Tragedi 20 Tahun Silam

Duarrrrr.... 

Suara petir menyambar saling bersahutan memekakkan telinga, gemuruh angin yang bertiup menerbangkan apa saja yang dilewatinya. Air jatuh dari langit begitu deras. Di sebuah rumah besar di kawasan elit itu seorang bocah tengah meringkuk ketakutan di pelukan sang Nenek. Ia terus saja memanggil Ayah dan Ibunya. Entah apa yang terjadi pada mereka sehingga bocah laki-laki itu terus-menerus memanggil keduanya. Nenek pun tak kalah risaunya, wajahnya tampak sekali mengkhawatirkan suatu hal. Sesekali ia menggeleng menepis sesuatu yang buruk yang tiba-tiba melintas dalam pikirannya. Ia terus mengelus lembut punggung bocah itu, menenangkan bocah itu yang entah kenapa tidak berhenti menangis menyebut kedua orang tuanya... Nenek teringat saat siang tadi.

#Siang hari

Razka bergelayut manja di pangkuan sang Ibu, ia seolah menahan kedua orang tuanya untuk pergi meninggalkan rumah. Dika terus saja menatapi arloji di pergelangan tangannya dengan gusar sambil sesekali mengusap rambutnya ke belakang. Ia harus mengejar waktu namun anaknya, sepertinya tidak mengizinkannya untuk pergi saat ini. Ini tidak seperti biasanya, Razka akan dengan mudah membiarkan mereka pergi untuk urusan bisnis mereka, tapi kali ini tidak mudah membujuknya. Anita mengelus kepala Razka sayang, masih setia membujuk bocah itu agar segera mengizinkannya untuk pergi.

"Sayang. Ibu dan Ayah hanya sebentar... Kali ini hanya dua hari saja, setelah itu Ayah dan Ibu akan segera pulang sayang."

Tutur Anita sambil terus membelai kepala Razka.

"Ayah dan Ibu tidak boleh pergi kemana-mana, Ayah dan Ibu harus tetap di rumah hari ini. Razka tidak mau Ayah dan Ibu pergi. Ayo main saja di rumah bersama Razka Ayah. Ibu."

Rengek Razka masih menangis ala bocah Balita. Dika menggeram marah, ia hendak meraih Razka dari pangkuan istrinya namun Anita melarangnya dengan kedipan mata seolah mengatakan,

'Tunggulah aku pasti berhasil membujuknya.'

Akhirnya Dika hanya menunggu sesaat lagi, ia melihat Anita menganggukkan kepala melirik Dika seolah memintanya untuk membujuknya juga. Akhirnya Dika berjongkok di kaki istrinya mengusap punggung anaknya itu.

"Sayang. Jagoan Ayah. Bukankah anak Ayah pintar hmmm? Ayah dan Ibu pergi hanya sebentar, setelah itu kita akan pergi berjalan jalan ke Taman Satwa. Bagaimana? Apa jagoan ini bersedia berjalan-jalan ke Taman Satwa?" 

Bujuk Dika ia faham anaknya suka sekali jika diajak ke Taman Satwa.

"Mmm... Ayah dan Ibu harus berjanji untuk kembali, Razka tidak mau Ayah dan Ibu pergi meninggalkan Razka sendiri bersama adik."

Razka membenamkan kepalanya di leher Ibunya, ada ketakutan di sana. Terdengar dari suaranya yang bergetar.

"Hei... Ayah dan Ibu hanya sebentar sayang, tidak akan selamanya pergi. Setelah ini kita akan bermain bersama lagi."

Razka mengangkat kepalanya menatap sang Ibu yang tersenyum lembut kepadanya memberikan keyakinan pada sang Putra. Lalu Razka menoleh pada Ayahnya yang juga tersenyum dan menganggukkan kepala. Anita mengangkat Razka membawanya ke depan menuju pintu utama rumah. Di sana supirnya telah setia menunggu. Nenek berjalan di belakang mereka, Anita menyerahkan Razka pada sang Nenek yang disambut oleh Nenek dan menggendongnya.

"Apa sebaiknya kalian tunda dulu perjalanan kalian kali ini, Ibu sedikit merasakan khawatir. Lihat Razka betapa ia tak ingin kalian pergi."

Nenek berkata hati-hati kepada kedua orang tua Razka. Dika menghampiri Ibunya dan memegang lembut tangan sang Ibu.

"Bu, kami harus benar-benar pergi, masalah ini tidak dapat kami tunda Bu. Jika ini ditunda terlalu lama kami khawatir perusahaan akan semakin turun. Kami hanya dua hari pergi, kami akan segera menyelesaikannya secepat mungkin. Ibu tidak perlu khawatir hanya doakan saja kami berdua."

Ucap Dika lembut memberi pengertian pada Ibunya. 

"Hhaaahhh" 

Nenek mendesah dan membiarkan keduanya untuk pergi.

"Baiklah... Berhati-hatilah, dan kabari kami saat kalian telah sampai."

Terdengar khawatir dari nada bicara Nenek.

"Baik Ibu. Begitu sampai kami akan segera mengabari Ibu."

Akhirnya mereka berdua pergi setelah memberikan ciuman hangat pada Razka dan Nenek. Razka menatap kepergian orang tuanya dengan sisa air matanya.

"Nenek, apa Ayah dan Ibu akan kembali?"

Tanya nya tiba-tiba yang membuat Nenek mengerutkan dahinya.

"Tentu saja sayang mereka akan kembali."

#Kembali pada saat malam hari

Razka masih saja meringkuk dengan sesenggukan, ia belum berhenti menangis dan terus menyebut nama orang tuanya. Nenek sama khawatirnya karna sedari siang ia belum mendapatkan kabar dari keduanya. Handphone keduanya pun tak bisa dihubungi menambah kekhawatiran sang Nenek. Tak lama Razka berhenti menangis terdengar dengkuran teratur pertanda ia sudah tidur pulas. Mungkin karena lelah menangis. Tak berselang lama Bi Sum masuk sambil menggendong bayi perempuan yang terus saja menangis tak bisa ditenangkan. 

"Nyonya, bagaimana ini. Nona Muda ini tidak berhenti menangis sejak tadi. Dia tidak mau menyusu Nyonya."

Ucap Bi Sum begitu khawatir.

"Kemari, berikan padaku mungkin ia juga sama sedang mengkhawatirkan ke dua orang tuanya." 

Ucap Nenek meraih bayi perempuan itu.

"Apa masih belum ada kabar Nyonya dari Tuan Besar?" Tanya Bi Sum khawatir.

"Belum Sum, aku juga khawatir kenapa sampai saat ini mereka belum juga mengabariku."

Nenek menepuk-nepuk bayi dalam gendongannya menenangkannya agar berhenti menangis.

"Sayang. Cup cup cup. Jangan menangis ya. Emil harus tenang sayang. Tidurlah, sebentar lagi Ayah dan Ibu akan segera pulang."

Nenek masih setia menepuk-nepuk bayi Emil dengan lembut. Akhirnya bayi Emil itu berhenti menangis dan tertidur dalam gendongan sang Nenek. Nenek membaringkan Emil di samping Razka tertidur, mereka akan tidur di kamar Nenek malam ini.

"Sebaiknya saya bawa Non Emil Nyonya ke kamarnya."

Kata bi Sum karena tak enak hati membiarkan Nyonyanya mengasuh bayi Emil.

"Sudahlah. Malam ini biar mereka tidur dengan saya disini. Istirahatlah Sum." Ucap Nenek.

"Baiklah Nyonya saya kembali ke kamar saya."

Tak lama terdengar dering telpon berbunyi dari arah ruang keluarga. Bi Sum segera menghampirinya dan mengangkatnya.

"Hallo, selamat malam apa benar ini Kediaman Pratama?"

Terdengar suara laki-laki di sebrang sana.

"Iya betul tapi saya bukan pemilik rumah, sebentar saya panggilkan Nyonya saya." 

Bi Sum segera pergi menuju kamar Nenek.

"Nyonya, ada telephon yang menanyakan Kediaman Pratama." Ucap bi Sum dengan segera. 

Deggggg...

Entah kenapa tiba-tiba jantung sang Nenek berdetak kencang. Perasaan khawatir yang sedari tadi ditekannya kini membuncah. Segera Nenek menerima telpon itu dan berbicara.

