Part 3 Modal Usaha

"Wah beneran juga nih kak, jadi tambah banyak kayaknya kalau di satuin." ujar Bayu dengan mata berbinar.

Lalu kami bertiga menghitung uang dari dua celengan itu. Uangnya beraneka ragam ada yang merah muda, hijau, coklat bahkan beberapa lembar uang berwarna biru.

"Ini total semua nya ada empat juta. Ibu salut deh sama kalian. Kok kalian bisa sih nabung sebanyak ini?." Puji Ibu pada kami.

"Ini Bayu nabung nya dari smp kelas 1. Makannya banyak." Jawab Bayu dengan bangga.

"Maafkan Ibu yah suatu saat nanti pasti Ibu ganti uang kalian. Terima kasih karena kalian Ibu bisa kuat sampai saat ini, Ibu janji mulai sekarang Ibu tidak akan diam saja di perlakukan tidak baik oleh Ayah atau keluarganya." ucap Ibu dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak apa-apa bu kami ikhlas kok membantu Ibu. Tidak usah Ibu pikirkan untuk mengganti uang kami. Yang penting uang kita gunakan sebaik mungkin untuk modal usaha. Bagaimana kalau kita jual gorengan aja Bu? soalnya rata-rata teman-temanku pada malas ke kantin jadi otomatis kalau kita jualan pasti laku." Aku memberikan usul kepada Ibu karena Ibu pandai membuat jajanan atau kue dan rasanya sangat enak.

"Oke, kalau begitu. Kapan kita mulai jualan?." tanya Ibu.

"Lebih cepat lebih baik Bu, Bayu juga mau bantu. Emang cuman kakak saja yang bisa bantuin Ibu, Bayu juga bisa!." ucapnya sombong.

"Huh ikutan aja." ejek ku.

"Udah-udah kalian anak-anak Ibu emang paling baik. Ibu sangat bangga memiliki anak seperti kalian." ucap Ibu sembari tersenyum.

"Bagaiman kalau mulai besok kita jualan nya bu? Sekarang kita list barang-barang kebutuhan yang akan kita buat." ucapku pada Ibu.

"Yah sudah baik nya gimana, Ibu ikut saja." Jawab Ibu.

Akhirnya aku dan Ibu berpikir apa yang akan kita jual dan kami buat untuk besok. Aku sangat senang bisa melihat Ibu tersenyum seperti ini. Semoga Ibu selalu sehat, panjang umur dan bisa terus tersenyum.

"Ya sudah sekarang kita belanja ke grosir, Bu. Aku panaskan dulu motor, Ibu siap-siap aja!." ucapku pada Ibu. Bayu sudah pergi entah kemana, mungkin kebelet kali karena dia tadi terburu-buru.

Aku berjalan ke teras rumah hendak memanaskan motor sambil menunggu Ibu bersiap-siap.

Setelah selesai Ibu keluar dari rumah, "Ayo Sin, kita belanja ke grosir depan!."

Aku dan Ibu pun belanja ke grosir yang tak jauh dari rumah kami, karena kebetulan rumah kami dekat dengan jalan raya, tinggal keluar kompleks sudah masuk jalan raya besar dan di sana banyak grosir dan jajan-jajanan.

Setelah sampai di grosir Aku membiarkan Ibu memilih dan membeli bahan-bahan yang di butuhkan, tidak butuh waktu lama Ibu sudah selesai membeli bahan untuk keperluan jualan besok karena sebelum nya Ibu sudah meng list bahan-bahan yang di butuhkan.

"Sudah selesai Bu?." tanyaku.

"Sudah, mungkin kamu nanti dua kali balikan soalnya barang yang Ibu beli sangat banyak. Ga papa kan, Nak?." tanya Ibu.

"Ngga papa Bu. Ini aku bawa ke rumah dulu yah?." tanyaku.

"Iyah." Jawab Ibu. Aku pun melajukan kendaraan roda dua untuk pulang ke rumah duluan. Barang-barang aku ikat di jok belakang dengan tali yang kebetulan aku bawa dari rumah.

Sepuluh menit aku tiba di rumah, kulihat Nenek melihatku di teras. Mungkin ia penasaran dengan apa yang aku bawa.

"Bawa apa kamu, Sin?." tanya Nenek.

"Kepo." jawabku berlalu membawa barang masuk ke dalam rumah.

Aku sekilas wajah Nenek tampak kesal, saat aku kembali ke depan dan hendak melajukan motor.

Nenek berseru "DASAR ANAK KURANG AJAR!, SINI KAMU!." teriaknya sambil memegang gagang sapu hendak menghampiriku.

Namun aku tidak memperdulikannya, kemudian melajukan motor dengan sangat kencang. Tepat saat Nenek mendekat, asap knalpot motor ku mengenai wajah Nenek. Aku hanya bisa tertawa di jalan.

Setibanya di grosir, Ibu berdiri menungguku lalu membawa sisa barang yang belum aku bawa.

"Ibu belikan makanan matang untuk kita bertiga, karena Ibu hari ini nggak masak." seru Ibu seraya naik ke boncengan.

"Iyah Bu."

.

.

.

Setibanya di rumah, sudah ada Nenek yang tampak marah ia berkacak pinggang melotot ke arah ku saat aku tiba di halaman rumah.

"Wah wah bisa-bisanya kalian belanja banyak seperti ini. Kalian harus menanggung semua biaya dokter yang telah saya keluarkan untuk pengobatan Adel. Kamu harus tanggung jawab Sinta!." sergah Nenek. Kulihat Tante Adel keluar rumah dengan wajah sebelah kiri di perban. Tante Adel menatap ku tajam tapi tidak berbicara apapun.

"Bu denger suara nenek-nenek nggak? kok ada suara nya nggak ada wujudnya? Apa mungkin demit yah yang mau keluar menjelang maghrib?. Lebih baik kita cepat masuk ke dalam Bu! takut sawan kayak orang di rumah sebelah." Aku sengaja mengejek Nenek agar darah tinggi nya kumat.

"Dasar anak edan, kamu pikir Nenek mu ini hantu?." Nenek berteriak-teriak tidak tahu malu. Aku dan Ibu cuek saja masuk ke dalam rumah.

"HEI IPAH, AJARI TUH ANAK MU BIAR SOPAN SAMA ORANG TUA!." teriak Nenek yang masih bisa ku dengar di dalam rumah.

Krieeet...

"Kalian habis dari mana? berbelanja? uang dari mana?." cerca Ayah dengan banyak pertanyaan saat kami sudah masuk ke dalam rumah. Ia sedang duduk kursi dengan bersidekap tangan di dada menatap Aku dan Ibu dengan wajah penuh penasaran.

"Yang pasti bukan uang Mu." cemoh ku.

Ayah sontak berdiri hendak menghampiriku namun dihalangi oleh Ibu.

"Anak kurang ajar!." teriak Ayah seraya menatapku tajam.

Aku pun membalas tatapan nya tanpa rasa takut.

"Sudahlah Ayah tidak ingin berdebat," ucapnya lalu ia duduk kembali.

Aku tersenyum penuh kemenangan. Sinta di lawan, aku mengalihkan pandangan ke arah Ibu. Ibu seperti berbicara padaku dengan nada pelan. "Sudah, cukup."

Baiklah mungkin sudah cukup, lain waktu aku pasti akan berdebat lagi dengan Ayah. Dan aku pastikan aku akan menang.

"Oh yah Ipah, buatkan aku makanan. Aku sedang ingin makan ikan bakar dan tumis kangkung. Cepetan buatkan nggak pake lama!" titah Ayah pada Ibu.

Aku kembali kesal dan gemas melihat Ayah yang selalu bersikap seenaknya pada Ibu.

"Tidak ada makanan untukmu, Mas. Orang hari ini kamu tidak memberiku uang belanja untukku."

"Ini nih yang bikin aku muak sama kamu, di pikiran kamu tuh uang, uang terus. Mending kamu minta uang bisa bikin kamu jadi cantik terawat, seperti Adel. Ini malah kucel udah kayak Babu." Aku terkejut mendengar hinaan Ayah untuk Ibu. Yang aku heran kenapa Ayah malah membawa-bawa Tante Adel, emang sih Tante Adel cantik terawat tapi bukan berarti Ayah bisa menghina Ibu seperti itu.

Saat aku ingin membalas ucapan Ayah, Ibu sudah lebih dulu berbicara.

"Kenapa kamu membanding-bandingkan ku dengan Adel. Ya jelas Adel bisa perawatan karena Zainal memberi uang padanya cukup banyak. Lah ini ngasih uang belanja aja pas-pasan belum untuk membayar sekolah anak-anak jadi jangan bandingkan dengan istri yang suaminya becus menjadi kepala rumah tangga." ucap Ibu dengan nada tegas tanpa takut kepada Ayah.

Aku salut dan cukup senang dengan perubahan dan tindakan Ibu. Ibu benar-benar menepati janji nya untuk melawan dan tidak diam saja saat di tindas oleh Ayah atau keluarganya.

.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Iwan Iwan

Iwan Iwan

iya kan ayah nya itu mang suka sama tente adel kan suami nya lagi kerja di luar kota jadi nya tante adel itu senekan nya aja ambil suami kaka ipar nya sendiri kaya perempuan gk moral gitu tante adel nya

2025-01-31

0

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

bagus bu lawan terussss

2025-02-02

0

Faridah

Faridah

semangat bu

2025-01-31

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!