Emilia

Saat ini mereka tengah duduk berhadapan, Razka masih setia memperhatikan wajah gadis kecilnya itu yang nampak begitu menyedihkan. Tangannya bergerak meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya.

"Ceritalah! Kakak akan mendengarkan. Apa yang membuatmu menangis?"

Razka berbicara sambil tersenyum hangat membuat yang melihatnya akan merasakan damai dalam hatinya, begitu pun dengan Emil melihat senyum dari orang yang sudah dianggapnya sebagai Kakak ia merasa tenang.

Perlahan ia mulai menghela nafas panjang dan menghembuskannya. Namun,

"Emil takut ka."

Ia berbicara dengan terbata-bata, nada suaranya terdengar bergetar. Razka bangkit dan berjalan memutari meja lalu duduk di bangku samping Emil. Ia memeluk bahu gadis itu dan Emil langsung memeluknya, menenggelamkan wajahnya di dada Razka sambil terisak kembali. Dengan perlahan Razka mengusap-usap punggung gadis itu dengan lembut untuk memberi ketenangan pada hatinya.

"Tak apa, ceritalah!" 

Razka melepaskan pelukannya dan meraup wajah Emil dengan kedua tangannya, lalu menghapus sisa air mata yang jatuh di kedua pipinya dengan ibu jari.

"Ada Kakak, Kakak akan mendengarkan."

Perlahan Emil mulai bercerita.

#Emilia

Seorang gadis terlihat berjalan di pinggiran jalan raya depan gedung sekolah, dengan senyum yang tak lepas dari wajah cantiknya dan terus menyapa setiap orang yang dilewatinya. Ia berjalan dengan sesekali berjingkrak riang sambil bersenandung. 

'Semoga dengan ini Ayah dan Ibu akan menyayangiku, dan akan lebih memperhatikan aku nantinya.' 

Ia berceloteh sendiri sambil sesekali tertawa kecil. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusannya di sekolah dan ia mendapatkan nilai tertinggi dari sekian banyak murid di sana.

Ia berharap dengan prestasi yang didapatkannya, ia bisa membuat kedua orang tua dan saudara-saudaranya akan menyayanginya layaknya keluarga. Ia terus berjalan sambil bersenandung riang sampai pada halte di mana ia harus menunggu bis untuk membawanya pulang.

Setelah bis yang ditunggunya datang ia segera naik dan duduk di tempat yang kosong. Ia membayar ongkos bis setelah mengatakan tujuannya. Bis berhenti di sebuah jalan yang menghubungkan dengan perumahan elit tempatnya tinggal.

Emil segera keluar dari sana dan berjalan menyusuri jalanan komplek tempatnya tinggal. Emil tinggal di perumahan elit dan mewah karena keluarganya bukan keluarga biasa. Setelah sampai di depan gerbang bercat hitam itu seorang penjaga gerbang membukakan gerbang sambil menyapanya,

"Selamat siang, Pak! Apa Mamah ada di rumah, Pak?" tanya Emil pada penjaga gerbang di sana.

"Ada Non, tapi sepertinya Nyonya sedang menerima tamu." Penjaga itu menjawab dengan sopan.

"Oh. Baiklah, Pak, saya permisi masuk." Penjaga gerbang itu hanya mengangguk sopan.

Saat melewati gerbang Emil akan langsung disuguhkan pemandangan rumah yang layak disebut sebagai Istana besar dan megah. Dari gerbang terdapat dua jalan yang mengarah ke halaman depan rumah, di tengah jalan itu terdapat sebuah kolam kecil dan beberapa tumbuhan yang ditata rapi oleh tukang kebun.

Langkahnya terhenti di depan pintu besar rumah itu, tangannya ia urungkan mengetuk ketika samar ia mendengar percakapan orang orang di dalam sana.

"Bagaimana Nyonya? Apakah anak gadis Anda bersedia saya nikahi?" Terdengar suara seorang laki-laki, dari suaranya sepertinya orang itu sudah separuh baya.

"Saya bagaimana anaknya, Tuan, karena saat ini dia sedang tidak di rumah. Jadi-"

Belum sempat wanita yang disebut Nyonya itu menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar, memperlihatkan seorang gadis yang menyeret gadis lainnya ke hadapan dua orang yang sedang berbicara itu. Gadis itu membanting gadis yang diseretnya hingga terhuyung dan tersungkur di kaki sofa.

