Kekhawatiran William

Meski disembunyikan rapat rapat dari William. Kabar kecelakaan Meizura pada akhirnya terdengar juga oleh pria itu. William mengepalkan tangannya. Rasanya dia ingin menghancurkan apapun yang ada di sekitarnya.

"Lalu bagaimana sekarang kondisi istriku, Elliot?"

"Nyonya muda mengalami gegar otak, Tangan terkilir dan dua jahitan di pelipis. Menurut informasi dari orang kita, Pelaku penabrakan sudah diamankan oleh para pengawal tuan besar."

"Bawa aku ke rumah sakit sekarang."

"Tapi, Tuan-"

"Aku tidak butuh bantahan. Carikan aku topi, kacamata dan masker. Lalu belikan aku baju biasa saja. Aku ingin menemani istriku di rumah sakit."

"Ta-pi." Elliot benar-benar ingin memperingatkan tuannya, tapi saat dia melihat tatapan tajam atasannya. Elliot hanya bisa menelan ludahnya.

"Saya akan segera kembali, Tuan." Elliot langsung kabur setelah melihat perubahan mood tuannya. Padahal pagi tadi saat mereka keluar, Elliot bisa melihat senyum tipis di bibir atasannya itu, tapi sekarang aura tuannya benar-benar gelap. Mungkin saja jika dia memiliki kekuatan super, dia akan membalikkan kota karena istri tercintanya terluka.

William langsung mengambil ponsel di nakas dan menghubungi ayahnya. Saat panggilannya terhubung, William langsung menyalahkan ayahnya.

"Kenapa Daddy tidak bilang jika Meizura kecelakaan?"

"Daddy hanya tidak ingin membuatmu cemas. Dia juga sudah tidak apa-apa, Liam."

"Meizura gegar otak, Dad. Dari mana bisa dibilang tidak apa-apa? Apa karena sekarang aku tidak berguna makanya daddy seperti ini?"

"Liam, Daddy tidak ada pikiran seperti itu. Daddy hanya khawatir ini akan membuatmu teringat dengan kecelakaan yang menimpamu dulu."

"Aku akan kesana sebentar lagi. Tolong jaga Meizura dulu."

"Eh, kamu akan ke rumah sakit?" Armano dibuat tercengang dengan keputusan putranya. Pada akhirnya William mau meninggalkan Villanya. Ya meskipun alasan keluarnya William karena Meizura, tapi Armano sangat bersyukur untuk itu.

Setelah William mengakhiri panggilannya dia menatap dokter yang ada di depannya.

"Apa aku sudah bisa pergi sekarang?" tanya William tak sabar.

"Ya, tentu saja. 3 hari lagi anda bisa kembali. Saya harap usaha anda menunjukkan progres yang baik," ucal dokter itu tulus.

William mengucapkan terima kasih pada dokter yang menangani proses terapinya. Ya, dia akhirnya memutuskan untuk melanjutkan terapi yang dulu sempat dia jalani. Demi Meizura, William bertekad untuk sembuh. Apalagi sekarang dia mendengar kabar tentang kecelakaan itu, William semakin tak sabar untuk bisa normal kembali, agar dia bisa melindungi Meizura.

Elliot datang dengan napas tersengal. Dia menyerahkan paperbag yang dibawanya pada William. Dengan mudah William mengganti bajunya dan dia langsung meminta Elliot mengantarnya ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit tempat Meizura di rawat, William diturunkan Elliot. Pria itu akan masuk sendiri ke rumah sakit. Karena Elliot harus menghandle pekerjaan di perusahaan.

Dengan tekad yang bulat, William menekan tombol kursi rodanya. William mengabaikan tatapan iba orang-orang yang melihatnya. Dia terus menjalankan kursi rodanya hingga tiba di depan lift. Seorang wanita muda mendekati William.

"Apa kau butuh bantuan?"

"Tidak," jawab William datar. Wanita tadi masih diam di samping William. Mendengar suara bariton William, dia merasa tertarik dengan pria cacat di depannya itu.

"Apa kau yakin? Apa kau kesini untuk berobat?" Wanita itu terus bicara, hingga membuat William jengah. Namun, beruntung lift langsung terbuka. William segera menekan tombol kursi rodanya dan masuk ke dalam lift. Meski ini baru pertama kali dia keluar setelah kecelakaan itu, tapi demi Meizura dia akan melakukan apa saja sesulit apapun itu.