"Ha-allo... Saya Nyonya Pratama di sini, dengan siapa saya berbicara?"

Nenek berkata terbata dengan si penelpon. 

"Kami dari kepolisian, ingin mengabarkan bahwa mobil yang dikendarai oleh saudara Dika mengalami kecelakaan di jalan A di kota B. Mohon kepada keluarga untuk segera mendatangi rumah sakit C di kota ini. Terimakasih." 

Bagai disambar petir kabar yang diterimanya itu memporak porandakan hati Nenek. Nenek menutup mulutnya menangis tak percaya dengan kabar yang ia terima malam itu. Nenek menggeleng menolak kabar yang diterimanya.

"Tidak! Tidak mungkin. Hiks. Hiks. Dika, Anita."

Inilah jawaban dari kegelisahan hati Nenek malam ini. Kabar ini begitu memukul hatinya. Bagaimana caranya memberi tahu bocah itu bahwa orang tuanya mengalami kecelakaan. Tidak. Nenek akan membiarkan Razka tetap di rumah sementara Nenek pergi ke rumah sakit.

"Bi Sum, minta pak Dirman menyiapkan mobil saya akan pergi ke kota B. Dika mengalami kecelakaan."

Kata sang Nenek lalu menangis memeluk bi Sum. Ia menumpahkan kesedihannya di sana.

"Yang sabar Nyonya, semoga Tuan Besar dan Nyonya tidak apa-apa."

Ucap bi Sum menenangkan, Nenek mengangguk.

"Kau benar, ini baru kabar. Semoga mereka baik baik saja. Aku harus segera pergi."

Nenek melepaskan pelukannya dan berlari menuju kamarnya. Mengambil mantel dan tas lalu pergi setelah mencium kedua Cucunya.

"Saya pergi dulu, tolong jaga kedua Cucuku."

Bi Sum mengangguk mengantar kepergian Nenek hingga mobilnya menghilang di balik gerbang menembus jalanan.

"Kita kemana Nyonya?"  

Kata pak Dirman setelah mereka keluar dari rumah utama.

"Kita ke kota B ke rumah sakit C segera Pak!" 

nenek dengan tergesa. Ia ingin segera sampai di sana, memastikan anak dan menantunya baik-baik saja baru ia akan merasa tenang.

"Butuh berapa jam perjalanan kesana Pak?"

Tanya sang Nenek tak sabar, pasalnya ini sudah hampir dua jam tapi mereka belum juga sampai.

"Tiga jam Nyonya, perjalan dari rumah ke kota B membutuhkan waktu tiga jam lamanya Nyonya." Jelas Pak Dirman

"Lama sekali. Apa tidak bisa segera sampai?" 

Nenek tidak bisa bersabar untuk kali ini.

"Akan saya usahakan Nyonya."

Jawab Pak Dirman. Mobil mereka melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, namun masih dapat terkontrol oleh Dirman. Jalanan cukup sepi mengingat malam ini tengah turun hujan deras di kota ini. Sesekali petir menyambar menambah kekhawatiran sang Nenek.

Satu jam kemudian mereka sampai di kota B dan segera melaju menuju ke rumah sakit C. Sesampainya di sana Nenek segera menghampiri seorang Suster menanyakan keberadaan orang yang kecelakaan tadi sore.

"Sus, korban kecelakaan di jalan A di mana saat ini?" Tanya Nenek segera setelah sampai.

"Ooohhh mereka di ruang tindakan Nyonya di sebelah sana. Mari saya antar."

Kata Suster itu sopan, ia mengantar Nenek ke ruang tindakan di mana anak dan menantunya itu ditangani dokter.

"Silahkan menunggu Nyonya."

Nenek mengangguk lalu duduk di kursi tunggu. Seorang Polisi datang menghampiri Nenek.

"Selamat malam, Nyonya Pratama?" Sapa Polisi tersebut.

"Semalam malam Pak."