"Dia menguping, Mah! Gadis yang tak punya sopan santun, menguping pembicaraan orang tua."

Emil meringis merasakan sakit pada bagian sikut tangannya. Ia yang sedang berdiri di depan pintu begitu kaget saat ada seseorang yang menariknya dengan kasar. Orang itu adalah Sesil saudari Emil yang kerap sekali memperlakukan Emil dengan kasar. Bahkan ia tak segan menampar Emil saat ia merasa tidak suka dengan hasil pekerjaan Emil.

"Benarkah?" Wanita itu bertanya sambil mengangkat alisnya. Emil menggeleng kuat.

"Tidak, Mah! Emil tidak ada maksud untuk menguping, Emil hanya-" Belum sempat ia meneruskan ucapannya Sesil langsung memotongnya.

"Katakan saja jika kau memang senang menguping pembicaraan orang lain! Tidak usah mengelak!" Ia berkacak pinggang sambil tersenyum miring. Emil hanya menangis.

"Jadi bagaimana Nyonya?" Terdengar suara laki-laki itu berbicara, mereka seakan lupa bahwa ada seorang tamu di sana.

"Maafkan saya, Tuan. Gara-gara gadis ini pembicaraan kita tertunda. Jadi, tetap dilanjutkan atau bagaimana? Anaknya sudah datang." Wanita itu memandang Sesil dan Emil bergantian. Sesil tersenyum manis sekali karena saat ini dia sedang berhadapan dengan seorang konglomerat, orang terkaya di kota itu. Ia tak peduli akan status pria itu yang ia pedulikan adalah kehidupan mewah bersama pria paruh baya tersebut.

"Kita akan tetap melanjutkan pernikahannya Minggu depan." Pria itu berbicara tegas. Emil hanya menatapnya dengan tidak suka, pria itu bukan pria baik.

"Siapa yang akan menikah dan dengan siapa, Mah?" Akhirnya Emil memberanikan diri bertanya pada Mamahnya.

"Tentu saja aku bodoh! Kau pikir kau yang akan menikah dengan Mas Rudi hah? Jangan mimpi!" 

Emil mantap Sesil dengan tidak percaya sampai mulutnya menganga dan ia menggeleng cepat.

"Tidak, Kak! Kakak tidak boleh menikah dengannya, dia bukan orang baik Kak! Percaya padaku. Kakak jangan menikah dengannya!" 

Sesil yang tidak terima atas perkataan Emil menjadi murka, wajahnya memerah menahan marah.

"Lalu jika aku tidak boleh menikah dengannya, apa kau yang akan menikah dengannya? Itu tidak akan terjadi!"

Ia menunjuk Emil dengan murka.

'Aku tidak akan melepaskan orang kaya seperti Mas Rudi hmmm. Aku ingin kehidupan mewah biarlah aku menjadi istri keduanya.' 

Sesil berbicara dalam hati sambil tersenyum menatap Rudi. Rudi membalasnya dengan tersenyum juga.

"Tidak, Kak! Kakak tidak-" Belum sempat Emil menyelesaikan ucapannya Mamahnya langsung memotong pembicaraannya,

"Emil, Kakakmu sudah menentukan pilihannya, Mamah tidak keberatan sama sekali." 

Mirna berbicara dengan tegas lalu ia menatap Rudi dan tersenyum.

'Aku tidak akan melepaskan mangsa kaya seperti ini. Ia telah menjanjikan aku uang bulanan yang amat besar mana mungkin aku melepaskannya'

Emil menggeleng kuat, namun ia tak berdaya melawan keduanya.

Pria itu bangkit dan pergi dari rumah diantar oleh Sesil. Emil yang saat ini tengah menangis karena harapan bahagia yang ia bayangkan di perjalanan pulang tadi, pupus begitu saja. Sesil datang setelah mengantar Rudi pulang ia langsung menarik rambut Emil dengan kuat, memaksa Emil mendongakkan kepalanya. Ia meringis merasakan perih pada kepalanya.

"Apa maksudmu hah? Kau ingin mempermalukan aku dengan kelakuanmu yang menyebalkan ini? Kau iri padaku karena aku bisa mendapatkan pria kaya seperti Mas Rudi kan? Atau kau ingin merebutnya dariku karena kau juga ingin hidup mewah? Katakan! Katakan apa tujuanmu melarang ku menikah dengannya!"