Wanita tadi berlari kecil saat menyadari William telah masuk ke dalam lift. Dia benar-benar tak tahu malu.

"Kau akan ke lantai 4? Kebetulan sekali aku juga akan kesana."

William tetap diam. Rasanya kesal sekali. Dia menatap angka demi angka hingga suara liftnya berdenting.

Wanita tadi berniat mendorong kursi roda William, tapi William keburu menekan tombol kursi rodanya meninggalkan wanita tadi. William memasuki ruangan Meizura. Dia di sambut oleh ibunya tanpa suara, karena Meizura sedang tidur.

"Mommy senang akhirnya kamu mau keluar dari Villa." Stevia berujar dengan mata berkaca kaca.

"Jika tidak ada yang mencelakai istriku, aku tidak mungkin berada di sini, Mom," ujar William datar, dia melepaskan topi, masker dan juga kacamata hitamnya.

William mendekat ke rajang Meizura. Tangannya terkepal kuat, melihat wajah pucat istrinya.

"Apa orang-orang itu sudah mengaku siapa yang menyuruh mereka, Dad?" tanya William dengan suara beratnya.

"Belum. Orang-orang itu terus mengatakan jika mereka tidak sengaja."

"Aku bersumpah akan menghukum mereka setelah ini. Tidak peduli siapa yang menyuruh mereka, tapi mereka salah sudah melukai istriku."

"Tenangkan dirimu, Liam. Sekarang yang terpenting yang harus kamu pikirkan adalah kesehatan istrimu. Mommy juga berharap kamu dan Meizura bisa tinggal di kediaman utama," ujar Stevia. Dia tahu saat ini dalam mata William memancarkan kemarahan, tapi dengan kondisi William sekarang, Stevia justru takut orang yang berniat mencelakai Meizura justru akan menyasar William karena William lumpuh.

Saat William akan kembali bicara, terdengar lenguhan lirih dari ranjang Meizura. William langsung menggenggam jemari Meizura.

Meizura membuka matanya perlahan. Dia menatap langit-langit ruangan yang dia tempati.

"Mei."

Meizura menoleh dan mendapati suaminya menatap dirinya cemas. Alis Meizura tanpa sadar mengernyit. Akan tetapi, detik berikutnya dia mendesis sembari menyentuh kassa yang ada di pelipis kirinya.

"Apa ada yang sakit? Kau pusing?" tanya William. Dia sungguh tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Sebaiknya pencet tombol itu untuk memanggil dokter, biar dokter memeriksa Meizura." suara Armano mengingatkan William untuk bersikap tenang. Ya, dia terlalu khawatir sampai melupakan tombol emergency itu. William pun menekannya. Dia memakai topinya dan memasang kacamata sekaligus maskernya lagi.

Dokter dan perawat langsung datang untuk memeriksa Meizura. Meizura sempat mengalami muntah saat dokter memeriksanya. Hal itu wajar terjadi pada pasien yang mengalami gegar otak.

William ingin mendekat, tapi dia takut malah akan mengganggu proses pemeriksaan dokter. William benar-benar mengutuk siapa saja yang memiliki niat buruk terhadap Meizura. Dia bersumpah dalam hati akan membuat orang itu menderita.

Setelah dokter dan perawat yang memeriksa Meizura pergi, William kembali menggerakkan kursi rodanya mendekat ke arah ranjang Meizura.

"Liam, bagaimana kamu bisa ada di sini?" tanya Meizura lirih. Suaranya bahkan terdengar serak karena memang tenggorokannya terasa kering.

"William tak menjawab pertanyaan Meizura, dia justru meraih botol air mineral dan membukanya untuk sang istri.

Stevia yang tahu apa yang akan putranya lakukan dengan sendirinya membantu William menaikkan brangkar agar posisi Meizura setengah terduduk. William menyodorkan air mineral itu pada Meizura. Gadis itu pun menyedot airnya dengan rakus.

"Liam, kau belum menjawabku."

"Pertanyaan itu tidak memerlukan jawaban, Mei. Kau pasti tahu alasan aku ada di sini saat ini. Kau adalah istriku. Suami mana yang tega membiarkan istrinya tinggal di rumah sakit sendiri?"

"Tap-"

"Tidak ada tapi tapian, Mei."

...****************...

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

si Liam tu khawatir mei, gitupun kamu nanya...

2024-04-28

1

rohmatulrohim

rohmatulrohim

next thor

2023-08-03

3

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 51 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!