Dua buah Ambulance berjalan beriringan mengikuti sebuah mobil sedan mewah yang memimpin jalan. Mereka menembus jalanan sepi karna malam sudah semakin larut. Hanya ada beberapa kendaraan saja yang melintas berpapasan dengan mereka. Saat tiba di persimpangan jalan, salah satu Ambulance berbelok arah ia akan mengantarkan jenazah Supir yang membawa Dika dan istrinya. Sementara Ambulance satunya tetap melaju menuju kediaman Pratama yang saat itu telah ramai oleh sanak saudara yang datang. Nenek telah mengabari mereka lewat Paman Max, ia meminta semua orang agar berkumpul di rumah utama untuk menyambut kedatangan jenazah Dika dan Anita. Sesampainya di sana, mereka segera menurunkan jenazah dan membawa ke dua jenazah tersebut ke dalam rumah.
Paman Max dan istrinya tak dapat membendung kesedihannya, air matanya tumpah tanpa dapat ia tahan. Ia menyesal karena bukan dia yang mengantar Tuannya pergi ke kota tersebut. Ia yang saat itu ditugaskan Dika mengurus cabang perusahaannya yang berada di kota lain. Semua orang bersedih atas kepergian orang yang sangat berjasa dalam hidup mereka. Pelayan di rumah itu pun berkumpul di sana ikut menyambut kedatangan jenazah Tuan mereka. Kecuali.
"Dimana Ferdi dan istrinya? Apakah mereka tidak diberi tahu tentang hal ini?"
Nenek bertanya di sela-sela tangisannya. Paman Max mengerti bahwa pertanyaan itu ditujukan pada dirinya ia pun menjawab,
"Sudah Nyonya, semua orang sudah saya hubungi. Tuan Ferdi saat ini sedang berada di Luar Negri untuk urusan bisnisnya Nyonya, kemungkinan besok ia baru akan sampai."
Paman Max menjelaskan.
"Hhhmmm. Baiklah jika begitu. Sum, Razka di mana?"
Nenek beralih menatap Bi Sum yang saat itu berdiri tak jauh dari kedua jasad itu. Bi Sum menangis sesenggukan.
"A-ada. Nyonya. Tuan Muda sedang tertidur di kamar Nyonya."
Bi Sum berkata sambil terisak. Lalu,
"Nenek! Kenapa semua orang ada di sini? Dan. Kenapa semuanya menangis? Apakah Razka telah berbuat nakal?"
Tiba-tiba bocah itu sudah berdiri di atas tangga menatap semua orang yang ada di bawah di ruang tamu. Nenek bergegas menghampiri dan segera membawa Razka kembali ke kamarnya. Setelah sampai Nenek membaringkan Razka di kasurnya lagi namun,
"Nenek menangis? Apa yang terjadi?"
Tanyanya bangkit dari tidurnya menempelkan tangannya pada wajah sang Nenek dan mengusap air matanya.
"Tidak sayang, tidak ada apa-apa Nak. Ayo segera tidur kau masih mengantuk bukan? Nenek temani."
Razka mengangguk Nenek beranjak naik ke atas ranjang membaringkan dirinya di samping Razka lalu mengusap-usap kepala Razka hingga ia terlelap kembali tanpa mengetahui keadaan Ibu dan Ayahnya.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali mereka segera mengubur kedua jenazah suami istri tersebut tanpa diketahui Razka, karna ia tengah bermain di taman belakang bersama Bi Sum. Nenek datang menghampiri mereka setelah selesai pemakaman.
"Nek, Ayah dan Ibu kapan akan pulang? Mereka tidak akan lama kan?"
Tanya Razka saat Nenek sudah duduk bergabung bersama mereka. Nenek membuang pandangannya ke sembarang arah menghindari bertatapan dengan Razka saat ia menatap manik sang Nenek.
"Hhhuuuhhh..." Nenek menghela nafas sejenak sebelum menjawab,
"Sabar ya, doakan saja Ayah dan Ibu di manapun mereka berada saat ini ya."
Razka mengangguk mengerti, mereka bermain hingga menjelang makan siang. Setelah itu mereka kembali masuk ke dalam rumah yang kali ini terasa berbeda dari biasanya.
Seminggu telah berlalu sejak kepergian Dika dan Anita dan selama itu juga Razka terus saja bertanya tentang kepulangan Ayah dan Ibunya. Saat ini mereka sedang bermain di ruang tengah dengan di kelilingi oleh beberapa pelayan di rumah tersebut. Kegiatan mereka terhenti saat mendengar suara seseorang dari arah pintu utama rumah itu.
"Dimana Ibuku? Aku ingin menemuinya."
Katanya pada pelayan yang membukakan pintu. Pelayan itu menunjuk ke arah ruang tengah yang terdapat Nenek sedang berkumpul di sana. Ia mendatangi ruangan itu dan,
"Ibu!"
Sapanya memanggil sang Ibu, Nenek menoleh menatap ke arah seseorang yang memanggilnya Ibu. Nenek bangkit dan segera saja memeluk orang itu dengan menangis.
"Akhirnya kau datang Ferdi, mengapa baru hari ini kau datang? Kemana saja dirimu?"
Yah... Itu adalah Ferdi Hermawan Pratama putra kedua Nenek, adik satu-satunya Dika dia adalah Paman Razka dan Emil.
"Maaf Bu, aku baru sempat datang karena beberapa urusan yang tidak dapat aku tunda. Sekarang aku dan istriku akan tinggal di sini menemani Ibu."
Katanya sambil melepaskan pelukan Ibunya. Ia menoleh menatap seorang bocah berumur 4 tahun yang sedang bermain dengan mainannya itu tanpa terganggu oleh kedatangannya.
"Benarkah kalian akan tinggal di sini? Bukankah selama ini kalian tidak mau tinggal di sini?"
Tanya Nenek sambil mengerutkan dahinya.
"Iya Bu, hhhmmm. Karna waktu itu kan ada Kak Dika, tapi saat ini Kak Dika sudah tidak ada jadi Ibu tidak ada yang menemani."
Katanya sambil menatap wajah Ibunya tersebut dan tersenyum. Nenek mengangguk pasrah.
"Baiklah. Kalian bisa tinggal di sini."
Kata Nenek dan tersenyum.
"Terimakasih Ibu. Kami akan pindah ke rumah ini secepatnya."
Nenek menghela nafas ia menundukan kepalanya melihat ke arah bawah. Lalu menatap anaknya dan tersenyum. Bukan ia tak ingin anaknya itu tinggal di rumah utama tersebut hanya saja. Ia pun tak tau pasti ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya. Mengingat menantunya yang satu lagi, ia tak suka dengan sesuatu yang menyangkut tentang Anita...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Ardika Zuuly Rahmadani
berrti yang merawat emil adalah paman dan bibinya, adik dri papanya emil dan raska
2021-07-21
1
Wati Simangunsong
kyanya ferdi yg mmbunuh mreka
2021-01-19
1
Membaca
lanjut baca ,kalau capek sejenak istirahatan mata , agar tidak lelah & ngantuk karna terlalu lama menatap layar ponsel
2020-10-19
3