Mama Bella dengan senang hati memeluk adik ipar sekaligus keponakannya itu, tapi lebih nyaman sebagai putri yang pasti memiliki tempat di hatinya juga sama seperti Ara maupun Ocy. Keluarga dengan banyak anggota semakin menambah kehangatan saat kumpul bersama.
Sementara Al memilih kembali ke kamarnya terlebih dahulu untuk menidurkan Alma yang terlihat terlelap menikmati mimpi indah. Entah ada apa dengan putrinya karena tidak biasa tidur di saat perjalanan menuju kediaman Putra. Meski begitu, ia tetap berpikir positif, dimana mungkin tertidur karena efek lelah saja.
Setelah memastikan Alma diselimuti dengan benar, barulah ia keluar meninggalkan kamar. Langkah kaki berjalan secara perlahan sekedar ingin menikmati setiap sudut dari rumah tempat dirinya dibesarkan bersama sang kakak. Sungguh waktu berlalu begitu cepat dan tidak terasa sudah tiga puluh enam tahun berlalu.
Dulu, saat masih berusia enam tahun, diujung tangga ada anak yang selalu selalu menangis, tapi akan diam ketika sang kakak memberikan sebungkus permen favorit yang merupakan jatah kakaknya sendiri. Setiap hari akan ada drama baru hanya agar mendapatkan permen favorit, meski begitu Ka Angkasa pasti mengalah tanpa pernah mengeluh.
Sadar bahwa hati sang kakak selalu baik dan sifat itu menurun dalam darah Bryant sang keponakan. Maka tidak heran ketika beberapa orang dengan mudah memanfaatkan sifat manusia yang lebih mendominasi, bahkan dirinya juga pernah sangat baik sampai kehidupan mengubah keluarga bahagia menjadi peristiwa naas.
Tidak ingin mengingat hanya saja kenangan masa lalu, di saat ia dan sang kakak berusia remaja datang menyapa. Sekelebat bayang masa terburuk dalam sejarah keluarga Putra menjadi alasannya mendirikan kelompok mafia secara tersembunyi. Siapa yang tahu tentang Alkan Putra?
Tentu hanya mereka yang mengenal nama Bos Altra si devil. Jika di luar pekerjaan, maka jiwa keluarga Putra menjadi identitas utamanya. Orang berubah bukan untuk menunjukkan kelayakkan, melainkan untuk melindungi keluarga. Apalagi dunia bisnis akan selalu dipenuhi tipu muslihat tanpa kenal ampun.
Niat hati hanya ingin merenung sejenak dengan duduk di tangga yang sama meski hanya seorang diri. Tapi tiba-tiba ada tangan yang memegang pundak, membuatnya menoleh menatap siapa yang datang menyapa tanpa kata. Perut buncit yang terlihat begitu besar bersambut senyum manis menghiasi wajah bumil.
Orang bilang, setiap wanita hamil akan memiliki pesona berbeda dan itu benar adanya. Lihat saja cahaya wajah Ara yang tampak berseri, apalagi ketika tersenyum tulus dengan tatapan mata menatap ke arahnya. Setelah beberapa waktu terdiam, buru-buru ia beranjak untuk membantu istri sang keponakan duduk di sisinya.
Ara tampak nyaman di bimbing oleh Al untuk duduk di atas tangga puncak sembari melihat pemandangan di bawah sana, "Om, kenapa malah ngalamun? Nanti kesambet, loh."
"Aku cuma inget masa kecilku saja, by the way bagaimana kabar baby kalian, semua aman bukan?' tanya balik Al mengalihkan perhatian Ara agar tidak memikirkan kehidupan masa lalu.
Bukan masalah membahas tentang hari kemarin, hanya saja mengingat emosi bumil sering kali naik turun layaknya roller coaster. Maka akan lebih baik menjaga tanpa menerjang pantangan perenggut emosi hati. Lagipula, mereka berdua sudah seperti ayah dan anak yang bisa berbincang panjang kali lebar sampai melupakan waktu.
Seperti saat ini, dimana obrolan yang dimulai dari pembahasan calon anggota baru keluarga Putra mendadak teralihkan pada topik yang cukup sensitif. Ara tampak berpikir keras sebelum memberikan jawaban yang pasti, sedangkan Al semakin penasaran karena ia ingin meluruskan keraguan di dalam hati.
"Om, tumben banget nanyain Ara mirip petugas sensus. Hayo ada apa atau jangan-jangan om kenal ya sama orang tuaku?" tanya Ara tanpa rasa curiga dan justru menggoda sang paman yang terlihat tegang.
