Diterimanya segelas air putih tanpa keluhan, lalu meneguk hingga tandas tak tersisa. Gelas masih ia genggam, tapi mendadak ada yang mengusik pikiran dan itu tak sengaja terlintas ketika menatap kilauan pantulan bayangan dari benda mati berbahan kaca yang kini menjadi mainan tangannya. Berpikir lebih keras lagi mencoba mengingat sesuatu yang sangat penting.
"Bunga!" panggil semua orang secara serempak, membuat mama muda satu itu menggelengkan kepala.
Diletakkannya gelas di atas meja, lalu ia mengambil ponsel yang juga tergeletak di depan mata, "Aku baru ingat sesuatu, dimana saat kita sampai di bandara pada waktu itu, diriku tak sengaja menabrak seseorang karena terburu-buru menyeimbangkan langkah kaki menyusul om Al. Entah ini berkaitan atau tidak, hanya saja bisa menjadi salah satu petunjuk."
"Coba lihat ini!" Bunga memperlihatkan layar ponselnya, dimana sebuah foto cincin berwarna hitam dengan garis dua putih di tengah menjadi ciri khas, "Cincin ini, jika tidak salah pernah aku lihat hanya saja lupa dimana. Sebenarnya, cincin yang sama milik dari orang yang ku tabrak saat di bandara."
"Bunga, kenapa kamu baru bilang hari ini? Pihak kepolisian bahkan sudah menutup kasus dan melimpahkan semua pada mantan suami Ara," Muel menegur adiknya yang teledor, membuat Ocy menghadiahkan dirinya pukulan keras mendarat di punggung.
Ponsel selalu menjadi tempat penyimpanan bukti yang akan bermanfaat sepanjang perubahan zaman. Dimana orang-orang bisa menjadikan si benda pipih sebagai alat berguna dan bukan hanya untuk berselfie ria saja. Seperti yang dilakukan Bunga, hanya saja ketika ingatan dan bukti tidak saling terkoneksi, lalu bagaimana mendapatkan titik terang dalam pencarian?
"Aku lihat dulu," Diambilnya ponsel Bunga agar ia bisa melihat cincin yang dimaksud oleh istri paman Al. Tatapan mata menelisik fokus mengamati dengan seksama desain cincin bahkan sampai memperbesar gambar demi melihat perbedaan yang ada.
Cincin berwarna hitam dengan dua garis di tengah. Jika diperhatikan sekilas, maka hanya menjadi cincin biasa.Akan tetapi ketika fokus lebih diutamakan, maka hasil akhir berbeda. Setelah mengingat detail dari cincin, ponsel diletakkan ke atas meja. Kemudian beralih mengambil ponselnya sendiri. Sesaat sibuk berselancar di dunia maya hingga menemukan apa yang ia cari.
"Cincin ini terbuat dari bahan palladium. Bahan palladium sendiri ialah logam yang sudah ditemui pada tahun 1803. Populer dengan keawetannya, cincin palladium lebih banyak digunakan daripada cincin titanium ataupun cincin dari logam lain. Ditambah dengan keunggulannya yang tidak gampang tergores serta tidak gampang penyok menjadikannya sangat sesuai untuk dijadikan perhiasan couple.
"Begitulah yang Hazel jelaskan padaku. Dia meminta pihak toko untuk membuatkan cincin couple. Seingatku untuk cewek dan cowok, hanya saja sampai detik ini tidak ada wujud dari cincin yang wanita itu pesan. Sebelum aku memutuskan untuk bercerai tiba-tiba ada tagihan dari toko perhiasan yang sama dengan total dua puluh lima juta.
"Bukan tentang uangnya yang jadi permasalahan," Bryant ikut menunjukkan layar ponselnya agar anggota keluarga bisa melihat sebuah gambar yang ternyata foto Hazel di sebuah restoran. Kemudian gambar dibesarkan hingga terlihat jelas sebuah cincin hitam melingkar di jari telunjuk si mantan istri.
Bunga yang berada di dekat kakaknya langsung mencocokkan dengan gambar di ponsel miliknya. Beberapa saat memastikan, "This is couple?"
Pertanyaan sekaligus penyataan Bunga memperjelas akan sesuatu, tapi bukankah banyak orang yang menggunakan cincin hitam. Kenapa harus curiga hanya karena satu kesamaan saja? Sebelum memutuskan benar dan tidak, maka harus menemukan bukti konkrit agar bisa menjadi kebenaran mutlak.
