Sang pemimpin berjalan begitu pelan karena menggunakan tongkat sebagai alat bantu. Suara gemeretak menjadi teman setiap kali melangkahkan kaki satu langkah ke depan. Apa tubuh dari pria itu masih utuh menjadi manusia atau sudah di ganti dengan rongsokan benda mati?
Bahkan untuk berjalan sampai memasuki pondok saja membutuhkan waktu lima belas menit yang membuat si pemilik pondok harus ekstra sabar dan tetap tenang. Begitu keduanya sudah melewati garis batas masuk, pintu langsung ditutup tanpa menguncinya. Lalu, ia tak lupa mempersilah si tamu duduk di bangku kayu berbentuk kotak.
"Mau minum?" tawar si pemilik pondok dengan begitu santai, tetapi yang ditawari hanya menggelengkan kepala sekali. "Apa tujuanmu kemari? Katakanlah!"
Si pemimpin terlihat kesulitan untuk menemukan posisi duduk yang nyaman. Apalagi dengan kondisinya saat ini, meski begitu niat hati tidak akan berubah. Diserahkannya kotak hitam yang sudah disiapkan sejak awal, lalu ia letakkan ke atas meja bambu berwarna kecoklatan, "Bayaran di muka untuk tiga kepala dengan akumulasi tiga milyar per kepala. Deal?"
Kotak hitam yang tampak kusam sungguh terlihat tidak menarik. Akan tetapi sebagai seorang pembunuh bayaran ia tidak pernah menilai sesuatu dari luarnya saja. Diambilnya kotak dari si tamu tak di undang, lalu ia buka tanpa basa-basi. Kilauan cahaya merah muda nan indah terpantul memuaskan mata.
Sebuah berlian yang menjadi alat pembayaran kontan. Menarik karena biasanya bayaran yang di dapat setengah di muka dan sisanya setelah pekerjaan selesai. Meski cukup unik untuk transaksi kali ini. Nyatanya memiliki resiko yang besar dari dua sisi. Sisi pertama pastilah tugas yang didapat tidaklah mudah dan sisi kedua mengenai penjualan berlian harus melewati tangan orang yang tepat.
"Diamond ini bukankah The Princie?" tanya sang pemilik pondok hanya untuk memastikan ia tidak salah menebak.
The Princie merupakan salah satu berlian merah muda paling terkenal di dunia, dan juga salah satu yang termahal di dunia. Pada tahun 2013, Princie dijual di lelang Christie, New York seharga USD 39,3 juta dollar AS atau setara Rp 606 miliar. Seperti banyak berlian berharga lainnya, Princie 34,65 karat berasal dari tambang di wilayah Golconda.
Menurut Christie's, berlian itu ditemukan sekitar 300 tahun yang lalu dan salah satu pemiliknya adalah Nizam of Hyderabad. Ia disebut-sebut sebagai orang terkaya di dunia oleh Majalah Time pada tahun 1937. Jadi secara keseluruhan mengenai berlian itu pasti menjamin kualitas dan kuantitas.
Sementara berlian yang tersimpan di kotak hitam milik si tamu tak diundang sekiranya harga tentu ditentukan dari berat berlian itu sendiri. Si tamu tak diundang tertawa garing begitu mendengar keantusiasan si pembunuh bayaran. Dia merasa sudah datang ke tempat yang tepat meski harus melewati perjalanan darat selama tiga hari.
Apalagi dengan kondisi tubuhnya yang tidak baik semakin menambahkan tekad untuk menghancurkan musuh dengan cara apapun. Salah satunya menyewa pembunuh bayaran yang profesional. Bagaimana ia tahu tentang pria yang berdiri di depannya itu? Seorang teman bisnis menceritakan tentang sebuah kasus pelik dan karena tidak ingin kalah, maka memilih membayar nyawa dengan materi.
"Berlian the Princie yang ada di kotak itu," Si tamu tak diundang menunjuk ke arah berlian yang ada di dekat si pemilik pondok, lalu melanjutkan ucapannya, "bila dijual seharga sepuluh milyar dan total tiga kepala hanya sembilan milyar. Jika sukses, ambillah satu milyar terakhir sebagai bonus."
Penjelasan yang ia berikan tidak ada unsur penipuan karena tekad dan bayaran yang dia janjikan sama-sama asli. Apalagi dirinya sadar tengah berhadapan dengan pria tanggung yang tidak mengenal takut. Jujur saja di dalam hati penasaran akan sesuatu yaitu seperti apa wajah dari seorang pembunuh bayaran karena yang ia lihat hanya tanda bekas sayatan saja.
