Pagi yang indah dengan suasana baru berselimut hawa dingin menambah kebersamaan di antara anggota Putra. Dimana mereka tengah menikmati setiap momen sembari bercanda dan tawa. Apalagi melihat keakraban Alma dan Abi yang tak henti-hentinya berceloteh mewarnai obrolan para orang dewasa.
Wajah semua orang bahagia. Hari ini, sejenak ingin melupakan masalah pekerjaan dan juga beban tanggung jawab yang berada di pundak masing-masing. Terkadang healing bisa membantu mengatasi kebosanan dan juga mencharge diri agar kembali bersemangat. Bukankah begitu?
Seperti yang Ara rasakan saat ini, wanita itu tersenyum melihat setiap sudut yang dipenuhi salju bahkan tangannya sibuk memainkan kamera yang ia bawa dari rumah. Entah sudah berapa banyak gambar yang diabadikan dalam kodak mini hadiah dari suaminya itu. Kebahagiaan yang terlihat begitu jelas terpancar dari sorot mata bumil, membuat keluarga bersyukur.
Setidaknya keinginan dari si jabang bayi terpenuhi tanpa ada kendala. Perjalanan pertama setelah beberapa tahun hanya tinggal di Indonesia menjadi moment kebersamaan yang patut dirayakan sehingga di akhir liburan nanti akan diadakan acara makan malam khusus. Al yang merancang rencana selama liburan sudah memastikan semua sesuai jadwal.
Jepretan demi jepretan kamera masih fokus mengabadikan setiap keindahan yang menyita perhatian, tapi ketika melihat wajah familiar dari lensa kamera. Tiba-tiba Ara menurunkan si kodak, lalu memperhatikan pria yang ada di depan sana. Ia bingung sekaligus tak menyangka dengan kemunculan seseorang yang hampir dua tahun menghilang tanpa ada kabar. Apa penglihatannya tidak salah lihat?
"Mas, apa itu Ka Darren?" Ara menarik jaket Bryant, membuat suaminya menoleh ke arah yang sama.
Pria yang berdiri di depan Ara, memang lah Darren Wiratama. Pria itu masih berdiam diri menatap ke arah keluarganya, meski terpisah oleh jarak sejauh tujuh meter. Ia tak pun ikut terkejut dan tidak pernah membayangkan akan kedatangan sang sahabat ke Korea di waktu yang bersamaan. Apa itu kebetulan atau ada niat tertentu?
Bukannya suudzon, tapi sadar benar bahwa pandangan mata sang sahabat masihlah penuh cinta setiap kali memandang ke arah Ara. Wajar bukan ketika seorang suami cemburu karena cinta pria lain untuk istrinya begitu besar. Apalagi sama-sama tahu, dimana hati tidak mudah move on.
Namun belum juga sempat menjawab untuk membenarkan pertanyaan sang istri. Ocy sudah bergeser dari posisinya, wanita itu berjalan maju tiga langkah. Tatapan mata jelas menyambut kedatangan Darren dengan suka cita. Satu hal bisa dipastikan dengan kehadiran sang sahabat dari tuan muda.
Masih bingung harus memanggil Bryant apa karena statusnya dulu yang hanya menjadi seorang bodyguard. Kini berubah sebagai istri sahabat dari tuan muda dan sekaligus anak angkat keluarga Putra. Jika ada yang tanya tentang hubungan, maka ia bersyukur mendapatkan keluarga mertua super baik dan penuh cinta kasih.
"Akhirnya datang juga," Ocy melambaikan tangan ke arah Darren dengan begitu semangat. Sontak saja yang lain menatap wanita satu itu dengan tatapan tanda tanya, "Aku yang mengundang Darren, kalian gak papa kan?"
Mama Bella tersenyum lebar karena sudah tahu maksud dari Ocy. Sementara yang lain hanya mengiyakan tanpa memberi keluhan. Pada kenyataannya adalah Darren bukan orang asing, bahkan berkat pria itu keluarga Putra kembali bersatu. Disisi lain, perusahaan juga memiliki ikatan kerja sama yang saling menguntungkan satu sama lain.
Lagipula niat hati Ocy hanya untuk menyatukan dua hati yang masih sendiri. Tidak salah untuk berusaha demi kebaikan bersama. Bukankah kehidupan setiap insan memiliki kesempatan untuk mengenal arti cinta dari dalam diri pasangan? Maka berbagi tujuan tuk menggapai satu impian pantas tuk diutamakan.
Jadi masalah apa yang bisa ditimbulkan? Langkah kaki berjalan santai menghampiri keluarga Putra hingga di saat hampir sampai, tiba-tiba saja Alma datang menghadang ditemani Abi yang berlagak seperti seorang pengawal. Kedua bocah itu saling menyilangkan tangan di depan dada yang membuat Darren menahan diri agar tetap tenang.
"Kalian siapa?" Darren menatap Alma, lalu beralih memandang Abi. Ia berpura-pura tidak mengenali kedua bocah itu dengan alis terangkat seolah tengah berpikir keras untuk mengingat sesuatu.
Satu pertanyaan Darren membuat Alma dan Abi saling pandang, kemudian sibuk mendiskusikan sesuatu dengan suara setengah berbisik. Kesibukan kedua bocah itu, membuat Ara dan yang lain hanya menonton tanpa ingin ikut campur. Lagipula anak-anak tahu tengah berhadapan dengan keluarga sendiri.
"Ekhem! Boleh kenalan?" Darren merunduk hanya untuk mensejajarkan posisinya agar bisa memudahkan kedua anak itu menyambut hangat uluran tangan yang ia sodorkan.
Namun bukan sambutan yang didapat, anak-anak justru saling mengkode mata. Lalu tanpa aba-aba berlari menyergap tubuhnya hingga terhuyung jatuh ke belakang karena tertimpa beban kerinduan yang tertumpuk sejak lama akibat tak bersua. Sambutan ekstrim yang menghantarkan kasih sayang nan terpendam.
"Ciyee, baru datang sudah ketemu fansnya. Boleh peluk juga gak, nih?" Bunga menggoda Darren yang terlihat kewalahan karena ulah Alma dan Abi. Sekedar candaan tetapi justru mendapatkan lirikan tajam dari arah sisi kanannya, "Hehehe, peace, Om. Bunga cuma punya om, gak ada yang lain."
"Ukhuk ... Ukhuk ... Ukhuk ... "
Suara batuk dari arah belakang membuat perhatian semua orang teralihkan. Setiap kali kebersamaan berbalut kemesraan, mereka lupa akan kehadiran Nara yang masih tanpa pasangan. Papa Angkasa dengan sigap memberikan botol airnya yang diterima si dokter dengan senang hati.
Wajah yang tadinya memerah perlahan kembali normal, "Makasih, Tuan. Alhamdulillah lega rasanya," Naya mengusap syal karena tak sengaja tersiram air putih akibat terburu-buru meneguk minuman, tapi ada rasa risih seolah diawasi oleh banyak orang. Perlahan mendongak melihat apa yang terjadi, "Kenapa masih lihatin aku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments