Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah

Tak terasa aku telah sampai di sekolah. Aku berjalan sambil menjajakan barang jualan ku kepada teman yang lewat. Hingga tepukan di bahu mengaggetkanku.

"Sin!." Aku menoleh ke belakang, menatap heran Citra sahabat karib ku yang sudah ada di sekolah sepagi ini karena biasanya ia akan datang sepuluh menit sebelum guru masuk kelas.

"Tumben." ucapku.

"Apa?." tanya nya.

"Tumben kamu datang sepagi ini, ada apa?."

"Aku bete sama orang rumah, udah lah nggak usah di bahas tambah bad mood aku nanti. Lagian kamu ini aku datang telat di omongin, ini aku datang pagi masih di omongin juga." ucapnya kesal sembari memajukan bibirnya.

"Ya udah maaf, ngga usah cemberut gitu nanti cantik nya ilang loh." ucapku.

Citra tersenyum,

"Btw, itu apa?." tunjuk nya ke arah keranjang jualan ku.

"Aku jualan kue dan gorengan kamu mau?." tawarku.

"Kebetulan aku belum sarapan. Aku mau."

Kami menghentikan langkah kaki dan duduk di bangku koridor sekolah. Kelas ku berada di ujung, melewati empat kelas dari sini.

Aku kemudian mengambil kantung plastik dan memasukkan kue dan gorengan pilihan Citra.

Murid-murid sudah mulai berdatangan, suasana cukup ramai. Saat mereka melewatiku dan penasaran dengan apa yang aku bawa, mereka langsung antusias membeli. Dan kebetulan kata mereka kantin sekolah tutup 1 bulan karena renovasi, aku baru tahu hal itu.

"Kamu seharusnya bawa lebih banyak, Sin. Tuh lihat makanan nya sudah hampir habis. Teman-teman dari kelas lain pasti akan kelabakan mencari makanan karena kantin tutup, kalau tahu kamu jualan makanan pasti mereka akan datang untuk membeli." usul Citra teman sebangku ku itu.

"Benar Cit, aku baru tahu kalau kantin tutup. Alhamdulillah berarti ini rezeki aku dan Ibu." jwabku antusias.

Aku menghitung nominal uang yang cukup besar di tangan ku sekarang, apalagi kalau Bayu sudah sembuh dan ikut jualan pendapatan kami akan jauh lebih besar.

"AYO AYO JAJAN-JAJAN KUE DAN GORENGAN NYA TINGGAL SEDIKIT LAGI APALAGI KANTIN TUTUP. SILAHKAN YANG BELUM SARAPAN MERAPAT KE SINI, SEBENTAR LAGI BEL BERBUNYI KALIAN TIDAK AKAN FOKUS BELAJAR JIKA BELUM SARAPAN." Citra berteriak-teriak di depan kelas untuk memanggil teman-temanku yang lain yang berada di kelas berbeda.

Benar teriakan Citra sontak membuat murid-murid yang lain datang menghampiri daganganku dan akhirnya daganganku ludes .

"Ih makasih banget Cit, kamu sudah bantu aku jualan." ucapku berterima kasih.

"Cuma modal bacot doang manggil mereka hehehe." Jawab nya enteng, padahal aku belum tentu berani seperti Citra berjualan dengan teriak-teriak seperti itu.

Kami pun berjalan kembali menuju kelas karena bel akan segera berbunyi.

Pelajaran segera di mulai, hari ini aku bersekolah dengan semangat karena semua dagangan Ibu habis. Ibu pasti senang mendengar kabar ini.

"Sin kata anak-anak kamu jualan makanan, masih ada enggak?." Ada beberapa siswa lain yang datang ke kelas ku menanyakan dangangan yang aku jual, kebetulan sekarang sudah masuk jam istirahat.

"Ya udah habis, besok aku bawa lebih banyak. Pokoknya kalian datang saja ke sini biar ngga kehabisan." jawabku, akhirnya teman-temanku dari kelas lain pergi dengan kecewa.

.

.

.

Akhirnya sekolah pun selesai, aku bergegas untuk pulang ke rumah karena aku sangat khawatir meninggalkan Ibu dan juga Bayu yang sedang sakit. Takut di bully oleh keluarga Ayah lagi.

"Eh itu kayak mobil Ayah deh," saat sedang melewati lampu merah, aku melihat ada mobil Ayah terparkir di depan restaurant. Tanpa berpikir panjang saat lampu hijau aku melipir ke arah kanan lalu berhenti di depan restaurant itu.

"Selamat sore dek! untuk berapa orang?." Sapa seorang pelayan padaku.

