Bab 9. Keinginan Armano

Tak terasa usia pernikahan Meizura dan William sudah berjalan selama 1 bulan. Namun, sayangnya sampai sekarang Meizura belum berhasil membujuk William untuk mau tinggal di kediaman utama. Stevia berkali-kali menghubungi Meizura, tapi hanya permintaan maaf yang bisa Meizura katakan.

Seperti hari ini, pagi-pagi sekali Stevia menghubungi Meizura untuk yang kesekian kalinya dan bertanya.

"Maaf, Mom. Aku belum berhasil membujuknya."

"Ya sudah, tidak apa-apa. Mungkin memang Liam masih butuh waktu, tapi Liam memperlakukan dirimu dengan baik, kan?"

"Ya, Mom," dusta Meizura. Dia tak mungkin menceritakan kelakuan William yang begitu menyebalkan. Meizura pikir biarlah hal hal yang terjadi dalam rumahtangganya menjadi rahasia antara dirinya dan William.

Saat Stevia masih bicara dengan menantunya. Armano duduk mendekati Stevia. Dia memberi kode pada Stevia agar menyerahkan ponselnya, karena Armano ingin berbicara pada Stevia.

"Sayang, Ayah mertuamu ingin bicara denganmu." Stevia langsung memberikan ponselnya pada Armano.

"Halo, Mei. Bisakah nanti siang kau datang ke kediaman utama. Supir nanti yang akan mengantarmu."

"Ya, baiklah, Dad. Tapi aku perlu meminta ijin pada William dulu. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja," kata Meizura lembut.

Setelah mendapat jawaban dari Meizura, Armano menyerahkan ponselnya pada sang istri dan Stevia kembali mengobrol dengan Meizura sebentar.

Siang harinya, Meizura mencari keberadaan William di ruang kerja. Pria itu selalu berada di sana sepanjang hari, dari pagi sampai sore. Entah apa yang dia lakukan, Meizura tak terlalu memperhatikan. Dia tak ingin terlalu ikut campur urusan William. Meizura masih belum lupa bagaimana kemarahan William waktu itu. Jadi sekarang Meizura lebih banyak diam dan hanya menawari bantuan pada William saat di kamar saja.

"Apa kau sibuk?" tanya Meizura. Gadis itu duduk di sofa yang berada di sudut ruang kerja William.

"Ada apa?" William mengalihkan tatapannya dari laptop. Dia memandangi Meizura cukup lama.

"Begini, Ayah mertua memintaku untuk datang ke kediaman utama," kata Meizura. Dia mengangkat wajahnya sekilas dan lalu menunduk lagi.

"Lalu?" tanya William tak sabaran.

"Bolehkah aku ke sana?"

"Kenapa untuk memutuskan hal seperti ini saja kau sampai menggangguku?" tanya William, tatapan matanya berubah kesal. Apa lagi sejak tadi Meizura terus berbicara sambil menunduk. Hal ini membuat harga dirinya merasa dijatuhkan oleh Meizura.

"Ma_maaf, tapi aku memang perlu ijin darimu. Kau adalah suamiku. Jika kau mengijinkanku, maka aku akan pergi sekarang, jika tidak, a_aku tidak akan kemana-mana," ujar Meizura lirih.

"Pergilah."

"Ehm, terima kasih." Meizura kini menatap William dan tersenyum tulus. William hanya terdiam.

Setelah Meizura pergi, William masih terpaku menatap ke arah pintu. Meizura benar-benar membuat William tak dapat berkata-kata. Apakah sebegitu berharganya hubungan mereka di mata Meizura? Sampai-sampai Meizura meminta ijin padanya saat akan pergi.

William tersadar dari lamunannya, dia mengambil ponselnya di dalam laci meja kerjanya. William tampaknya masih ragu untuk menghubungi asistennya. Namun, setelah lama berpikir William akhirnya menekan angka 2 dan lalu melakukan panggilan.

("Halo.")

"Datanglah ke Villa Davies. Bawa beberapa laporan dan berkas 4 bulan terakhir."

("Ya, Tuan. Senang rasanya, anda akhirnya menghubungi saya,") ucap Elliot Asisten William di perusahaan.

"Aku perlu mulai bergerak."

("Baiklah, Saya akan siapkan semuanya. Nanti pukul 2 siang saya akan datang, Tuan.")