"Kami telah menyelidiki tempat kejadian Nyonya, dan kami menemukan bahwa kejadian ini memang karena ulah seseorang Nyonya. Kami menemukan kejanggalan pada kasusnya. Supir yang mengendarai Truk itu tidak ada di tempat, yang artinya setelah melajukan mobilnya ia melompat keluar dari dalam Truk. Sehingga kami hanya menemukan tiga orang saja. Sepertinya seorang Supir dan saudara Dika dan Anita di bagian belakang mobil."

Jelas Polisi itu, pihak kepolisian dengan cepat menyelidiki kasus kecelakaan yang melibatkan tiga orang di dalamnya. Tidak, seharusnya ada empat dengan Supir Truk itu.

"Baik terimakasih Pak, tolong selidiki lebih lanjut Pak dan temukan Supir Truk yang membawa Truk tersebut Pak."

Ucap Nenek, ia tidak menyangka ada orang yang sengaja ingin mencelakai anak dan menantunya. Tak lama seorang Dokter keluar dari ruang tindakan menghampiri Nenek

"Nyonya Pratama, saudara Dika ingin berbicara dengan Anda Nyonya."

Kata dokter itu begitu sampai di dekat mereka.

"Bagaimana keadaannya Dok, dan bagaimana menantu saya?"

Tanya Nenek, ia tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya itu.

"Anda dapat melihatnya sendiri di dalam." 

Kata Dokter mengarahkan tangannya ke ruangan di mana ia tadi keluar. Nenek bergegas masuk ke dalam ruangan tersebut. Terdengar bunyi alat medis di sana, Nenek mengedarkan pandangan dan menemukan tiga orang yang sedang berbaring dua di antaranya telah ditutupi kain putih artinya mereka tidak selamat. Nenek tak dapat menahan air matanya ia segera menghampiri Dika yang tengah melihat ke arah orang yang ditutupi kain itu. Nenek menggenggam tangan Dika lembut.

"Sayang. Ibu disini Nak, kau harus kuat. Anak-anakmu membutuhkan dirimu sayang. Hiks. Hiks."

Nenek menangis tersedu di samping Dika. Perlahan Dika menoleh dan berucap lirih pelan sekali.

"Anita telah pergi Bu, dan mungkin aku juga akan menyusulnya. Kami titip Razka juga Emil. Jaga mereka berdua Bu, ada seseorang yang berniat mencelakai keluargaku Bu. Ja... Ga... A... Nak... Ku... Hhhhkkk..." 

Dika tersendat lalu,

"Tidaaaaaakkkk. Dika sayang jangan tinggalkan Ibu Nak! Dokter. Dokter. Tolong anak saya dokter."

Nenek berteriak dari dalam ruangan Dokter segera datang menghampiri Nenek.

"Permisi, biar saya periksa sebentar."

Dokter memeriksa denyut nadi Dika dengan menempelkan jarinya pada hidung Dika lalu menggeleng. Nenek histeris. Ia kehilangan dua sosok insan yang begitu menyayanginya. Dengan segera tubuh Dika ditutupi kain putih. Jasadnya kini terbujur kaku bersama sang istri.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Nenek menitikan air mata saat menceritakan ulang kejadian itu pada Razka begitupun Razka ia tak dapat menahan air matanya yang lolos dari pertahanannya...

Terpopuler

Comments

Thomy Yazid

Thomy Yazid

tuh kaaaaannnn..ternyata emang bener

2021-11-24

3

Kafiedya Yusuf

Kafiedya Yusuf

ikut nangis .. nyesek ...,😭😭

2021-11-22

2

Ardika Zuuly Rahmadani

Ardika Zuuly Rahmadani

nah bener kan emil adeknya razka, tpi ibunya bapaknya meninggal, trus orang tua yang bersama emil siapa ya, kan neneknya bersama rasa🤔🤔🤔

