Malam ini Razka dan Nenek akan berkunjung ke kediaman Paman Max. Karna akan membicarakan sesuatu yang penting menyangkut urusan bisnisnya. Selama setengah jam Razka mengendarai motornya bersama Nenek, hingga akhirnya tiba di kediaman Paman Max. Seorang penjaga rumah membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan masuk, Razka mengangguk dan kembali melajukan motornya. Dahi Razka berkerut heran saat mendapati banyak sekali mobil yang terparkir di halaman rumah Paman Max. Razka memarkirkan motornya tak jauh dari deretan mobil yang terparkir di sana. Nenek berjalan terlebih dahulu kemudian disusul Razka yang sedikit berlari kecil.
"Nek, kenapa banyak sekali mobil di halaman rumah Paman? Apakah Paman sedang menerima tamu?"
Tanya Razka pada Nenek saat ia sudah berada di dekatnya.
"Kau akan tahu saat sudah berada di dalam."
Begitu Nenek berucap. Dahi Razka semakin berkerut, apa Nenek sudah mengetahui ini semua? Pikirnya seperti itu. Apa yang ada di dalam sana? Apa sebuah pesta? Pikiran-pikiran itu terus bermunculan di kepala Razka. Begitu mereka memasuki rumah, seorang pelayan menyambut mereka dengan penuh hormat. Pelayan itu membungkukkan tubuhnya dan berkata,
"Tuan sudah menunggu kedatangan Anda? Mari saya antar!"
Pelayan itu berbalik tanpa mengangkat kepalanya kemudian ia berjalan menuntun di hadapan sampai pada sebuah ruangan yang tertutup. Lagi pelayan itu berbalik menghadap Razka dan Nenek lalu membungkukkan tubuhnya.
"Silahkan! Tuan dan yang lainnya menunggu di dalam."
Katanya sambil mengarahkan sebelah tangannya menunjuk pintu yang tertutup, ia lalu membukakan pintu tersebut membiarkan Razka dan Nenek masuk lalu menutup kembali pintunya setelah mereka di dalam.
Saat mereka baru saja melangkahkan kaki dari pintu tersebut dan berjalan mendekati kerumunan laki-laki di ruangan itu ada sekitar 15 orang laki-laki termasuk Paman Max dan Paman Toni. Serentak mereka semua berdiri menghadap Razka dan Nenek lalu membungkukkan tubuh mereka penuh hormat.
"Selamat datang Tuan Muda selamat datang Nyonya Sepuh!"
Seru mereka kompak. Terdengar seperti mereka sudah terbiasa melakukan itu. Razka menatap bingung semua orang di sana. Ia melihat Paman Max juga Paman Toni ikut membungkukkan tubuhnya di antara barisan laki-laki tersebut. Nenek tersenyum lalu mengangguk, ia menepuk punggung Razka menyadarkannya dari lamunan. Membuat Razka menoleh menatap sang Nenek yang tersenyum padanya lalu mengangguk. Nenek berjalan diikuti Razka menuju sebuah kursi yang sepertinya memang disediakan untuk mereka berdua. Nenek duduk di kursi tersebut berdampingan dengan Razka yang masih terlihat kebingungan. Setelah itu semua orang di sana ikut duduk mengelilingi sebuah meja bundar dengan Paman Max dan Paman Toni berada di sisi kanan dan kiri Nenek dan Razka.
"Tuan Muda!"
Pama Max membuka suara, menatap Razka dengan raut bingungnya, ia tersenyum.
"Hari ini aku telah mengumpulkan mereka semua. Mereka adalah orang-orang kepercayaan Tuan Besar yang sengaja masih dipekerjakan di perusahaan untuk membuat perusahaan tetap stabil. Selama ini merekalah yang bertugas mengawasi Presdir yang sekarang. Tuan Ferdi, yang sering kali menyalah gunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadinya. Mereka di sini siap membantu Tuan Muda memimpin perusahaan kembali."
Ucap Paman Max panjang lebar. Razka berusaha menetralkan keterkejutannya ia menatap satu per satu orang yang saat ini ada di hadapannya.
"Katakan apa yang ingin kalian sampaikan!" Paman Max berkata lagi.