"Mmm anu mbak, aku sudah di tungguin Ayah di dalam." ucapku bohong, tak mungkin kan aku makan di restaurant mahal ini menggunakan uang hasil jualan ku kan?.

"Oh kalau begitu, silahkan masuk." Aku pun langsung masuk dan mencari keberadaan Ayah.

"Hah, Tante Adel? Ayah?." mataku terbelalak sempurna kala melihat Ayah dan Tante Adel berduaan makan di Restaurant mahal ini. Bahkan wajah Tante Adel masih ada perban yang menempel.

Bukan hanya itu saja, Aku kaget melihat Ayah dan Tante Adel yang saling suap menyuap, membersihkan sisa makanan di bibir, dunia serasa milik berdua saja. Apa Ayah dan Tante Adel selingkuh?.

Tanpa berpikir panjang aku langsung memotret kebersamaan Ayah dan Tante Adel. Aku yakin foto ini akan berguna untuk ku dan juga Ibu.

"Sialan, sudah nggak becus jadi Ayah dan suami. Eh malah enak-enakan selingkuh. Awas aja foto ini akan jadi bumerang untuk kalian berdua." gumamku dalam hati, setelah mendapatkan beberapa foto, akhirnya aku keluar dari restaurant itu.

"Ya Allah kenapa aku mempunyai Ayah sebrengsek dia. Aku pikir dengan sikap Ayah dan keluarganya itu sudah menyakiti hati ibu, sekarang malah di tambah lagi dengan perselingkuhan Ayah dan Tante Adel. Aku tak sanggup memberitahu Ibu tentang kasus perselingkuhan Ayah." ucapku

Di sepanjang perjalanan aku menangis, ketika mengingat nasib Ibu yang malang mempunyai suami seperti Ayah.

Tak terasa aku sudah sampai di rumah, setelah memakirkan motor aku langsung bergegas masuk ke dalam rumah mencari Ibu untuk memberitahu kalau dagangan Ibu habis semua.

"Ibu! Ibu," Aku berteriak memanggil Ibu, namun nihil. Ibu tak ada di rumah.

Mendapati Ibu yang tak ada di rumah, aku bergegas masuk ke dalam kamar Bayu.

"Dek! Ibu kemana? kakak cari ke mana-mana Ibu kok ngga ada di rumah." tanyaku pada Bayu yang ternyata dia sedang memainkan ponselnya.

"Ibu tadi ke rumah Nenek, Nenek tadi ke sini menyuruh Ibu untuk membereskan bekas arisan kemarin. Padahal tadi aku sudah mencegah Ibu tapi Ibu tetap bersikeras dan kekeh untuk pergi ke rumah Nenek." Jawab Bayu dengan nada ketus, Bayu pasti karena Ibu mau di suruh Nenekku.

Dengan nada bergemuruh, aku langsung pergi berjalan cepat ke rumah Nenek. Awas saja kalau aku melihat Ibu di perlakukan tidak baik.

Aku langsung masuk ke rumah Nenek perlahan tanpa mengucapkan salam. Di dalam rumah terlihat keadaan sangat sepi. Lalu aku berjalan ke belakang rumah dan mendapati Nenek sedang mengurus tanaman-tanamanya sembari membelakangiku.

Aku langsung mencari keberadaan Ibu, dan saat melewati kamar Nenek. Aku mendapati pintu itu sedikit terbuka, lalu aku pun mendekati pintu tersebut.

Krieet.

"Astaghfirulloh, Sinta sini masuk!." Aku sama-sama kaget dengan Ibu. Aku melihat Ibu sedang mengobrak-abrik lemari Nenek seperti sedang mencari sesuatu. Lalu aku pun masuk ke dalam kamar dengan perlahan.

"Apa yang Ibu lakukan? kenapa Ibu mengacak-ngacak lemari Nenek? Ibu sedang mencari apa?."

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

sutiasih kasih

sutiasih kasih

biarkn saja ayahmu selibgkuh dgn adel....
biarkan adik ayahmu yg mmbalas perbuatan bejat mereka sinta

2025-01-30

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

ayah pencundang, ngk tau diri anak udh pada gede. lacur lanang😡

2024-05-28

1

Eric ardy Yahya

Eric ardy Yahya

jelas banget Bapaknya Sinta pria tidak tau diri , pantas saja Adel jadi cantik , karena ulah Ayahnya yang memanjakan Adel seperti ratu , apa ini sebenarnya sudah direncanakan oleh neneknya agar kalau IPAH bercerai , maka Tante Adel yang jadi istri kedua ayahnya itu ?

2024-01-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!