2021-07-21

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Pagi Hari
3 Kampus
4 Seperti Biasa
5 Emilia
6 Dua Tahun Lalu
7 Emilia II
8 Luna
9 Kelulusan
10 Awal Baru
11 Paman Toni
12 Kenyataan
13 Mulai Berbicara
14 20 Tahun Silam
15 Tragedi 20 Tahun Silam
16 20 Tahun Silam Kedatangan Seseorang
17 20 Tahun Silam Ketamakan
18 20 Tahun Silam Niat Terselubung
19 Sebuah Kebenaran
20 Pertemuan
21 Paman Max
22 Paman Max Pencarian
23 Paman Max Menemukan
24 Paman Max Kembali
25 Paman Max Kejadian Tak Terduga
26 Kedatangan Razka
27 Hilang
28 Mencari Emil
29 Menemukan
30 Haru
31 Bertemu Nenek
32 Emil Dan Paman Max
33 Rumah Baru
34 Mengunjungi Ayah Dan Ibu
35 Rindu
36 Drama
37 Rencana
38 Rencana Berjalan
39 Pembalasan
40 Dibuang
41 Alasan
42 Berita
43 Konferensi Pers
44 Kejutan Kecil
45 Anak Adalah Cerminan Orang Tua
46 Pertemuan
47 Siapa?
48 Sebuah Teka-Teki
49 Siapa Mereka???
50 Tamu Tak Diundang
51 Mulai Pendekatan
52 Penolakan
53 Usaha Razka
54 Siapa Atmaja?
55 Diterima
56 Janji Ayah
57 Menunaikan Janji Ayah
58 Hari Bahagia Mia
59 Kejutan Untuk Hendi
60 Sony Atmaja
61 Peristiwa Berdarah
62 Mengembalikan Pada Pemiliknya
63 Asisten Pribadi Hendi
64 Melamar Aisyah
65 Kehilangan
66 Mencari Jejak Aisyah
67 Sebuah Undangan
68 Memenuhi Undangan
69 Niat Terselubung Nyonya Quin
70 Terpesona
71 Melebihi Manisnya Madu
72 Keharuan
73 Hari Yang Dinanti
74 Janji Dihadapan Tuhan
75 Mendekatkan Diri
76 Permintaan Kecil Aisyah
77 Malam Perpisahan
78 Kedatangan Subroto
79 Sisi Lain Aisyah
80 Luna Lagi
81 Rasa Cemas Dan Amarah
82 Siap Menjadi Makmum
83 Segala Rasa
84 Malam Mendebarkan
85 Malam Mendebarkan II
86 Mencoba Menerima
87 Dua Gadis Misterius
88 Mengungkap Misteri
89 Tabir Masa Lalu
90 Tabir Masa Lalu II
91 Tabir Masa Lalu III
92 Tabir Masa Lalu IV
93 Tabir Masa Lalu V
94 Kasih Sayang
95 Kemesraan
96 Keluarga Harmonis
97 Mengunjungi Restauran
98 Rencana Kunjungan
99 Awal Pertemuan Aisyah dan Razka
100 Pembalasan Kedua
101 Panik
102 Kencan
103 Aisyah
104 Aisyah II
105 Aisyah III
106 Honeymoon
107 Cerita
108 Waktu Berdua
109 Sebuah Kisah Lama
110 Visual Tokoh Dalam Cerita
111 Kisah Kelam Masa Lalu
112 Sekolah
113 Bullying
114 Orang Misterius
115 Acara Sekolah
116 Sesuatu Terjadi
117 Terjadi Lagi
118 Menjemput Aisyah
119 Keadaan Aisyah
120 Siapa Lagi?
121 Dia Lagi?
122 Deri
123 Ketakutan Aisyah
124 Kekeluargaan
125 Bulan Madu Lagi
126 Kakek Juna
127 Perasaan Aneh
128 Pertemuan II
129 Pertemuan III
130 Pertemuan IV
131 Pertemuan V
132 Benang Tipis
133 Merelakan Dan Menerima
134 Malam Hangat
135 Ngidam
136 Ketakutan
137 Kejutan
138 Ayah
139 Orang Asing
140 Orang Asing II
141 Bertemu Ibu
142 Keputusan
143 Keputusan Emilia
144 Masa Lalu Rendy Dan Sasha
145 Luka Lama
146 Luka Lama II
147 Mencoba Menerima
148 Semua Demi...
149 Semua Demi... II
150 Dia Alasanku...
151 Dia Alasanku... II
152 Dia Alasanku... III
153 Kemelut Hati Rendy
154 Pilihan
155 Berkumpul Kembali
156 Kasih Sayang Tak Terbatas
157 Pengampunan
158 Pengampunan II
159 Hendi, Deri, Mirna
160 Bertemu Mirna
161 Bertemu Mirna II
162 Bertemu Mirna III
163 Keputusan Hendi
164 Kembalinya Mirna
165 Hari Yang Melelahkan
166 Kejutan Rendy
167 Kepergian Razka
168 Dilema Aisyah
169 Hantaman
170 Memahami Keadaan
171 Titik Temu
172 Titik Temu II
173 Jalan Buntu
174 Kemalangan
175 Gugur
176 Tahun kesedihan
177 Kejadian Malam Itu
178 Melarikan Diri
179 Pesan Beracun
180 Kedatangan Aisyah
181 Pembalasan Aisyah
182 Panik
183 Pulang
184 Rencana
185 Wanita Hebat
186 Kunjungan
187 Malam Akhir Pekan
188 Orang Dari Masa Lalu
189 Tidak Jadi
190 Bodoh
191 Perjuangan Seorang Wanita
192 Little Ayra
193 Fachru
194 Fachru II
195 Kecemasan
196 Rapat
197 Keanehan
198 Rencana Pernikahan Emil
199 Perasaan
200 Tak Perlu Risau
201 Pemeriksaan
202 Pemeriksaan Lanjutan
203 Permintaan Lagi
204 Penyatuan Keluarga
205 Pernikahan Emilia
206 Keikhlasan
207 Takdir Yang Harus Diterima The End
208 Pengumuman
209 Side Story' (Razka)
210 Side Story' (Razka)
211 Awal Kehidupan Baru
212 Bekerja
213 Persaudaraan Razka
214 Teman Baru
215 Kedekatan
216 Rencana Perjodohan
217 Siapa Yang Kau Pilih?
218 Takdir Yang Tak Terduga (END)
Episodes