"Salam Tuan Muda! Senang melihat Anda selamat dan kembali kepada kami. Kami adalah orang-orang yang dulu dipekerjakan Tuan Besar di perusahaannya. Saat ini perusahaan membutuhkan pemimpin yang lebih bertanggung jawab. Para investor saat ini sudah tidak mempercayai Tuan Ferdi sebagai Presdir. Besok kami akan mengadakan rapat direksi membahas menurunnya saham perusahaan karena sebagian investor menarik saham mereka kembali. Rapat besok akan di hadiri juga oleh para pemegang saham perusahaan."
Seorang laki-laki yang tak jauh berbeda dengan Paman Max menyampaikan apa saja tentang keadaan perusahaan.
"Jadi... Kami meminta Tuan Muda agar hadir dalam rapat besok membahas masalah saham yang melonjak turun juga memperkenalkan Tuan Muda pada mereka yang hadir di sana sebagai Presdir yang sah yang akan segera menggantikan Tuan Ferdi."
Laki-laki lain menimpali sambil menatap Razka. Razka menoleh pada Nenek meminta pendapat Nenek. Nenek mengangguk tersenyum.
"Baiklah. Aku akan hadir besok, tapi bagaimana aku akan pergi ke sana?" Tanya Razka dengan raut bingung.
"Anda akan ditemani sekertaris Anda Tuan, dialah yang akan menemani Tuan kemanapun Tuan pergi." Ucap Paman Max menambah kebingungan Razka.
"Sekretaris? Siapa Paman?" Tanya Razka
"Masuklah! Perkenalkan dirimu pada Tuan Muda!"
Paman Max berkata dengan sedikit menaikkan nada suaranya. Seseorang membuka pintu dan melangkah mendekati mereka. Mata Razka membelalak menatap orang yang baru saja memasuki ruangan tersebut. Ia berdiri menghampiri orang itu menatapnya tak percaya.
"Ke mana saja kau selama ini hah? Apa kau bosan berteman denganku? Kau pergi tanpa pamit padaku." Razka memukul lengan orang yang baru saja datang.
"Maafkan saya Tuan Muda. Saya harus mempersiapkan diri saya agar layak mendampingi Tuan Muda kelak."
Razka semakin terkejut mengapa juga sahabatnya kini ikut memanggilnya Tuan Muda.
"Apa yang kau katakan? Kau ini sabahatku Ren. Tak perlu memanggilku Tuan Muda seperti mereka. Kau saudaraku."
Razka tidak terima Rendy sahabat yang telah dianggapnya seperti saudara memanggilnya Tuan Muda. Rendy membungkukkan tubuhnya dan berkata,
"Maafkan saya Tuan Muda. Ini merupakan tugas saya sebagai orang yang akan selalu mendampingi Tuan Muda ke manapun di manapun." Ucap Rendy tegas.
"Hhhaahhhh." Razka menghela nafas frustasi terlalu mengejutkan untuknya semua ini. Ia kembali duduk menjatuhkan tubuhnya di atas kursi membanting punggungnya pada sandaran kursi. Razka memijit pelipisnya ia merasa pusing dengan semua ini.
"Rendy akan mendampingimu dia akan membantumu di sana. Dia akan mengajarimu tentang semuanya. Kau bisa percaya padanya."
Kali ini Neneklah yang angkat bicara. Razka pasrah tak berdaya dengan semua ini. Namun ia akan mengikuti permainan ini sampai akhir demi merebut Emil dari tangan para iblis itu. Ia hanya harus berwibawa dan berkarisma. Dan meyakinkan para pemegang saham dengan penampilannya besok. Rendy berjalan mendekat, ia menggeser satu kursi yang kosong dan duduk di sana. Razka terus memandangi Rendy, tatapannya tetap berfokus pada Rendy yang kini terlihat dingin sekali.
'*A*pa yang terjadi padanya? Kenapa sikapnya sekarang berubah seperti itu? Menyebalkan sekali.'
Razka berucap dalam hati sambil bersedekap dada. Ia lalu membuang pandangannya dari Rendy menundukkan kepala menatap lantai di sana. Memijit-mijit pelipisnya dan menghela nafas.
"Hhhaaahh. Baiklah. Apa yang harus aku lakukan besok untuk menarik para investor itu?" Tanyanya kemudian. Mungkin ini sudah takdirnya.
"Tuan hanya harus bersikap meyakinkan mereka agar tidak menarik kembali saham yang sudah mereka tanam di perusahaan kita. Kami yakin mereka akan berfikir ulang untuk menarik saham mereka begitu melihat kedatangan Tuan." Ucap salah satu laki-laki di sana.
