belum aku tonton, jadi malam ini aku akan maraton nonton drakor.

Aku sangat sedih saat adegan Dr. Seo wo jin yang tertimpa reruntuhan saat akan menolong beberapa penyintas, salah satu nya saat hendak melindungi seorang guru yang terluka parah hingga tangan Dr. seo wo jin tertancap besi reruntuhan. Episode ini membuat aku meneteskan air mata karena sedih.

Sebelum nya aku sama sekali belum pernah nonton drama korea tapi gara-gara sering di racuni teman sebangku ku Citra akhirnya lama kelamaan aku juga jadi suka dengan drakor.

Tak terasa saking asyiknya menonton drama korea, aku sampai lupa waktu. Saat ini waktu menunjukkan pukul 00.45 dini hari.

"Aduh udah jam segini, udah ah aku mau lanjut tidur. Besok lanjut lagi nonton, subuh aku harus bangun untuk membantu Ibu menyiapkan dagangan. Aku tak mau kalau Ibu menyiapkan dagangan sendiri seperti sore tadi." ucapku menggerutu dalam hati.

Brak.

Brak.

"Ipah, buka pintu nya Ipah!" terdengar suara teriakan Ayah yang menggedor pintu depan rumah ku.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

paty

paty

aneh si ipah kok msh tinggal di rmh itu

2024-03-02

2

Eric ardy Yahya

Eric ardy Yahya

nenek pemalas , kalau mau masak ya suruh anak kamu memasak , anak , selingkuhan sama nenek sama-sama pemalas , mau ada hasilnya namun minim usaha . dasar pemanja sampah.

2024-01-19

0

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

ayah laknat nenek durjana

2023-06-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!