Bab 5. Ijin Keluar

Malam pernikahan William dan Meizura terasa begitu dingin. Bagaimana tidak? Tadi Stevia meminta Meizura pindah ke kamar William. Namun, pria itu dengan teganya mengatakan jika Meizura hanya boleh tidur di sofa.

Meizura yang memang sudah sangat lelah, tak banyak mengeluarkan protesnya. Wanita itu hanya patuh dan tak mengatakan apapun lagi. Meizura masuk ke kamar mandi. Di tangannya sudah ada baju ganti. Dia pun memilih membersihkan dirinya dan lalu pergi tidur.

"Huft, semoga aku selalu diberi kesabaran untuk menghadapi pria itu," gumam Meizura di depan wastafel.

Saat Meizura keluar dari kamar mandi, William sedang melepaskan jasnya. Pria itu sepertinya kesulitan karena masih duduk di atas kursi roda. Meizura pun mendekat. Meski sebenarnya dalam hatinya dia ingin tidak terlalu peduli pada pria arogan itu.

"Aku akan membantumu." Meizura berdiri di depan William.

"Aku tidak butuh bantuanmu," ketus William.

"Apa kau yakin? Mommy sudah menarik semua pelayan dan juga pak John. Kau benar-benar yakin tidak memerlukan bantuanku? Atau memang kau lebih senang duduk di situ?" Meizura masih menampilkan wajah teduhnya. Namun, ucapannya terdengar sarkas. William mendongak dan menatap Meizura tajam.

"Kau sudah mulai berani padaku?"

Meizura menghembuskan napas panjangnya. Dia kini merubah ekspresi wajahnya. Wajah Meizura yang terbiasa teduh kini berubah datar. Dia menunduk dan memegang kedua sisi kursi roda William.

"Dengar! Kau tahu, kau itu benar-benar manusia paling menyebalkan yang pernah ku temui. Aku hanya menawarkan bantuan karena keterbatasanmu, tapi sikapmu ini sungguh membuatku lelah. Aku tahu kau sangat membenciku, tapi tidak bisakah kau terima saja niat baikku? Aku tidak mau memperpanjang masalah denganmu, tapi di sini aku punya kewajiban untuk menjadi kakimu saat ini dan orangtuamu sudah mempercayakan dirimu padaku. Jadi bersikap baiklah."

William hanya terpaku menatap netra Meizura yang berwarna biru. Warna matanya seperti lautan yang bisa menenggelamkan William dalam pesonanya. Baru kali ini ada orang yang berani menatapnya begitu tajam, dia melihat jelas perubahan raut wajah Meizura, alis Meizura sampai bertaut sangking kesalnya dan tidak tahu kenapa, jantung William tiba-tiba berdebar kencang, William merasa wajah Meizura saat ini benar-benar terlihat cantik.

William menggeleng. Apa yang baru saja dia pikirkan? Tidak mungkin kan dia tertarik pada istrinya itu. Meizura menarik tubuhnya dan mengernyit, dia heran kenapa William tiba-tiba menggeleng.

Meizura berpindah ke belakang kursi roda William dan lalu dia mendorong kursi roda suaminya agar lebih dekat dengan ranjang. Setelah itu Meizura membantu William untuk berpindah. Anehnya William hanya diam saat Meizura menyentuhnya. Bagaimana bisa? Apakah William mulai ada rasa dengan istrinya itu?

Setelah berhasil memindahkan William yang sangat berat, Meizura mengusap keningnya yang berkeringat. William tersenyum tipis melihat wajah Meizura yang kelelahan memindahkannya.

"Kau mau mandi atau hanya berganti baju?" tanya Meizura.

"Mandi." Jawab William singkat. Sebenarnya dia ingin langsung tidur, tapi sepertinya menyenangkan jika mengerjai Meizura sekali lagi.

Meizura tak banyak bicara. Dia langsung ke kamar mandi menyiapkan air hangat untuk William. Sembari menunggu dia keluar dan masuk ke walk in closed untuk mengambil baju tidur dan pakaian dalam William. Sedikit malu memang saat Meizura menyentuh pakaian dalam suaminya. Namun, segala pikiran kotornya segera dia tepis.

Meizura keluar dari ruang walk in closed. Matanya tertegun menatap William bertelanjang dada. Meizura menelan salivanya kasar.

"Oh my God." Batin Meizura menjerit melihat perut kotak suaminya.

Meizura segera mengalihkan pandangannya saat William menatapnya. Dari tempat William duduk, William bisa melihat wajah Meizura yang memerah.