"Rendy akan mengajarimu semuanya, dia selama ini menghilang karna harus mempersiapkan diri untuk membantumu di perusahaan. Percaya padanya seperti Ayahmu percaya pada Max!"
Seru Nenek sambil mengusap lengan Razka. Razka menoleh menatap Nenek dan mengangguk.
"Baiklah. Persiapkan diri kalian menyambut Presdir baru. Dan juga membantunya menjalankan perusahaan. Kita akan bangun kembali perusahaan itu agar lebih maju di tangan Tuan Muda."
Kali ini Paman Max yang berbicara menutup pertemuannya itu, ia lalu berdiri dari duduknya diikuti semua laki-laki di sana kecuali Razka dan Nenek.
"Baik Tuan!"
Tanpa aba-aba setelah mengatakan itu mereka berbalik melangkah keluar dari ruangan itu. Saat ini, hanya ada Paman Max, Rendy, Nenek dan Razka di dalam ruangan itu.
"Kau hutang penjelasan padaku!"
Seru Razka memecah keheningan di dalam ruangan itu, jarinya bergerak menunjuk ke arah Rendy. Rendy menatap Razka dengan tersenyum sebelum berbicara.
"Bukankah sudah jelas ku katakan aku pergi untuk menjadi layak berada disampingmu Tuan Muda!"
Razka berdecak kesal lagi dan lagi.
"Hentikan memanggilku Tuan Muda saat hanya ada kita saja. Aku muak mendengarnya."
Razka memutar bola mata malas. Ia tidak ingin merasa jauh ketika sedang bersama seperti saat ini karena kalimat 'Tuan Muda' itu. Rendy menoleh menatap Paman Max yang menganggukkan kepalanya dan itu tak lepas dari perhatian Razka.
"Ckkk... Apa Paman yang memintanya untuk bersikap seperti itu? Ayolah Paman saat hanya ada kita di sini jangan menggunakan kata itu."
Razka merasa kesal dengan perubahan sikap semua orang di sekitarnya.
"Baiklah Nak! Paman mengerti. Rendy pergi untuk belajar mempersiapkan diri karna ia ingin menjadi orang berguna saat mendampingimu nanti."
Jawab Paman Max sambil tersenyum hangat. Razka hanya menghela nafas lelah.
"Kau... Jangan bersikap seperti ini padaku saat hanya ada kita berdua saja. Kau boleh bersikap seperti ini saat ada orang lain saja. Aku tidak suka kita jauh karna kalimat 'Tuan Muda' itu."
Ujar Razka mengatakan ketidak sukaannya atas sikap Rendy saat ini.
"Hhmmm. Baiklah Tuan Muda. Aku tidak akan melakukannya selain di hadapan orang lain."
Rendy tersenyum mengejek.
"Kau!"
Razka bangkit berdiri hendak mendekati Rendy namun Nenek segera memegang lengannya memintanya untuk duduk kembali.
"Sudahlah... Kalian jangan meributkan hal seperti ini lagi. Lebih baik kau mempersiapkan diri untuk besok Nak!"
Ucap Nenek dengan lembut dan senyuman hangat.
"Hhmm. Baiklah. Paman sepertinya kami harus segera pulang. Ini sudah sangat malam Nenek harus beristirahat."
Razka bangkit diikuti oleh semua orang di sana.
"Baiklah. Rendy akan mengantar Anda berdua."
Kata Paman Max yang disambut decakan lidah dari Razka karna merasa kesal. Ia tak berbicara apapun lagi hanya melangkah berjalan menuju pintu meniggalkan ruangan itu diikuti Nenek, Paman Max juga Rendy.
Pada akhirnya Razka dan Nenek pulang diantar Rendy dengan menggunakan mobil yang sudah disiapkan Pama. Max tentunya. Cukup untuk malam ini. Di dalam mobil Razka mencecar Rendy dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Rendy menghembuskan nafas lelah mendengarnya. Ia sudah menceritakan alasannya pergi tanpa pamit. Dan sekarang ia sudah siap mendampingi Razka mengembangkan perusahaan milik keluarganya lagi.
Segala sesuatu akan menjadi baik saat berada di tangan yang tepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Ardika Zuuly Rahmadani
cakep👍👍
2021-07-21
1
yuanita
jodoh tuan muda aisyah ya thoor 😍😍
2021-02-15
3
Wati Simangunsong
dan untk luna...ku yakin kau akn mngemis cinta pda razka 😁😁😁😁 hahaaa
2021-01-19
1