Muel termenung memikirkan pengakuan Bunda dan Bryant. Kedua saudaranya itu memberikan beberapa point yang tidak seharusnya mereka lewati. Apalagi insiden sudah terjadi beberapa tahun yang lalu dan jika meminta bantuan polisi hanya akan menjadi penyelidikan panjang tanpa kepastian.
Ketegangan di antara anggota keluarga Putra masih terus berlanjut, sedangkan di tempat nan jauh dari peradaban seorang pria menikmati peluh membasahi seluruh tubuhnya. Setelah berlari dua kilometer akhirnya sampai juga kembali ke gubuk sederhana yang selama tiga tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.
Siluet sinar mentari memantulkan bayangan tubuh kekar nan sibuk melakukan peregangan. Tangan berputar ke kanan, lalu berputar ke kiri seraya menggerakkan kepala mengikuti arah jarum jam. Tatapan mata dingin, bibir tanpa senyum berhias sayatan di atas pelipis kanannya.
Embusan semilir angin menyapu memainkan anak rambut panjang yang menghalangi pandangan. Fokusnya takkan pernah teralihkan hingga sayup-sayup terdengar suara deru mesin kendaraan dari arah hutan. Jarak jauh di tengah keheningan alam mempermudah dirinya mengenali kedatangan tamu tak diundang.
Tanpa memejamkan mata, ia tahu jenis kendaraan itu Mercedes S-Class Guard. Mobil yang dibekali dengan mesin V12 6.000 cc dengan tenaga maksimal 530 hp. Kecepatan maksimalnya mencapai 160 km/jam. Mobil tersebut juga sudah mendapat sertifikasi ERV 2010 sebagai kendaraan tahan ledakan.
"Lima, empat, tiga, dua, selamat datang ke rumahku."
Hitungannya tepat bersamaan dengan kemunculan mobil Mercedes S-Class Guard yang berhenti di belakang sana menyisakan jarak tujuh meter dari tepi tebing. Suara pintu terbuka bersambut derap langkah kaki yang berjalan sedikit berlari dengan tekanan tak seberapa. Suara bising mengiringi memperjelas adanya senjata api laras panjang.
Aroma parfum maskulin nan bermerk menguar menyebar ke udara. Orang yang membutuhkan bantuannya hanya sang pemimpin, tapi tidak dengan para anak buah. "Berhenti!"
Suara bariton yang bergema langsung menyandera langkah tak bisa melanjutkan perjalanan. Peraturan pertama di dalam rimba yaitu menurut pada perintah raja yang berkuasa. Di tempat mereka berdiri hanya satu orang yang memiliki hak. Pria yang enggan berbalik menyambut kedatangan tamu asing untuk pertama kalinya.
"Tinggalkan pemimpin kalian!" titah si suara bariton tanpa basa-basi, membuat para anak buah saling pandang tetapi ketika ketua mengibaskan tangan. Barulah suara langkah kaki bergerak mundur bersambut pelepasan kain yang membalut tangan kanannya.
Selembar kain putih ia gunakan untuk menutupi wajah, lalu membiarkan rambut depan nan panjang menghalangi pandangan, kemudian berbalik menyambut sang tamu tak diundang. Dimana seorang pria dengan penampilan aneh berdiri di depannya berjarak lima meter. Siapapun pasti akan menyebut si tamu sebagai mumi berjalan.
Seluruh tubuh terbalut perban kecuali bagian mata dan telapak tangan saja. Jika melihat itu, maka kesimpulan pertama pasti baru saja mengalami kecelakaan fatal atau baru melakukan operasi plastik. Entahlah, satu hal pasti adalah membutuhkan bantuannya dan apa yang dibutuhkan perlu diobrolkan secara personal.
"Masuklah ke pondokku dan katakan apa maumu. Kita akan bicara hanya empat mata saja, silahkan!" Si pemilik pondok mengulurkan tangan mempersilahkan tamu tak diundangnya untuk berjalan di depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments
Kas sie mien
duh, terlambat memberitahu ya, pihak kepolisian sudh menutup kasusnya
2023-06-11
0
Alvian
wah, apakah cincin itu bs jd petunjuk? bunga baru ingat ttg org yg menabrak dibandara
2023-06-11
0