Meizura membeku. Dia benar-benar seperti kedapatan sedang mencuri oleh suaminya. Meizura tersenyum kaku.
"Apa aku membuatmu menunggu terlalu lama, Liam?"
"Tidak, tapi aku penasaran. Apa yang sebenarnya kau lakukan? Apa kau sedang menghindariku?" tanya William.
"Ti_tidak, Liam. A_aku ...." Meizura semakin menunduk. Jujur saja dia merasa terancam dengan tatapan William padanya. William menggerakkan kursi rodanya kearah Meizura.
"Pakaian jenis apa yang kau pakai saat ini, Mei?"
"I_ini pilihan mommy, Liam. Aku tidak bisa menolaknya."
William tersenyum samar, tanpa aba-aba dia menarik pinggang Meizura hingga tubuh Meizura jatuh menimpa William.
"Bagaimana bisa kau menerima gaun ini? Apa saat memakainya kau tak mengingatku?" Wajah Meizura semakin memerah, hembusan napas William di cuping telinga Meizura, menegakkan semua bulu halus di tubuh gadis itu.
"Li_liam, turunkan aku. Aku berat. Kakimu nanti sakit."
"Aku tidak peduli kakiku sakit, saat ini hati dan mataku lebih sakit lagi."
"Ke_kenapa?"
"Kau berada di sana dengan pakaian terbuka seperti itu, pasti semua pria sempurna di sana memandangimu penuh hasrat," ujar William dengan suara parau. "Apa kau tahu? Kau sangat menyiksaku, Mei." Sambung William. Pria itu sejenak menarik napas panjang seakan merasakan sesak di dadanya.
"Aku ingin mencongkel mata mereka yang menatapmu. Aku ingin menyeretmu pulang agar tidak ada yang menatapmu dengan kurang ajar. Apa kau tahu? Aku sangat frustasi melihatmu ada di sana."
William mendekap perut Meizura. Saat ini posisi Meizura duduk membelakangi William. Pria itu menenggelamkan wajahnya di punggung Meizura.
Meizura tertegun mendengar ungkapan William. Selama ini dia tak berpikiran untuk mendapatkan cinta dari William karena dia sadar posisinya, apalagi di awal pertemuannya dulu, Wiliam terlihat sangat membencinya.
Meizura menunduk memandangi tangan kekar yang melingkari perutnya dengan erat.tangan Meizura bergerak sendiri dan mengusap tangan itu.
"Maaf," ujar Meizura lirih. Dia tak tahu perasaannya mendadak berkecamuk. Antara harus senang atau sedih. Dia tahu, William pasti sangat tersiksa dengan kondisinya.
Setelah mendengar Meizura meminta maaf, William perlahan melonggarkan pelukannya dan menegakkan tubuhnya.
"Masuklah ke kamar dan segera beristrahat. Aku aka ke ruang kerjaku."
Meizura berdiri dari atas pangkuan William. Namun, sebelum William memutar kursi rodanya, Meizura menahan William.
"Ini sudah larut. Sebaiknya kau juga istirahat, Liam."
Meizura masih menahan tangan William, Pria tampan itu sesaat mengangkat kepalanya dan menatap Mezura. Lalu tak lama dia mengangguk. Meizura tersenyum senang dan lalu mengambil alih kursi roda Wiliam dan mendorongnya masuk ke kamar. William kali ini menuruti kemauan Meizura.
Setibanya di kamar, Meizura menghentikan kursi roda William. Dia baru ingat jika dia belum bertanya pada William, apakah pria ini sudah makan atau belum.
"Oh ya, apa kau sudah makan, Liam?" tanya Meizura. William menggeleng. Dia tidak sedang dalam selera bagus untuk makan.
"Mau ku buatkan makanan?" Meizura menatap William dengan lembut. William lagi-lagi menggeleng.
"Tidak perlu, ayo kita tidur sekarang."
"Tapi nanti perutmu sakit?"
"Aku tidak akan mati hanya karena tidak makan malam. Aku sedang tidak mood untuk makan. Jadi ayo lekas bersihkan dirimu dan kita tidur," ujae William. Meizura langsung mengangguk. Dia mendorong kursi roda William hingga mepet ke ranjang. Setelah menekan tombol remnya. Meizura membantu William untuk pindah ke ranjang.
"Aku pasti sangat merepotkanmu," ucap William lirih. Meizura tidak menjawab sampai William benar-benar duduk dengan nyaman di atas kasur. Setelah itu, Meizura menjauhkan kursi roda William. Dia duduk di depan suaminya itu.
