Perjodohan bisa dilakukan oleh siapa saja dan tidak berpatok pada waktu yang mengikat. Jika seseorang memikirkan keadaan, lalu menimbang baik dan buruk sebuah hubungan, kemudian mencoba memberikan kesempatan. Maka bisa saja memulai perjalanan kisah kasih tanpa adanya paksaan.
Namun, pada kenyataannya adalah manusia lupa akan fakta bahwa jodoh itu sendiri bukan berpatok pada satu hal saja. Jodoh menurut Islam adalah misteri kehidupan selain maut, nasib, dan rezeki. Tidak ada seorangpun yang tahu siapa jodohnya kelak. Hanya Allah SWT yang mengetahui dan berhak menentukannya.
Jodoh bukanlah pilihan, melainkan takdir yang telah tercatat dengan jelas dan tegas di Lauhul Mahfudz. Hal ini sesuai dengan perkataan Rasulullah dalam salah satu riwayatnya. Beliau bersabda:
“Allah telah mencatat ketentuan-ketentuan ciptaan-Nya 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Hal itu juga ditegaskan dalam surat Ar-Ru ayat 21. Allah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Mengutip buku Hukum Keluarga Islam di Indonesia oleh Ansari, jodoh menurut Islam adalah cerminan diri. Seseorang yang baik akan mendapatkan jodoh yang baik, sedangkan orang yang buruk akan mendapatkan jodoh yang buruk pula. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran surat An Nur ayat 26.
Jodoh setiap orang memang telah ditetapkan Allah. Meski begitu, seorang Muslim juga dituntut berikhtiar untuk menjemput jodohnya. Dimana harus yakin kepada Allah, lalu berdoa khusyuk, dan memperbaiki diri. Meski begitu ketika seorang manusia mendapatkan jodoh bertolak belakang seperti memiliki keburukan, maka tugas sebagai pasangan untuk membimbing ke jalan yang benar karena itu ujian dari Allah SWT.
"Sayang, Nara bisa saja menerima tapi apa kamu tidak ingat kalau dia masih saja mencintai Ara. Rasanya tidak enak jika menjodohkan wanita bebas dengan pria yang masih belum move on," ujar Muel sebelum kembali ke posisi semula.
Ia bukannya tidak setuju hanya saja melihat situasi sangat tidak memungkinkan dan bisa menjadi kesalahpahaman. Pria yang menjadi rekomendasi Ocy memanglah sangat cocok jika sampai bisa bersanding dengan seorang dokter nan baik hati seperti Nara. Akan tetapi bukan berarti bisa semudah merangkai kata menjadi bait puisi nan manja.
"Ara!" Suara panggilan santai tanpa ada penekanan untuk si bumil langsung membuat semua orang yang ada di dalam kamar tersebut menoleh ke arah dirinya. Senyum mengembang bersambut binar mata pengharapan, "Boleh gak liburan ajakin beberapa orang yang pasti juga mau kumpul bersama kita semua. Please, boleh, ya?"
Entah apa yang terjadi pada Bunga hingga sampai memohon seperti anak kecil. Hati merasa tidak tega karena selama ini mereka akan saling support di saat suka maupun duka. Jika hanya mengajukan permintaan kecil, lalu untuk apa berpikir panjang menolak sesuatu yang dirinya bisa kabulkan.
"Aku tidak masalah asal yang lain setuju, tapi pastikan jangan orang asing!" tegas Ara memberi patokan pada syarat yang harus dipenuhi Ocy tanpa ada kompromi.
Ocy hanya mengangguk, lalu beralih mengambil ponsel. Jari jemarinya sibuk berselancar menari memainkan tuts hingga menjadi sebuah pesan ajakan yang pasti akan dilihat tanpa ada penolakan. Sesuai dengan keinginan bumil, maka orang yang dirinya undang bukanlah orang asing.
Hari yang panjang dengan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga. Suara canda tawa penuh kehangatan yang selalu menjadi kekuatan di setiap menghadapi cobaan. Detik berganti menit menjadi jam hingga tak terasa waktu sudah menjadi malam tanpa bintang. Keheningan yang menyapa tak ubahnya waktu nan terbuai rayuan kegelapan.
Suara lenguhan manja bergema memenuhi ruangan nan remang karena minim pencahayaan. Tangan nakal terus berkelana mencari persinggahan nyata. Bayang-bayang pergulatan di atas ranjang terpantul bak layar tancap di saat musim penghujan.