"Terima kasih, Elliot. Kau sudah bertahan selama ini."

("Itu menjadi kebanggaan saya, Tuan. Keluarga anda sudah begitu baik pada keluarga saya. Jadi saya juga senang bisa menjadi kaki tangan anda.")

***

Meizura diantar supir menuju ke kediaman utama. Sejak tadi jantung Meizura berdegup kencang. Dia sedang menebak, kenapa dia di panggil oleh ayah mertuanya? Semoga saja dia tidak melakukan kesalahan sehingga membuat mereka kecewa.

Tiba di depan mansion utama keluarga Davies, Meizura tak dapat menyembunyikan wajah terpesonanya pada bangunan besar di depannya. Bibir Meizura sampai menganga melihat mansion itu.

"Mari, Nona. Tuan besar sudah menunggu."

"Oh, baiklah, Paman. Maafkan aku yang sempat melamun."

Pria paruh baya itu mengantar Meizura menuju ruang kerja ayah William. Meizura dipersilahkan masuk ke ruangan Armano. Saat dia membuka pintu ruangan kerja Armano. Dia disambut dengan senyum hangat ayah mertuanya.

"Duduklah! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu."

Meizura pun lantas duduk di kursi yang ada di depan meja Armano. Meizura mau tak mau harus berhadapan dengan Armano. Armano menatap Meizura dengan tatapan menyelidik. Meizura yang ditatap begitu, tentu saja merasa takut dan dia terus menunduk.

"Begini, Mei. Aku tidak suka berbasa-basi. Aku ingin kau mau membantuku mengurus perusahaan. Sejak William dikabarkan meninggal waktu itu, aku lelah jika harus mengurus banyak perusahan tanpa ada yang membantuku."

"Ta_tapi, Dad. Apa itu tidak berlebihan?"

"Tidak! Kau memiliki hak untuk duduk di singgasana milik William. Bagaimanapun kau adalah istri William sekarang."

"Tapi, Dad. Aku takut William marah padaku, Apalagi jika aku menggantikan posisinya."

"Tidak perlu khawatir, Daddy yang akan bilang pada William nanti," kata Armano. Meizura tampak berpikir. Jujur saja dia tak memiliki keberanian sebesar itu untuk memimpin perusahaan Davies. Namun, untuk menolak permintaan Armano rasanya Meizura juga tidak mampu. Meizura akhirnya mengangguk.

"Baiklah, Dad. Aku akan mencobanya, tapi aku harap daddy tidak akan kecewa nantinya, jika aku tidak bisa memenuhi ekspektasi Daddy."

"Daddy akan membimbingmu sampai kamu bisa menghandle semuanya, Mei." Meizura mengangguk. Dia akan berusaha untuk tidak mengecewakan ayah mertuanya.

Sementara itu di sisi lain, William saat ini baru saja kedatangan Asisten setianya. Wajah datar dan dingin itu menyunggingkan senyum tipis.

"Tuan, akhirnya anda mau turun gunung," ujar Elliot senang. Dia memang sudah lama menanti comebacknya sang atasan.

"Aku ingin mempelajari semuanya. Bagaimana dengan penyelidikanmu mengenai kecelakaanku waktu itu?"

"Sejauh ini semuanya sudah mengarah pada sabotase. Ada yang sengaja merusak rem mobil anda. Dan kemungkinan besar, Nona Vallen juga terlibat, tapi kita tidak bisa menyeretnya karena tidak ada bukti yang kuat, Tuan."

"Lalu bagaimana dengan pria itu?" tanya William.

"Dia tidak menunjukkan tindakan yang mencurigakan."

"Terus awasi dia. Aku tidak mau ayahku menjadi korban selanjutnya."

"Baik, Tuan."

"Tinggalkan berkas-berkasnya di sini. Aku akan memeriksanya satu per satu."

"Ya, Tuan. Jika begitu saya permisi."

...****************...

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SEMOGA KTERLIBATAN FELIX SEBAGAI DALANG UTAMA KCELAKAAN WILL TERKUAK..

2024-03-29

1

Sri Miarti

Sri Miarti

semangat

2024-02-21

1

yessa mardiana

yessa mardiana

bagus Thor cerita nya

2023-12-13

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 51 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!