"Ingat dengan janji suci yang kita ucapkan waktu pernikahan? Dalam sehat maupun sakit. Aku akan selalu bersama denganmu. Jika sekarang kau sakit, aku tidak apa-apa. Aku tidak masalah dengan semua itu. Hanya saja jika boleh meminta. Aku juga ingin kau memiliki semangat untuk sembuh. Bukan untuk diriku melainkan untuk dirimu sendiri. Apa kau tidak merindukan dunia luar? Apa kau selamanya akan memenjarakan dirimu di sini? Tidak inginkah dirimu mengajakku berbulan madu?"
William hanya tersenyum tipis mendengar kata-kata yang terakhir diucapkan Meizura. Meski tidak menjawab, pertanyaan Meizura itu cukup menyentil hatinya. Ya, Meizura juga pasti ingin memiliki pasangan yang normal seperti kebanyakan wanita.
"Maaf, aku belum bisa menjadi pasangan yang sempurna," ucap William lirih. Meizura menggeleng sambil tersenyum. Dia menangkup kedua pipi William dengan lembut.
"Liam, apa kau tahu. Sempurna bukan hanya dari sekedar fisik. Bisa ada di sampingmu sekarang saja, itu sudah menjadi kebahagiaan sendiri untukku, keberadaanmu sekarang sudah menjadi penyempurna hidupku yang dulu penuh dengan kekurangan. Aku yang tidak pernah diinginkan oleh keluargaku sendiri, tapi sejak menjadi istrimu di sini aku merasa lebih dihargai. Bukan hanya olehmu tapi juga oleh kedua orangtuamu."
Mata Meizura berkaca. Nada bicaranya bahkan bergetar, karena mungkin Meizura menyimpan semua luka batinnya sendiri. Sehingga ketika dia berbicara untuk dirinya sendiri, dia akan merasa sentimentil.
"Terima kasih sudah mau menikah denganku, Mei. Sekarang bersihkan dirimu dan ayo kita tidur."
Meizura mengangguk. Dia beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar mandi. Hari ini sangat melelahkan, tapi saat tadi melihat bagaimana William menghadangnya, Meizura justru merasa bahagia, walaupun awalnya dia sempat merasa takut.
Setelah pintu kamar mandi tertutup, William mengambil ponselnya dan menghubungi Elliot. Dia meminta bantuan Asistennya itu untuk melakukan sesuatu. Dia memerintahkan Elliot agar besok pagi datang ke villanya.
Meizura keluar dari kamar mandi mengenakan jubah mandi. Dia masuk ke walk in closed dan mengambil piyamanya. Meizura mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambutnya yang basah. William hanya memandangi Meizura dari atas ranjang. Rasanya dia gatal ingin mendekati istrinya itu, tapi apa daya kondisinya tidak cukup mendukung keinginannya. William menghela napas panjang dan merebahkan tubuhnya.
Dia bertekad akan menyenangkan Meizura mulai saat ini. Suara hairdryer yang tadi dipakai Meizura sudah tak terdengar. William merasakan gerakan di sebelahnya. Dia menoleh dan tersenyum mendapati Meizura ada di sampingnya. Aroma sabunnya begitu wangi. Saat Meizura sudah merebahkan tubuhnya, William tiba-tiba menarik Meizura. Sekarang Meizura sudah berada di dekapan William.
William menciumi puncak kepala Meizura yang wangi. Aroma buah yang menyegarkan tercium dan begitu menenangkan William.
"Liam, nanti tanganmu sakit." Meizura ingin mengangkat kepalanya. Akan tetapi, William menahan kepala Meizura.
"Tidak apa-apa. Tidurlah!"
Akhirnya Meizura mengalah. Dia kini benar-benar tidur dalam pelukan William hingga keesokan harinya.
William yang terlebih dahulu terbangun, Hanya diam memperhatikan Meizura yang masih terlelap. Dia sangat cantik di mata William. William tersenyum dan mengecup bibir Meizura.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝑳𝒊𝒂𝒎 𝒋𝒖𝒋𝒖𝒓 𝒌𝒆 𝑴𝒆𝒊𝒛𝒖𝒓𝒂
2024-10-03
0
Ayu Hamzah
blm ongkir! n
2024-05-16
0
sherly
akhirnya liam jatuh dalam pesona mei
2024-04-28
1