Emil memejamkan mata menahan sakit, air matanya tak dapat ia bendung, jatuh begitu saja.

"Di-dia. Dia bukan pria baik, Kak, dia sudah beristri dan sudah memiliki anak. Kakak akan menjadi istri yang... Ah"  

Ia tidak sempat melanjutkan kata-katanya ketika tarikan pada rambutnya menguat.

"Aku tidak peduli, yang aku peduli adalah hidup mewah." Sesil melepaskan tarikan dengan kuat membuat Emil tersungkur kembali ke bawah.

"Hei! Gadis pembawa sial. Kau benar-benar Anak yang membawa sial ya. Hampir saja kau membuat kami melepaskan uang kami. Kau tahu! Ayo tinggalkan dia." 

Mirna menunjuk kepala Emil dengan kuat membuat kepala Emil menoleh dengan kuat dan berlalu pergi meninggalkan Emil yang menangis pilu.

'Kenapa Mamah begitu membenciku? Apa Mamah tidak mempunyai rasa sayang untukku bahkan hanya sedikit? Sepertinya memang tidak ada yang menyayangiku di rumah ini, Papah pun sama, dia tidak pernah membelaku saat aku diperlakukan kasar oleh mereka.'

Emil menangis pilu masih di tempatnya terjatuh tadi. Menangisi nasibnya yang tak pernah mendapatkan kasih sayang keluarga dan orang-orang terdekatnya.

#Emilia...

Razka hanya terdiam mendengarkan cerita Emil, ia merasakan perih dalam hatinya melihat seseorang yang sudah dianggapnya sebagai Adik sendiri menangis pilu dihadapannya. Ia kemudian memeluk Emil yang dibalas dengan erat oleh Emil, mengusap-usap kepalanya dengan sayang.

'Kasian sekali hidupmu. Andaikan aku bisa membawamu, akan aku ambil kau dari orang tua jahatmu. Tapi Kakak tidak bisa memisahkanmu dengan orang tuamu.'

Razka hanya berbicara dalam hati sambil terus mengusap kepala Emil dan sesekali mencium pucuk kepalanya.

Emil melepaskan pelukannya menatap mata Razka dengan matanya yang sembab akibat menangis, tangan Razka terangkat meraup kembali wajah Emil dengan kedua tangannya dan menghapus air mata gadis itu dengan ibu jarinya. Sakit sekali hatinya melihat gadis kecilnya menangis.

"Kakak, Emil ingin pergi dari rumah itu, tidak ada kasih sayang untuk Emil di sana, Kak. Emil ingin tinggal bersama Kakak saja. Emil janji tidak akan membuat Kakak repot."

Terdengar bergetar dan pilu di telinga Razka, ia kembali memeluk Emil kali ini Razka lah yang meneteskan air mata. 

"Bukan begitu sayang, bukan Kakak tidak ingin Emil repotkan. Kakak sama sekali tidak keberatan Emil tinggal bersama Kakak. Tapi bersabarlah dulu, sampai Kakak mampu membawa Emil pergi dari rumah itu. Kakak janji, Kakak akan membawa Emil setelah Kakak layak mengurus Emil. Kau jangan menangis lagi, hati Kakak sakit melihatmu menangis." Razka melepaskan pelukannya dan mengusap-usap kedua bahu Emil. Emil mengangguk ia percaya pada Razka. 

"Kakak antar pulang, ini sudah sangat malam." 

Emil mengikuti langkah Razka menuju motornya ia lalu naik dan pergi untuk mengantar Emil pulang sampai ke depan gerbang rumahnya.

"Kakak pulang, begitu sampai Emil langsung tidur ya, istirahat jangan menangis lagi." Razka mengusap kepala Emil sayang sebelum Emil melangkah memasuki rumah mewah itu. Tapi setiap ia mengantar Emil ke rumahnya ada yang mengganggu pikirannya, sepertinya ia tidak merasa asing dengan rumah itu. Rumah itu yang selalu datang dalam mimpinya. Namun ia tak mengingat apapun tentang itu semua. Ia menghela nafas lalu pergi dari sana.