Jika menelisik dari beberapa transaksi maka berlian bukanlah alat tukar yang buruk. Apalagi mengingat total yang harus dibayarkan cukup banyak, hanya saja tidak mungkin sasarannya semudah anak jalanan atau pegawai pemerintah. Di dunia seorang pembunuh bayaran memang tergantung tiga hal yaitu target, permintaan, bayaran. Melakukan transaksi pun memiliki beberapa tahap agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.
Dimainkannya berlian merah muda yang benar-benar indah untuk dipandang, "Tiga milyar bukanlah bayaran main-main. Katakan siapa tiga kepala ini dan kenapa aku harus menerima pekerjaan dari mu?"
"Saingan bisnisku," Si tamu tak diundang beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menghampiri jendela yang terbuka. Tatapan mata menatap menghadap ke tebing seberang nan jauh di depan sana. "Anggap saja ketiga kepala ini musuh bebuyutanku. Apa masih ada pertanyaan?"
Tak ada lagi pertanyaan ketika satu jawaban menjadi pernyataan pasti. Kesepakatan telah dibuat antara si tamu tak diundang dengan pria pembunuh bayaran. Dimana berlian the Princie menjadi tanda bukti pembayaran di muka sehingga tidak ada lagi acara tagih menagih uang atau sejenisnya. Siapapun yang datang ke rumah raja hutan memahami aturan mainnya.
Tidak ada toleransi, keraguan dan tekad tanpa bukti. Satu langkah yang diambil haruslah didasari kepercayaan pada sang pembunuh bayaran. Jika sedikit saja menganggap orang yang akan disewa tidak pantas, maka jangan coba-coba untuk memulai transaksi bersama raja hutan. Semua itu karena hasil kerja akan selalu memuaskan.
Orang-orang yang mengenalnya sebagai seorang pembunuh bayaran memberi julukan Dark Shadow, sedangkan orang-orang tertentu hanya memanggilnya dengan satu kata yaitu Tiger. Tak ada yang mengenal seperti apa dia dan bagaimana kehidupannya di masa lalu. Layaknya bayangan di kegelapan malam yang tak memiliki jejak perjalanan.
Langkah kaki si tamu tak diundang keluar meninggalkan pondok. Pria itu berjalan bak ubahnya robot tanpa besi dengan senyum simpul di balik perban yang menutupi wajah seraya membayangkan hasil yang akan didapatkannya sebentar lagi. Sungguh tidak sabar hingga ia membayangkan tiga kepala menggelinding yang bisa dijadikan pajangan rumah.
"Tuan, apa kita langsung balik ke kota?" tanya salah satu anak buah yang berdiri di depan mobil menyongsong kedatangan tuannya karena tidak tega melihat kesusahan sang majikan.
Pria itu mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil tanpa menunda waktu. Sementara Tiger yang masih terduduk diam di kursi kesayangannya hanya menatap nanar amplop coklat di tangannya sampai tak berkedip. Biasanya perasaan dan pikiran aman, bahkan siap untuk menerima semua tawaran dari klien tanpa pandang bulu. Lalu sekarang, apa yang terjadi?
Debaran di dada bersambut ketidaksiapan diri untuk melihat target yang harus dirinya eksekusi. Aneh tetapi untuk pertama kalinya ia merasa telah melakukan kesalahan dalam bertransaksi. Keraguan yang mencuat seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi apa?
Dilema hati dan pikiran yang tidak bisa dirinya jabarkan bersambut tangan nan gemetar berusaha membuka tali yang mengekang, lalu mengambil berkas dari amplop yang ditinggalkan si tamu tak di undang. Amplop itu hanya berisi tiga foto berukuran 4R dengan selembar kertas berisi data diri tiga mangsa yang akan menjadi target selanjutnya.
Niat hati ingin membaca detail rincian agar tidak mengalami kendala saat melakukan pekerjaannya nanti, tapi tiba-tiba tatapan mata terpatri menatap sebuah foto paling atas. Netra menyipit mencoba memastikan seraya memegang dadanya yang kian terasa berdetak kencang. Bibir kelu tak mampu bersuara bersambut tubuh gemetar menahan aura mengingat masa yang hampir dilupakannya.
"Tidak mungkin aku membunuhnya," gumam Tiger begitu lirih sampai tak seorangpun bisa mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
Alvian
astaga, lama amat ya jalannya. namanya jg pasti sdh tua dan tak lg ada kekuatan brjln cepat
2023-06-11
0