Bab 2. Kelicikan Joseph

Meizura menatap ayahnya dengan sendu. Rasanya ini terlalu tak adil baginya. Apakah dia juga yang harus berkorban untuk keluarga yang hampir tidak pernah memikirkan nasibnya?

"Ayah, aku tidak mau," ujar Meizura lirih. Suaranya nyaris tak terdengar karena dia langsung menunduk setelah mengatakan kalimat itu. Ada pergolakan batin dalam diri Meizura. Di sisi lain, dia tidak mau jika hanya dijadikan wanita simpanan. Namun, di sisi lain, dia tak tega melihat ayahnya sampai memohon di hadapannya seperti ini

Joseph tak kehabisan akal. Dia akan bersujud di depan Meizura agar dia bisa segera terbebas dari jeratan hutangnya pada tuan Armano.

"Ayah mohon, kali ini dengan sangat. Selamatkan ayah." Joseph hampir saja bersujud di kaki Meizura. Gadis itu langsung berdiri dan memegangi bahu ayahnya.

"Tidak perlu bersujud padaku, Ayah. A_aku akan jadi penebus hutang untuk kalian."

"Benarkah kau setuju? Kau tidak akan lari, kan?" tanya Ariana memastikan. Wajahnya yang cantik terpoles make up tebal itu tak dapat menyembunyikan raut bahagianya. Meizura merasa miris sendiri dengan nasibnya.

"Jika kau sudah setuju maka kau bisa membuka amplop ini." Joseph langsung menyodorkan sebuah amplop coklat pada Meizura. Tak ada pelukan terima kasih ataupun sedikit rasa simpati pada Meizura. Pria paruh baya itu kelihatan sekali tidak peduli dengan perasaan Meizura.

Meizura membuka amplop itu ragu. Namun, perlahan dia mengambil kertas putih yang ada di dalamnya. Meizura membacanya dengan seksama lalu tak lama tubuhnya terasa lemas.

Kertas itu berisi aturan-aturan dari tuan Armano. Isi dari aturan itu antara lain, Meizura dilarang keras berhubungan dengan keluarga Hill. Kelak dimasa depan dia tidak boleh membantu keluarga Hill apapun yang terjadi. Ada larangan bekerja dan dia juga harus selalu mematuhi aturan yang mereka tetapkan.

"Ayah, tapi ini .... "

"Sudah tanda tangani saja. Mereka nanti akan membawamu pada Armano," ujar Joseph dengan wajah santai. Dia tak tahu isi perjanjian itu. Kelak suatu saat dia akan menyesali keputusannya sendiri.

Meizura akhirnya membubuhkan tanda tangannya. Dua anak buah Armano langsung membawa Meizura pergi. Meizura tak dapat mengelak. Dia menatap ayah dan ibu tirinya dengan sendu.

"Bisakah kita ke apartemenku dulu. Aku ingin mengambil beberapa bajuku," ujar Meizura canggung. Kedua pria berwajah sangar itu pun mengangguk tanpa mengucap sepatah kata pun. Meizura memberitahu alamat apartemennya meski dua pria menyeramkan itu tak berbicara apapun padanya.

Sesampainya di apartemen, Meizura tetap dikawal oleh kedua orang pria tersebut. Meizura merasa seperti tahanan, tapi dirinya bisa apa? Dia sudah menandatangi surat itu yang artinya dia setuju dengan semua syarat dari tuan Armano.

Setelah mengambil beberapa potong baju dan surat-surat pentingnya. Meizura langsung mengikuti dua pengawal tersebut. Selama dalam perjalanan, Meizura tampak melamun menatap jalanan yang dia lewati.

Sebentar lagi hidupnya akan berubah. Semua cita-citanya harus dia tunda atau mungkin bisa saja harus dia kubur dalam-dalam. Meizura tak tahu sudah seberapa jauh mobil mereka berjalan. Yang jelas, kini tak terlihat lagi bangunan-bangunan tinggi seperti sebelumnya. Yang ada hanya rindangnya pepohonan di kanan kirinya.

Saat mobil mulai menapaki jalan yang menyempit, Meizura melihat gerbang besar menjulang. Itu adalah Villa the Davies. Jantung Meizura berdebar keras. Saat mobil kembali bergerak memasuki gerbang, darah Meizura berdesir. Setelah ini kehidupan barunya akan dimulai. Meizura berharap di dalam sana ada kehidupan yang lebih baik untuknya.