Terpopuler

Comments

Kinan Rosa

Kinan Rosa

mungkin kah Emil saudara nya Razka

2022-12-12

0

Herlina Salsabila

Herlina Salsabila

lanjut

2021-07-23

1

Ardika Zuuly Rahmadani

Ardika Zuuly Rahmadani

cerita yang menarik,

2021-07-19

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Pagi Hari
3 Kampus
4 Seperti Biasa
5 Emilia
6 Dua Tahun Lalu
7 Emilia II
8 Luna
9 Kelulusan
10 Awal Baru
11 Paman Toni
12 Kenyataan
13 Mulai Berbicara
14 20 Tahun Silam
15 Tragedi 20 Tahun Silam
16 20 Tahun Silam Kedatangan Seseorang
17 20 Tahun Silam Ketamakan
18 20 Tahun Silam Niat Terselubung
19 Sebuah Kebenaran
20 Pertemuan
21 Paman Max
22 Paman Max Pencarian
23 Paman Max Menemukan
24 Paman Max Kembali
25 Paman Max Kejadian Tak Terduga
26 Kedatangan Razka
27 Hilang
28 Mencari Emil
29 Menemukan
30 Haru
31 Bertemu Nenek
32 Emil Dan Paman Max
33 Rumah Baru
34 Mengunjungi Ayah Dan Ibu
35 Rindu
36 Drama
37 Rencana
38 Rencana Berjalan
39 Pembalasan
40 Dibuang
41 Alasan
42 Berita
43 Konferensi Pers
44 Kejutan Kecil
45 Anak Adalah Cerminan Orang Tua
46 Pertemuan
47 Siapa?
48 Sebuah Teka-Teki
49 Siapa Mereka???
50 Tamu Tak Diundang
51 Mulai Pendekatan
52 Penolakan
53 Usaha Razka
54 Siapa Atmaja?
55 Diterima
56 Janji Ayah
57 Menunaikan Janji Ayah
58 Hari Bahagia Mia
59 Kejutan Untuk Hendi
60 Sony Atmaja
61 Peristiwa Berdarah
62 Mengembalikan Pada Pemiliknya
63 Asisten Pribadi Hendi
64 Melamar Aisyah
65 Kehilangan
66 Mencari Jejak Aisyah
67 Sebuah Undangan
68 Memenuhi Undangan
69 Niat Terselubung Nyonya Quin
70 Terpesona
71 Melebihi Manisnya Madu
72 Keharuan
73 Hari Yang Dinanti
74 Janji Dihadapan Tuhan
75 Mendekatkan Diri
76 Permintaan Kecil Aisyah
77 Malam Perpisahan
78 Kedatangan Subroto
79 Sisi Lain Aisyah
80 Luna Lagi
81 Rasa Cemas Dan Amarah
82 Siap Menjadi Makmum
83 Segala Rasa
84 Malam Mendebarkan
85 Malam Mendebarkan II
86 Mencoba Menerima
87 Dua Gadis Misterius
88 Mengungkap Misteri
89 Tabir Masa Lalu
90 Tabir Masa Lalu II
91 Tabir Masa Lalu III
92 Tabir Masa Lalu IV
93 Tabir Masa Lalu V
94 Kasih Sayang
95 Kemesraan
96 Keluarga Harmonis
97 Mengunjungi Restauran
98 Rencana Kunjungan
99 Awal Pertemuan Aisyah dan Razka
100 Pembalasan Kedua