Updated 218 Episodes

1
Perkenalan
2
Pagi Hari
3
Kampus
4
Seperti Biasa
5
Emilia
6
Dua Tahun Lalu
7
Emilia II
8
Luna
9
Kelulusan
10
Awal Baru
11
Paman Toni
12
Kenyataan
13
Mulai Berbicara
14
20 Tahun Silam
15
Tragedi 20 Tahun Silam
16
20 Tahun Silam Kedatangan Seseorang
17
20 Tahun Silam Ketamakan
18
20 Tahun Silam Niat Terselubung
19
Sebuah Kebenaran
20
Pertemuan
21
Paman Max
22
Paman Max Pencarian
23
Paman Max Menemukan
24
Paman Max Kembali
25
Paman Max Kejadian Tak Terduga
26
Kedatangan Razka
27
Hilang
28
Mencari Emil
29
Menemukan
30
Haru
31
Bertemu Nenek
32
Emil Dan Paman Max
33
Rumah Baru
34
Mengunjungi Ayah Dan Ibu
35
Rindu
36
Drama
37
Rencana
38
Rencana Berjalan
39
Pembalasan
40
Dibuang
41
Alasan
42
Berita
43
Konferensi Pers
44
Kejutan Kecil
45
Anak Adalah Cerminan Orang Tua
46
Pertemuan
47
Siapa?
48
Sebuah Teka-Teki
49
Siapa Mereka???
50
Tamu Tak Diundang
51
Mulai Pendekatan
52
Penolakan
53
Usaha Razka
54
Siapa Atmaja?
55
Diterima
56
Janji Ayah
57
Menunaikan Janji Ayah
58
Hari Bahagia Mia
59
Kejutan Untuk Hendi
60
Sony Atmaja
61
Peristiwa Berdarah
62
Mengembalikan Pada Pemiliknya
63
Asisten Pribadi Hendi
64
Melamar Aisyah
65
Kehilangan
66
Mencari Jejak Aisyah
67
Sebuah Undangan
68
Memenuhi Undangan
69
Niat Terselubung Nyonya Quin
70
Terpesona
71
Melebihi Manisnya Madu
72
Keharuan
73
Hari Yang Dinanti
74
Janji Dihadapan Tuhan
75
Mendekatkan Diri
76
Permintaan Kecil Aisyah
77
Malam Perpisahan
78
Kedatangan Subroto
79
Sisi Lain Aisyah
80
Luna Lagi
81
Rasa Cemas Dan Amarah
82
Siap Menjadi Makmum
83
Segala Rasa
84
Malam Mendebarkan
85
Malam Mendebarkan II
86
Mencoba Menerima
87
Dua Gadis Misterius
88
Mengungkap Misteri
89
Tabir Masa Lalu
90
Tabir Masa Lalu II
91
Tabir Masa Lalu III
92
Tabir Masa Lalu IV
93
Tabir Masa Lalu V
94
Kasih Sayang
95
Kemesraan
96
Keluarga Harmonis
97
Mengunjungi Restauran
98
Rencana Kunjungan
99
Awal Pertemuan Aisyah dan Razka
100
Pembalasan Kedua
101
Panik
102
Kencan
103
Aisyah
104
Aisyah II
105
Aisyah III
106
Honeymoon
107
Cerita
108
Waktu Berdua
109
Sebuah Kisah Lama
110
Visual Tokoh Dalam Cerita
