Pukul 10.00 malam seseorang baru saja selesai menelpon, sepertinya mereka akan mengadakan sebuah pertemuan di tempat di mana orang yang menelpon itu berada kini. Di taman di sebuah komplek perumahan ia duduk seorang diri di bangku taman tersebut. Dengan ditemani sebotol minuman dingin, ia sedang menanti seseorang yang baru saja dihubunginya melalui telpon. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya orang tersebut datang dengan sebuah sepeda motor yang ia parkir tak jauh dari tempat orang yang sedang menunggunya.
Ia berjalan tergesa sesekali berlari kecil untuk segera sampai di sana. Setelah sampai ia membungkukkan tubuhnya memberi hormat dan menyapa.
"Selamat malam Tuan! Maaf saya membuat Anda menunggu."
Ia merasa tak enak hati telah membiarkan orang tersebut menunggunya. Namun orang itu mengibaskan tangannya ke udara menandakan ia tak masalah akan hal itu.
"Duduklah! Tak perlu merasa tak enak hati seperti itu, aku yang menghubungimu dan memang sudah seharusnya aku menunggumu. Duduklah! Kita akan bicara."
Katanya sambil mengarahkan tangannya menunjuk bangku kosong, mempersilahkannya untuk duduk. Ia pun kemudian duduk setelah mengucapkan terimakasih. Max mengeluarkan sebotol air dari dalam saku jasnya dan meletakan di samping orang yang ditunggunya itu.
"Kau sudah tau untuk apa aku memanggilmu bukan?" Paman Max memulai pembicaraan dengan orang tersebut. Orang tersebut menganggukkan kepalanya karena ia sudah tahu untuk apa ia kini dihubungi.
'*M*ungkin ini sudah saatnya'
Pikirnya dalam hati...
"Aku sudah menemukan Tuan Muda, sudah sejak 14 tahun yang lalu." Paman Max melirik ke arah orang tersebut sebelum melanjutkan ucapannya. Terlihat raut wajah terkejut dari orang yang baru saja datang itu.
"Aku memang sengaja tidak memberi tahu siapa pun tentang hal ini, aku khawatir orang orang yang tidak menginginkannya itu akan mencelakainya, jika banyak orang yang tau tentang keberadaannya. Dan selama ini Tuan Muda hidup dengan baik. Kau tau?" Paman Max menghela nafas sejenak lalu melanjutkan ucapannya. Sementara orang yang diajaknya berbicara hanya menyimak dalam diam.
"Ia belajar dengan baik tentang kehidupan, ia berhasil menjadi anak yang kuat dan kini ia adalah seorang pemuda tampan yang penuh semangat dan pantang menyerah. Kau tahu! Wajahnya mengingatkanku pada Tuan Besar saat ia masih muda dulu."
Ucapnya panjang Lebar.
"Tuan, bagaimana kau menemukan Tuan Muda? Dan bukankah, Nyonya sepuh sudah pergi meninggalkan kota ini?"
Tanyanya bingung dengan penuturan Paman Max.
"Toni, aku pun memikirkan hal yang sama denganmu saat aku tak menemukan mereka di kota ini. Tapi apa kau tau? Ternyata mereka selama ini dekat dengan kita mereka ada di sekitar kita hanya kita saja yang kurang serius mencari keberadaan mereka. Aku bertemu Tuan Muda secara tidak sengaja. Aku mengikutinya sampai di tempat mereka tinggal. Miris sekali sungguh..."
Jelas sekali Paman Max memberi tahu Toni dengan raut wajah sedih.
"Begitu ya. Jadi, apakah sekarang aku akan mendapat tugas untuk menemani Tuan Muda?"
Tanya Toni orang yang ditunggu oleh Paman Max itu.
"Benar, Tuan Muda saat ini membuka restoran miliknya sendiri. Aku ingin kaulah yang menajdi Koki di sana."
Benar, Toni adalah seorang koki yang handal ia telah lama bekerja di restoran milik keluarga Pratama yang tak lain adalah Ayah dari Razka. Namun kini restoran tersebut telah beralih milik orang lain karna semua aset dan dokumen telah dicurinya.
"Baik, aku siap Tuan. Hanya tinggal mencari cara saja bagaimana nanti aku keluar dari sana. Aku sudah bosan melayani Tuan yang arogan dan sombong seperti mereka. Memperlakukan para pekerja dengan semena-mena dan hanya mementingkan diri mereka sendiri."
Ucapnya penuh keyakinan, inilah yang ditunggunya saat dimana ia akan kembali melayani Tuan yang sebenarnya. Ia sudah sangat siap sejak dulu.
"Baiklah lusa kau datanglah ke pusat kota karena di sanalah Tuan Muda membuka restaurannya. Jadi, kau harus sudah keluar dari sana besok."
Ucap Paman Max tegas. Toni menganggukkan kepalanya yakin. Besok ia harus keluar dari sana.
"Baiklah. Ini sudah larut pulanglah keluargamu pasti sudah menunggumu."
Ucap Paman Max lagi.
"Terimakasih Tuan, saya permisi..."
Ia berlalu pergi meninggalkan Paman Max seorang diri di sana yang sepertinya masih belum ingin beranjak dari tempatnya.
Sesampainya di rumah, Toni disambut oleh istrinya, mereka kemudian segera naik ke kamar. Setelah Toni membersihkan diri ia menceritakan pertemuannya dengan Paman Max. Istrinya begitu terkejut mendengar kenyataan bahwa orang yang telah berjasa dalam hidupnya itu masih hidup dan ternyata ada di sekitar mereka. Ia kemudian mendukung rencana Toni untuk keluar dari restauran itu dan membantu usaha Tuan Muda mereka.