101 Panik
102 Kencan
103 Aisyah
104 Aisyah II
105 Aisyah III
106 Honeymoon
107 Cerita
108 Waktu Berdua
109 Sebuah Kisah Lama
110 Visual Tokoh Dalam Cerita
111 Kisah Kelam Masa Lalu
112 Sekolah
113 Bullying
114 Orang Misterius
115 Acara Sekolah
116 Sesuatu Terjadi
117 Terjadi Lagi
118 Menjemput Aisyah
119 Keadaan Aisyah
120 Siapa Lagi?
121 Dia Lagi?
122 Deri
123 Ketakutan Aisyah
124 Kekeluargaan
125 Bulan Madu Lagi
126 Kakek Juna
127 Perasaan Aneh
128 Pertemuan II
129 Pertemuan III
130 Pertemuan IV
131 Pertemuan V
132 Benang Tipis
133 Merelakan Dan Menerima
134 Malam Hangat
135 Ngidam
136 Ketakutan
137 Kejutan
138 Ayah
139 Orang Asing
140 Orang Asing II
141 Bertemu Ibu
142 Keputusan
143 Keputusan Emilia
144 Masa Lalu Rendy Dan Sasha
145 Luka Lama
146 Luka Lama II
147 Mencoba Menerima
148 Semua Demi...
149 Semua Demi... II
150 Dia Alasanku...
151 Dia Alasanku... II
152 Dia Alasanku... III
153 Kemelut Hati Rendy
154 Pilihan
155 Berkumpul Kembali
156 Kasih Sayang Tak Terbatas
157 Pengampunan
158 Pengampunan II
159 Hendi, Deri, Mirna
160 Bertemu Mirna
161 Bertemu Mirna II
162 Bertemu Mirna III
163 Keputusan Hendi
164 Kembalinya Mirna
165 Hari Yang Melelahkan
166 Kejutan Rendy
167 Kepergian Razka
168 Dilema Aisyah
169 Hantaman
170 Memahami Keadaan
171 Titik Temu
172 Titik Temu II
173 Jalan Buntu
174 Kemalangan
175 Gugur
176 Tahun kesedihan
177 Kejadian Malam Itu
178 Melarikan Diri
179 Pesan Beracun
180 Kedatangan Aisyah
181 Pembalasan Aisyah
182 Panik
183 Pulang
184 Rencana
185 Wanita Hebat
186 Kunjungan
187 Malam Akhir Pekan
188 Orang Dari Masa Lalu
189 Tidak Jadi
190 Bodoh
191 Perjuangan Seorang Wanita
192 Little Ayra
193 Fachru
194 Fachru II
195 Kecemasan
196 Rapat
197 Keanehan
198 Rencana Pernikahan Emil
199 Perasaan
200 Tak Perlu Risau
201 Pemeriksaan
202 Pemeriksaan Lanjutan
203 Permintaan Lagi
204 Penyatuan Keluarga
205 Pernikahan Emilia
206 Keikhlasan
207 Takdir Yang Harus Diterima The End
208 Pengumuman
209 Side Story' (Razka)
210 Side Story' (Razka)
211 Awal Kehidupan Baru
212 Bekerja
213 Persaudaraan Razka
214 Teman Baru
215 Kedekatan
216 Rencana Perjodohan
217 Siapa Yang Kau Pilih?
218 Takdir Yang Tak Terduga (END)
Episodes