111
Kisah Kelam Masa Lalu
112
Sekolah
113
Bullying
114
Orang Misterius
115
Acara Sekolah
116
Sesuatu Terjadi
117
Terjadi Lagi
118
Menjemput Aisyah
119
Keadaan Aisyah
120
Siapa Lagi?
121
Dia Lagi?
122
Deri
123
Ketakutan Aisyah
124
Kekeluargaan
125
Bulan Madu Lagi
126
Kakek Juna
127
Perasaan Aneh
128
Pertemuan II
129
Pertemuan III
130
Pertemuan IV
131
Pertemuan V
132
Benang Tipis
133
Merelakan Dan Menerima
134
Malam Hangat
135
Ngidam
136
Ketakutan
137
Kejutan
138
Ayah
139
Orang Asing
140
Orang Asing II
141
Bertemu Ibu
142
Keputusan
143
Keputusan Emilia
144
Masa Lalu Rendy Dan Sasha
145
Luka Lama
146
Luka Lama II
147
Mencoba Menerima
148
Semua Demi...
149
Semua Demi... II
150
Dia Alasanku...
151
Dia Alasanku... II
152
Dia Alasanku... III
153
Kemelut Hati Rendy
154
Pilihan
155
Berkumpul Kembali
156
Kasih Sayang Tak Terbatas
157
Pengampunan
158
Pengampunan II
159
Hendi, Deri, Mirna
160
Bertemu Mirna
161
Bertemu Mirna II
162
Bertemu Mirna III
163
Keputusan Hendi
164
Kembalinya Mirna
165
Hari Yang Melelahkan
166
Kejutan Rendy
167
Kepergian Razka
168
Dilema Aisyah
169
Hantaman
170
Memahami Keadaan
171
Titik Temu
172
Titik Temu II
173
Jalan Buntu
174
Kemalangan
175
Gugur
176
Tahun kesedihan
177
Kejadian Malam Itu
178
Melarikan Diri
179
Pesan Beracun
180
Kedatangan Aisyah
181
Pembalasan Aisyah
182
Panik
183
Pulang
184
Rencana
185
Wanita Hebat
186
Kunjungan
187
Malam Akhir Pekan
188
Orang Dari Masa Lalu
189
Tidak Jadi
190
Bodoh
191
Perjuangan Seorang Wanita
192
Little Ayra
193
Fachru
194
Fachru II
195
Kecemasan
196
Rapat
197
Keanehan
198
Rencana Pernikahan Emil
199
Perasaan
200
Tak Perlu Risau
201
Pemeriksaan
202
Pemeriksaan Lanjutan
203
Permintaan Lagi
204
Penyatuan Keluarga
205
Pernikahan Emilia
206
Keikhlasan
207
Takdir Yang Harus Diterima The End
208
Pengumuman
209
Side Story' (Razka)
210
Side Story' (Razka)
211
Awal Kehidupan Baru
212
Bekerja
213
Persaudaraan Razka
214
Teman Baru
215
Kedekatan
216
Rencana Perjodohan
217
Siapa Yang Kau Pilih?
218
Takdir Yang Tak Terduga (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!