Bagaimana menjawab Ara ketika ia sendiri masih berpikir keras untuk mendapatkan bukti terakhir. Seulas senyum tipis bahkan hampir tidak tampak tersungging menghiasi bibirnya walau hanya sekilas. Debaran detak jantung menghadirkan rasa yang ia sendiri ingin segera meluruskan kebenaran dalam kehidupan mereka.
Tangan terangkat mengusap kepala Ara, "Lupain itu dulu! Sekarang katakan padaku, kemana kamu ingin liburan?"
Liburan satua kata yang membuat binar mata Ara bersinar semakin terang dengan semburat warna merah mewarnai kedua pipi nan chubby. Jika yang mengatakan bukan Om Al, maka semangat yang ia punya hanya dua puluh persen. Akan tetapi kali ini, rasanya seperti musim penghujan datang membasahi kekeringan yang melanda hati.
Jujur saja tidak tahu kenapa bisa seperti itu, seolah ada ikatan batin antara ia dan sang paman dari suaminya. Selain karena emosi hati, nyatanya om Al adalah salah satu alasan kehidupan harmonis rumah tangganya dan Bryant menjadi satu tanpa ada penghalang lagi. Ya, secara keseluruhan jasa pria itu sangatlah besar dalam kelangsungan hidupnya.
"Om, aku mau ke tempat yang bersalju. Boleh, ya?" pinta Ara dengan mata mengerjap berharap keinginannya bisa dikabulkan tanpa tambahan syarat dan ketentuan. Apalagi mengingat perutnya yang semakin besar, maka kemungkinan besar akan menjadi bahan pertimbangan keluarga untuk meneruskan agenda liburan.
Al bisa merasakan betapa Ara sangat menginginkan pergi liburan, tapi untuk mewujudkan itu tak semudah memberikan perintah pada pilot untuk menjalankan helikopter. Ia ingat hasil rekap medis istri Bryant, dimana dokter meminta keluarga benar-benar memperhatikan kesehatan dan suasana hati sang menantu pertama.
"Om akan panggil dokter pribadimu dan meminta Sam ikut melakukan pemeriksaan rutin. Jika hasil baik, maka kita semua liburan ke Korea Selatan melihat salju seperti yang kamu inginkan. Sekarang aku antar kamu kembali ke kamar, ayo!"
Al mengulurkan tangan yang disambut hangat Ara. Pria itu benar-benar berubah menjadi seorang ayah penyayang ketika menjaga keseimbangan tubuh istri dari keponakannya agar tidak oleng ke belakang. Keduanya bahkan sampai tidak sadar, dimana ada mata yang mengawasi semua pergerakan bahkan obrolan selama empat puluh lima menit mereka dari layar laptop.
"Sampai kapan hanya sibuk berlari menjadi bukti, Om. Apa harus aku mengatakan kebenaran di depan semua orang?" Senyum simpul terlihat jelas menghiasi wajah yang tampak dari pantulan cermin dengan tubuh bersandar ke belakang dan memangku laptop kesayangan, "Bry, tenang! Semua pasti terungkap di waktu yang tepat, tapi ayah dan anak harus saling menyayangi satu sama lain dulu 'kan?"
Pertanyaan sekaligus pernyataan yang tentu tidak membutuhkan jawaban. Apalagi di saat bersamaan, Ara masuk ke dalam kamar ditemani sang paman. Tatapan mata terpatri dari satu wajah ke wajah yang lain. Garis pahatan mata, hidung dan bibir hampir sama bahkan kebiasaan berjalan cepat tetapi tegas terlihat begitu serempak menapaki lantai meninggalkan jejak tanpa bekas.
Sementara yang di tatap merasa aneh karena sikap Bryant sangatlah aneh. Ara yang tak suka ditatap sebegitu intens oleh suaminya sontak menghentikan langkah kaki, lalu menoleh ke arah Alkan. "Om, apa suamiku kesambet, ya? Padahal tadi pas ditinggal masih baik-baik saja, loh."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
Kas sie mien
kalau sdh berbincang² kdg smpi lupa waktunya. emosi bumil mmg tdk tentu
2023-06-11
0
Alvian
wah, enak bgt yah kalay lg nangis lgsg dpt permen
2023-06-11
0
Zhou Zhi lou
yap,anak kecil mmg akan merasa nyaman dan lgsg tidur jk naik mobil ap lg kena anginnya
2023-06-11
0