Dua pengawal tuan Armano berjalan di depan. Salah satu dari mereka membawakan tas milik Meizura. Seorang wanita paruh baya menuruni tangga dan menatap Meizura dengan tajam.

"Siapa dia?" tanya wanita itu.

"Dia putri dari keluarga Hill. Kami membawanya kemari atas perintah tuan Armano, Nyonya Stevia."

Armano berjalan santai menyusul sang istri tercinta. Dia mengecup puncak kepala istrinya sesaat. Armano melihat penampilan Meizura dari atas hingga bawah. Matanya begitu jeli memindai.

"Siapa kau?"

"Sa_saya, Meizura Azalea, Tuan."

"Maksudku, kau bukan putri Joseph. Yang aku tahu kedua putri Joseph berpenampilan glamour dan tidak sepertimu."

"Ma_maaf, Tuan, tapi aku benar-benar putri Joseph. Aku putri dari istri keduanya. Orang-orang memang tidak tahu pernikahan kedua ayahku."

Mendengar ucapan Meizura, Armano yang semula memasang wajah datar, seketika tertawa terbahak-bahak. Stevia dan Meizura menatap bingung ke arah Armano.

"Dia benar-benar licik," ujar Armano kesal. Mulanya dia ingin menyiksa putri Joseph, tapi melihat penampilan gadis di depannya ini, Armano berubah pikiran.

Salah satu pengawal menyerahkan amplop yang tadi ditandatangani oleh Meizura. Armano melihatnya sekilas lalu memasukkannya lagi ke dalam amplop itu.

"Jika begitu mari kita bicarakan kesepakatan antara kita," ujar Armano. Pria paruh baya yang masih terlihat tampan itu tampak membisikkan sesuatu di telinga istrinya. Tak lama mata Stevia terbelalak.

"Apa kau serius, Honey? Ini sangat beresiko."

"Serahkan semuanya padaku, kau cukup lihat saja. Penilaianku tidak pernah salah." kata Armano lirih hingga Meizura tak dapat mendengar perkataan mereka.

Stevia hanya manut saja pada suaminya. Mereka akhirnya berjalan ke halaman belakang diikuti oleh Meizura.

"Kau sudah terikat dengan surat pernyataan ini. Itu artinya kau harus tutup mulut dan tidak menyebarluaskan apapun yang kau lihat di tempat ini. Atau aku akan membuat perhitungan denganmu, jika kau melanggarnya."

Meizura hanya mengangguk dengan perasaan yang tak menentu. Rasanya ini lebih mendebarkan dari menaiki wahana rollercoaster. Mereka kini menuju ke sebuah rumah yang tak terlalu besar. Namun, sekelilingnya tampak lebih menakutkan. Rumah itu bisa dikatakan berada di pinggir hutan.

"Setelah ini kau harus bersumpah untuk menutup mulutmu. Lalu aku akan mengurus pernikahan ini secepatnya." Armano menoleh dan menatap Meizura dengan tajam.

"Mak_maksudnya pernikahan apa?"

"Kau akan menjadi bagian dari keluarga Davies sebentar lagi."

Kaki Meizura terasa lemas. Stevia secara reflek memegangi pundak Meizura.

"Tenanglah, aku bisa menjamin hidupmu akan jauh lebih baik nanti."

'Jadi aku juga akan dijadikan istri kedua? Kenapa nasibku dan ibu begitu buruk.'

Armano membuka pintu rumah itu. Di dalam sana ada seseorang yang duduk di sebuah kursi roda dan sedang menatap ke luar jendela.

"Liam. Ini Meizura calon istrimu."

Pria yang dipanggil Liam itu memutar kursi roda otomatisnya. Dia menatap Meizura dengan datar. Mata Meizura terbelalak kaget.

"K_kau masih hidup?" tanya Maizura tak percaya. Dia mengerjap beberapa kali untuk menyakinkan penglihatannya.

William Davies menatap Meizura tajam. Dia tak suka wanita yang cerewet. "Diam! Jangan banyak bertanya. Kau hanyalah gadis penebus hutang," kata William penuh penekanan.

Meizura langsung menutup mulutnya. Dia benar-benar masih belum mempercayai apa yang dilihatnya saat ini. Gadis itu bahkan tak menaruh dendam mendengar ucapan pedas William.

...****************...

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

wow

2024-04-27

1

Pie Yana

Pie Yana

seru bagus,

2024-02-12

1

Septi Wariyanti

Septi Wariyanti

2 bab langsung komen dan vote, sepertinya cerita nya menarik

2024-02-07

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 51 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!