Menjelang pagi, semua akan disibukkan dengan kegiatan pagi mereka. Untuk pergi bekerja atau pun untuk bersekolah. Berbeda dengan Razka, ia harus bangun sebelum subuh lalu pergi ke pasar untuk membeli keperluan dagangannya. Ia akan berangkat sebelum subuh ke pasar dan akan sampai di rumah saat adzan subuh berkumandang.
Setelah melaksanakan Shalat Subuh ia langsung mempersiapkan keperluannya berjualan sate. Memotong-motong daging ayam, membuatnya menjadi potongan kecil-kecil lalu ditusuk menjadi sate.
Setelah itu ia akan menyimpannya di lemari es karna ia akan berjualan setelah kuliah nanti.
" Aaahhh, alhamdulillah akhirnya selesai juga. Waktunya bersantai sebelum ke kampus."
Ia berjalan ke teras rumah menikmati pemandangan pagi hari yang cerah ini. Matahari masih malu-malu untuk menampakan dirinya ke atas, ia hanya memancarkan cahaya warna-warna pagi yang indah.
"Nak! Kenapa masih di sini? Bukankah kau harus ke kampus?"
Tiba-tiba suara renta itu membuyarkan lamunannya. Ia menoleh, mendapati Neneknya yang berjalan perlahan mendekati. Lalu tanpa diminta ia pun berjalan menghampiri Nenek dan menuntunnya untuk duduk di bangku di teras tersebut.
"Iya, Nek. Aku ke kampus hari ini. Tapi ini masih pagi. Jadwalku nanti nek jam 09.00."
Lembut sekali ia menjawab perkataan Neneknya. Ia berjongkok di hadapan sang Nenek. Digenggamnya jemari renta itu lalu diciumnya dengan lembut seolah mengatakan 'Terimakasih karena sudah merawatku'. Namun,
"Tuan Muda!" Seketika panggilan itu membuatnya menegang. Ia melirik dengan sudut matanya tajam pada sumber suara tersebut. Terlihat laki-laki paruh baya berdiri dengan salah tingkah, seolah ia telah salah berucap. Ia melepaskan genggaman tangannya pada Nenek lalu perlahan bangkit tanpa menoleh.
"Sudah berapa kali aku katakan, Paman? Jangan menyebutku seperti itu. Aku muak mendengarnya. Apa Paman tidak lihat aku ini hanya penjual sate, senang sekali Paman menggodaku dengan sebutan Tuan Muda."
Ia menoleh dengan tatapan dingin dan tajam, membuat laki-laki itu semakin salah tingkah.
"Maaf, maafkan Paman, Nak! Paman terlalu terbiasa memanggilmu seperti itu. Entah kenapa, tapi Paman suka memanggilmu begitu."
Tidak ada penyesalan di raut wajah lelaki itu, yang ada hanya raut bangga yang ia tunjukkan seolah apa yang ia katakan memang benar adanya.
" Tapi aku tidak suka, Paman. Ah, sudahlah! Aku akan bersiap ke kampus."
Ia berbalik meninggalkan mereka berdua.
"Kau senang sekali menggodanya Max, padahal dia sangat tidak menyukai itu"
Nenek membuka suara setelah kepergian Razka.
"Maafkan saya, Nyonya. Tapi cepat atau lambat Tuan Muda harus terbiasa dengan sebutan itu."
Lelaki itu menjawab penuh penegasan.
"Aku tau itu, tapi untuk saat ini biarkan dia seperti itu. Biarkan dia membuka peluang usaha sendiri dan mencari jati diri. Aku hanya ingin Cucuku itu tumbuh kuat dalam kehidupan yang kejam ini, Max."
Mata renta itu begitu meneduhkan siapa saja yang memandangnya, mata itu tak pernah memancarkan kilat kemarahan. Ia selalu lembut saat berbicara dan pandangannya selalu menyejukkan.
"Saya mengerti, Nyonya." Ia menjawab sambil menunduk.
Tap tap tap
Selang beberapa saat, suara langkah dari dalam rumah mendekat ke arah ke duanya. Raut wajah yang selalu dingin saat berhadapan dengan orang lain tapi tidak saat ia berhadapan dengan sang Nenek.
" Nek, aku ke kampus ya. Nenek harus sarapan dan istirahat, jangan banyak bekerja. Aku ingin saat aku pergi Nenek sehat dan saat aku kembali Nenek juga sehat." Ia meraih jemari renta Neneknya lalu menciumnya. Nenek tersenyum dan tangan satunya bergerak mengusap kepala Cucunya dengan lembut. Nenek tidak menjawab ia hanya mengangguk.
" Paman Max, aku titip Nenek. Pastikan tidak terjadi apa-apa pada Nenek sampai aku pulang nanti," pintanya. Tidak terdengar seperti permohonan. Melainkan seperti sebuah titah yang harus dipatuhi.
"Iya, Nak! Paman mengerti. Istri Paman akan menemani Nenek di sini." Memberikan jawaban yang membuat Razka merasa aman meninggalkan Neneknya
"Baiklah. Aku berangkat."
Ia berlalu pergi meninggalkan rumah sederhana itu dengan mengendarai motor bututnya.
"Tuan Muda persis seperti Tuan Besar aura kepemimpinannya sudah dapat saya rasakan."
Ia berbicara dengan bangga setelah kepergian Razka.
"Kau benar! Itu memang Cucuku putra dari anakku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Etik Etik
nyimak sek
2023-03-19
0
Kinan Rosa
kayaknya ceritanya seru penuh dengan misteri
2022-12-12
0
L
numpang menikmati ya thor
2022-10-02
1