"Lucu sekali."

Meizura masuk ke kamar mandi. Dia mematikan kran di bathtub dan kembali keluar untuk membantu William naik lagi ke kursi rodanya.

Jujur saja kegiatan ini sangat melelahkan, tapi Meizura juga belum lupa statusnya di sini hanyalah seorang gadis penebus hutang. Jujur dia sebenarnya memilih dijadikan pembantu dari pada seorang isrti yang dinikahi tanpa cinta.

"Aku akan menunggu di luar. Jika kau sudah selesai, panggil saja aku."

"Kenapa kau keluar? Jika kau berada di luar, siapa yang akan membantuku?"

"Nanti jika kau selesai kau bisa memanggilku, Aku akan langsung masuk kemari?"

"Lalu menurutmu, apa aku bisa berjalan sendiri di shower itu untuk membilas tubuhku?"

Meizura mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Dia terlihat sangat frustasi karena dihadapkan dengan situasi seperti ini. Meizura biasanya memiliki kesabaran yang tak terbatas. Namun, baru sebentar menghadapi William, kesabarannya sepertinya langsung habis. William tersenyum smirk melihat Meizura.

"Baiklah, aku akan tunggu kau di sini, tapi jangan pernah membuka celanamu."

"Kenapa? Apa kau tidak penasaran melihat isinya?" tanya William mesum.

"Tidak."

William mandi begitu lama. Meizura sampai terkantuk-kantuk menunggu. Pria itu memang sengaja mengerjai Meizura.

Proses mandi William akhirnya selesai. Beberapa kali pria itu membuat Meizura memasang wajah kesal, karena William seolah sengaja menggodanya.

Meizura akhirnya bisa merebahkan tubuhnya di atas sofa. Rasanya hari ini sangat melelahkan sekali. Tak butuh waktu lama Meizura langsung terlelap.

William tidur berbaring menyamping menatap Meizura dari kejauhan. Wajahnya yang tampan tersenyum melihat Meizura tertidur dengan bibir sedikit terbuka.

"Good night."

***

Hari hari berikutnya, Rutinitas Meizura hanya melayani William. Namun, semalam dia mendapat pesan dari Eliana. Sahabat karibnya itu menanyakan kabarnya dan begitu mengkhawatirkan Meizura karena sudah hampir 10 hari dia menghilang tanpa kabar. Meizura akhirnya memberanikan diri meminta ijin keluar villa pada William.

"Apa kau sibuk?" tanya Meizura. Dia melihat William sedang bekerja dengan laptopnya di ruang kerja. Sebenarnya Meizura masih takut memasuki ruangan itu. Dia masih trauma dengan kejadian terakhir yang menimpanya saat itu.

"Ada apa?"

"Apa aku boleh pergi menemui temanku?"

"Teman?"

"Ya, temanku. Dia sahabatku. Aku lupa memberinya kabar dan sekarang dia mencemaskanku. Lagi pula aku juga belum berpamitan padanya. Bolehkah aku keluar?"

"Kau boleh keluar, tapi ingat! Jangan sampai pernikahan kita bocor keluar. Atau aku akan menghabisimu."

"Hmm, ya. Aku juga tidak berniat mengekspos hubungan ini," jawab Meizura santai.

"Ya aku tahu kau pasti malu kan memiliki suami cacat sepertiku. Sehingga kau tidak mau mengeksposnya?" William tampak kesal setelah mendengar jawaban Meizura.

"Kau benar-benar aneh. Kau sendiri yang meminta, lalu kau juga yang marah-marah tidak jelas."

Meizura keluar dari ruangan William dengan dongkol. Bisa-bisanya, pria itu malah menuduhnya. Jelas saja dia tak akan membongkar pernikahan mereka. Orang-orang tahunya William Davies sudah meninggal. Dia tak mungkin kan mengatakan jika sekarang dia menjadi istri William. Dasar pria aneh.

Tak ingin larut dengan kekesalannya, Meizura bersiap menemui Eliana. Mereka sudah janjian akan bertemu di sebuah cafe.

...****************...

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

William jgn kejam2 nanti bucin

2024-04-27

1

Dominic Torreto

Dominic Torreto

William nya cemburu saat kamu mengatakan ingin keluar menemui temanmu mei dia nya gak sadar dengan respon nya wkwk 😂😂

2023-07-02

4

Ibunya Dzalu

Ibunya Dzalu

crazy up dongs thor 🤭

2023-06-04

3

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 51 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!