"Kupikir, kamu sudah mencapai *******. Jadi aku akan hentikan permainannya," si pria berbisik seraya menarik tangannya dari raga yang memasrahkan diri untuk ia kuasai. Sekalipun dirinya tidak berniat melakukan lebih jauh dari memberikan kepuasan satu pihak semata.
Raga boleh saja dilihat tetapi tidak untuk mengambil kehormatan yang pasti sudah dijaga oleh si wanita sekuat tenaga selama ini. Ia tak tahu kenapa wanita itu ingin dipuaskan. Penyebab dari keinginan gila yang jelas saja ia tak sanggup melakukan kegilaan sepenuh hati tanpa berpikir tentang masa depan.
Niat hati menyudahi tetapi sentuhan tangan lembut mencengkram punggung tak ingin ia tinggalkan. "Jangan lakukan lebih, ini sudah lebih dari cukup. Apa kamu lupa masih harus menjalani hari esok? Stop sampai disini!"
"Apa susahnya menuruti wanita asing sepertiku? Just one night, please. Come on, aku hanya ingin mencoba denganmu saja dan setelah itu, kita akan kembali ke kehidupan masing-masing. Deal?"
Suara rengekan yang begitu memelas terdengar sangat frustasi. Sebenarnya apa yang terjadi hingga nekat ingin melanjutkan malam pertama tanpa ikatan sah. Tanpa sadar usapan tangan wanita itu beralih memanjakan dirinya mengambil sisa kewarasan yang menguasai logika.
Posisi berbalik hingga raga tak kuasa menahan godaan sang wanita asing. Sentuhannya benar-benar mempermainkan adrenalin seorang pria yang kesepian tanpa pasangan. Malam kian menjelaga berteman arak awan nan gelap gulita. Kehangatan bercampur peluh menghangatkan raga kedua insan yang dimabuk hasrat tak berkepemilikan.
Pergulatan itu berakhir tetapi tidak ada penyesalan dari si wanita. Justru rasa sesal hadir menguasai diri sang pria yang merasa bersalah karena telah merenggut kehormatan milik seorang wanita. Akan tetapi, ia tak menyangka ketika wanita yang menghabiskan malam panas dengannya berjanji tidak akan pernah menuntut apapun atas apa yang mereka lakukan malam ini.
Apapun yang terjadi kedepannya nanti, wanita itu meyakinkan semua akan baik-baik saja dan tidak akan ada masalah. Aneh tapi itulah yang menjadi akhir dari malam nan panjang di antara kedua insan yang saling ingin melupakan. Tidak ada kata yang tersisa selain mengakhiri apa yang mereka mulai.
Suasana malam ini tak seindah sinar sang rembulan dibalik mendungnya malam bersambut suara langkah kaki yang berjalan tertatih meninggalkan kamar. Seulas senyum tipis tersungging menghiasi wajah yang tampak begitu bahagia menyudahi keinginan hati dengan kenyataan yang ada, bahkan meninggalkan prianya dalam keadaan lelah memeluk alam bawah sadar.
Apapun yang sudah ia putuskan dan apa yang akan dirinya lakukan setelah ini adalah hal pasti. Meski hati tak sanggup meninggalkan pria yang selama beberapa waktu telah menjadi pusat dunianya. Ia tetap sadar diri ketika mencintai pria yang tak sekalipun melirik ke arahnya, apalagi memperhatikan bahwa ia ada di dekat pria itu.
Apa gunanya mencintai ketika ketidakpastian? Sungguh ia justru terlihat seperti seorang figuran di dalam sebuah drama yang hanya memiliki peran kecil. Bukankah terlalu miris, tapi malam ini ia merasa sudah melakukan hal tepat tanpa ada penyesalan. Hak yang ia berikan pada prianya hanya untuk menjadi bukti cinta tanpa ada keegoisan.
Meski pada akhirnya harus memilih kembali pulang ke tempat semula dengan emosi yang berbeda dan meninggalkan seseorang setelah berbagi kehangatan. Maka hal itu menjadi pilihan terbaik. Lagi pula kehidupannya dan sang pria tidaklah sama.
Sedih tentunya karena harus kehilangan hal paling berharga dari dalam diri seorang wanita, tetapi kesedihan lebih besar akan merenggut nyawanya hanya karena menyesal tidak melakukan keinginan hati yang terpendam. Bukankah setiap insan memiliki cara masing-masing untuk mendapatkan cintanya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 394 Episodes
Comments