Keesokan harinya, Toni masih mendatangi restauran tempatnya bekerja. Yah restauran milik keluarga Pratama itu. Ia bekerja seperti biasa seolah tidak akan terjadi apa apa. Namun tiba tiba seorang pelanggan berteriak kencang dari tempatnya duduk.
"Makanan apa ini? Kenapa rasanya seperti ini. Membuatku mual. Pelayan! Pelayan!"
Wanita itu berteriak menjadikannya pusat perhatian seluruh pengunjung. Seorang pelayan bergegas mendatanginya.
"Ada apa Nyonya? Apa ada yang salah dengan makanannya?"
Tanya pelayan tersebut hati hati
"Ini, makanlah dan rasakan sendiri bagaimana rasanya?"
Wanita itu mengambil makanan nya dan menumpahkannya ke arah pelayan tersebut. Pelayan itu terkejut dan melihat ke arah makanan yang ditumpahkan wanita tersebut. Lalu,
"Kalian semua yang hadir disini, saya yakin kalian pun akan merasakan makanan dengan rasa yang sama seperti makanan saya. Restauran ini sudah tidak memiliki Koki yang handal lagi. Silahkan buktikan ucapan saya."
Kata wanita itu berbicara sambil mengarahkan pandangannya menatapi setiap pengunjung di restauran tersebut. Satu per satu mereka mulai mencicipi hidangan menu yang mereka pesan, dan satu per satu raut wajah mereka mulai berubah bermacam macam. Lalu mereka memuntahkan kembali makanan mereka, seketika restauran itu riuh oleh teriakan para pengunjung di sana. Hingga datanglah seorang wanita paruh baya dengan tampilan elegan dan langkah yang angkuh memasuki restauran itu.
"Ada apa ini? Kenapa para pengunjung ribut sekali?"
Wanita itu terkejut melihat situasi restauran miliknya yang dipenuhi teriakan teriakan para pengunjung. Seorang pelayan menjelaskan dengan terbata.
"I-itu Nyonya. Ma-makanan yang disajikan hari ini rasanya berbeda dengan makanan yang biasanya Nyonya. Ja-jadi mereka menginginkan ganti rugi untuk menu yang telah mereka pesan Nyonya."
"Hhhhaaaahhhh"
Wanita itu menghela nafas berat, ia memijat kepalanya pusing.
"Memangnya kemana perginya Koki tua Bangka itu? Dan siapa yang memasak semua menu hari ini?"
Dia bertanya setengah berteriak membuat pelayan tersebut ketakutan.
"A-ada Nyonya. Beliau sendirilah yang memasak semua menu hari ini."
Ucap pelayan itu dengan gagap. Wanita itu segera pergi dari sana menuju dapur setelah berjanji kepada para pengunjung akan mengganti rugi menu yang telah mereka pesan.
Braaaaakkkkk
Dengan kasar ia membuka pintu dapur restauran tersebut dan dengan langkah angkuh menghampiri laki laki paruh baya di sana yang sedang berkutat dengan alat masaknya.
"Hei, Toni apa kau sudah bosan bekerja disini. Kau ingin aku menendangmu dari restauran ini hah? Apa yang kau lakukan sehingga membuat semua pengunjung meminta ganti rugi untuk menu yang sudah mereka pesan?"
Ia berteriak begitu kencang memekakan telinga setiap orang yang mendengarnya.
"Maafkan saya Nyonya, tapi saya memang sudah terlalu tua untuk bekerja disini. Dan terkadang saya lupa dengan resep untuk semua menu yang ada di restauran ini Nyonya. Jadi, jika restauran ini sudah tak membutuhkan saya lagi, maka saya tidak masalah jika Nyonya tidak mempekerjakan saya lagi disini."
Toni berucap penuh keyakinan, jelas sekali terdengar di telinga wanita itu. Membuat wanita itu menggeram marah ia mengepalkan tangannya wajahnya memerah menahan amarah. Wanita itu menatap Toni penuh kebencian.
"Baiklah! Jika itu yang kau inginkan. Sungguh kau orang yang tidak tau berterima kasih tidak tau balas Budi terhadap orang yang telah berjasa menolong keluargamu. Pergi kau dari sini jangan harap kau akan mendapatkan uang dariku. Tidak walaupun hanya satu koin aku tidak akan memberikannya padamu! Pergi!"
Wanita itu berteriak marah ia berbicara sambil mengarahkan tangannya menunjuk pintu keluar.
"Baik. Terimakasih."
Toni melepas atribut memasaknya setelah itu ia melangkah dengan yakin meninggalkan restauran itu. Namun langkahnya terhenti diambang pintu ketika mendengar ucapan wanita itu.
"Jangan harap kau akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik setelah keluar dari tempat ini, dan aku tidak sudi menerimamu kembali meski kau bersimpuh memohon kepadaku. Ingat itu."
Toni menoleh sambil tersenyum dan,
"Tidak akan!"
Hanya kata itu yang Toni ucapkan dengan tegas lalu melangkahkan kembali kakinya keluar dari tempat itu.
"Kau!" Geram wanita itu tertahan melihat Toni yang sudah tidak ada lagi di sana. Toni berhasil keluar dari restauran tersebut besok ia akan mendatangi Paman Max untuk menjalankan rencana mereka selanjutnya. Ia melangkah dengan senyuman merasa puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
yuanita
mantaap seru neh ke depan nya
2021-02-15
1
Wati Simangunsong
pasti pelanggan ad hbngannya sm max deh
2021-01-19
1
Bundanya Bagas
penasaran m alurny...lanjut thor
2020-12-16
2