Updated 218 Episodes

1
Perkenalan
2
Pagi Hari
3
Kampus
4
Seperti Biasa
5
Emilia
6
Dua Tahun Lalu
7
Emilia II
8
Luna
9
Kelulusan
10
Awal Baru
11
Paman Toni
12
Kenyataan
13
Mulai Berbicara
14
20 Tahun Silam
15
Tragedi 20 Tahun Silam
16
20 Tahun Silam Kedatangan Seseorang
17
20 Tahun Silam Ketamakan
18
20 Tahun Silam Niat Terselubung
19
Sebuah Kebenaran
20
Pertemuan
21
Paman Max
22
Paman Max Pencarian
23
Paman Max Menemukan
24
Paman Max Kembali
25
Paman Max Kejadian Tak Terduga
26
Kedatangan Razka
27
Hilang
28
Mencari Emil
29
Menemukan
30
Haru
31
Bertemu Nenek
32
Emil Dan Paman Max
33
Rumah Baru
34
Mengunjungi Ayah Dan Ibu
35
Rindu
36
Drama
37
Rencana
38
Rencana Berjalan
39
Pembalasan
40
Dibuang
41
Alasan
42
Berita
43
Konferensi Pers
44
Kejutan Kecil
45
Anak Adalah Cerminan Orang Tua
46
Pertemuan
47
Siapa?
48
Sebuah Teka-Teki
49
Siapa Mereka???
50
Tamu Tak Diundang
51
Mulai Pendekatan
52
Penolakan
53
Usaha Razka
54
Siapa Atmaja?
55
Diterima
56
Janji Ayah
57
Menunaikan Janji Ayah
58
Hari Bahagia Mia
59
Kejutan Untuk Hendi
60
Sony Atmaja
61
Peristiwa Berdarah
62
Mengembalikan Pada Pemiliknya
63
Asisten Pribadi Hendi
64
Melamar Aisyah
65
Kehilangan
66
Mencari Jejak Aisyah
67
Sebuah Undangan
68
Memenuhi Undangan
69
Niat Terselubung Nyonya Quin
70
Terpesona
71
Melebihi Manisnya Madu
72
Keharuan
73
Hari Yang Dinanti
74
Janji Dihadapan Tuhan
75
Mendekatkan Diri
76
Permintaan Kecil Aisyah
77
Malam Perpisahan
78
Kedatangan Subroto
79
Sisi Lain Aisyah
80
Luna Lagi
81
Rasa Cemas Dan Amarah
82
Siap Menjadi Makmum
83
Segala Rasa
84
Malam Mendebarkan
85
Malam Mendebarkan II
86
Mencoba Menerima
87
Dua Gadis Misterius
88
Mengungkap Misteri
89
Tabir Masa Lalu
90
Tabir Masa Lalu II
91
Tabir Masa Lalu III
92
Tabir Masa Lalu IV
93
Tabir Masa Lalu V
94
Kasih Sayang
95
Kemesraan
96
Keluarga Harmonis
97
Mengunjungi Restauran
98
Rencana Kunjungan
99
Awal Pertemuan Aisyah dan Razka
100
Pembalasan Kedua
101
Panik
102
Kencan
103
Aisyah
104
Aisyah II
105
Aisyah III
106
Honeymoon
107
Cerita
108
Waktu Berdua
109
Sebuah Kisah Lama
110
Visual Tokoh Dalam Cerita
111
Kisah Kelam Masa Lalu
112
Sekolah
113
Bullying
114
Orang Misterius
115
Acara Sekolah
116
Sesuatu Terjadi
117
Terjadi Lagi
118
Menjemput Aisyah
119
Keadaan Aisyah
120
Siapa Lagi?
121
Dia Lagi?
122
Deri
123
Ketakutan Aisyah
124
Kekeluargaan
125
Bulan Madu Lagi
126
Kakek Juna
127
Perasaan Aneh
128
Pertemuan II
129
Pertemuan III
130
Pertemuan IV
131
Pertemuan V
132
Benang Tipis
133
Merelakan Dan Menerima
134
Malam Hangat
135
Ngidam
136
Ketakutan
137
Kejutan
138
Ayah
139
Orang Asing
140
Orang Asing II
141
Bertemu Ibu
142
Keputusan
143
Keputusan Emilia
144
Masa Lalu Rendy Dan Sasha
145
Luka Lama
146
Luka Lama II
147
Mencoba Menerima
148
Semua Demi...
149
Semua Demi... II
150
Dia Alasanku...
151
Dia Alasanku... II
152
Dia Alasanku... III
153
Kemelut Hati Rendy
154
Pilihan
155
Berkumpul Kembali
156
Kasih Sayang Tak Terbatas
157
Pengampunan
158
Pengampunan II
159
Hendi, Deri, Mirna
160
Bertemu Mirna
161
Bertemu Mirna II
162
Bertemu Mirna III
163
Keputusan Hendi
164
Kembalinya Mirna
165
Hari Yang Melelahkan
166
Kejutan Rendy
167
Kepergian Razka
168
Dilema Aisyah
169
Hantaman
170
Memahami Keadaan
171
Titik Temu
172
Titik Temu II
173
Jalan Buntu
174
Kemalangan
175
Gugur
176
Tahun kesedihan
177
Kejadian Malam Itu
178
Melarikan Diri
179
Pesan Beracun
180
Kedatangan Aisyah
181
Pembalasan Aisyah
182
Panik
183
Pulang
184
Rencana
185
Wanita Hebat
186
Kunjungan
187
Malam Akhir Pekan
188
Orang Dari Masa Lalu
189
Tidak Jadi
190
Bodoh
191
Perjuangan Seorang Wanita
192
Little Ayra
193
Fachru
194
Fachru II
195
Kecemasan
196
Rapat
197
Keanehan
198
Rencana Pernikahan Emil
199
Perasaan
200
Tak Perlu Risau
201
Pemeriksaan
202
Pemeriksaan Lanjutan
203
Permintaan Lagi
204
Penyatuan Keluarga
205
Pernikahan Emilia
206
Keikhlasan
207
Takdir Yang Harus Diterima The End
208
Pengumuman
209
Side Story' (Razka)
210
Side Story' (Razka)
211
Awal Kehidupan Baru
212
Bekerja
213
Persaudaraan Razka
214
Teman Baru
215
Kedekatan
216
Rencana Perjodohan
217
Siapa Yang Kau Pilih?
218
Takdir Yang Tak Terduga (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!