Setelah hari itu, hari di mana kenyataan pahit harus diterima oleh Razka. Kini ia menjalani harinya dengan lebih menjadi seorang pendiam. Tak banyak bicara, ia hanya fokus pada bisnis yang sedang dirintisnya itu. Semakin lama restauran miliknya semakin ramai pengunjung apalagi setiap akhir pekan pengunjung akan sangat ramai bahkan hampir tengah malam. Membuat para pekerja di restauran tersebut harus lembur hingga larut malam.
Kebanyakan para pekerja yang dipekerjakan Razka adalah orang-orang yang mengalami kesulitan ekonomi dalam hidupnya yang ia jumpai dulu saat ia berjualan keliling. Ia sengaja menarik mereka bekerja di tempatnya karna selain ingin menolong mereka dalam memperbaiki hidup juga dapat dipastikan orang-orang seperti itu akan Setia kepada mereka yang dianggap berjasa dalam hidup oleh mereka.
Loyalitas mereka tinggi. Kinerja mereka pun tidak diragukan lagi, mereka bekerja dengan maksimal di setiap waktu. Setidaknya itulah yang dikatakan Paman Max dahulu di saat ia bingung akan merekrut orang seperti apa untuk ia pekerjaan di restauran miliknya itu.
Sekarang ucapan Paman Max memang benar orang-orang seperti itu merasa tertolong kehidupannya setelah Razka mempekerjakan mereka di sana dengan pendapatan yang tidak sedikit menurut mereka. Terbukti dari semangat yang mereka tunjukkan ketika mereka harus terus bekerja hingga larut malam karena pengunjung terus berdatangan.
Meski Razka kini menjadi orang yang begitu dingin dalam bersikap namun ia selalu menggunakan hatinya saat menghadapi masalah-masalah yang ada. Ia hanya belum bisa menerima sikap semua orang yang menyembunyikan kenyataan tentang orang tuanya. Kenapa semua orang merahasiakan hal sebesar ini darinya. Apakah ia masih terlalu lemah untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya?
Seperti hari ini, pagi hari yang begitu cerah matahari mulai merangkak naik menampakkan dirinya kepada setiap insan yang mendamba kehadirannya. Seorang pemuda termenung di teras rumah sederhana miliknya.
Rumah yang tak ingin ditinggalkannya meski kini ia sudah bisa untuk mengambil cicilan rumah yang lebih baik dari rumahnya saat ini. Namun ia enggan untuk melakukan itu. Menurutnya itu hanya akan menghambur-hamburkan uang saja.
Untuk apa mencari yang besar dan mewah sementara di tempat sederhana saja kita bisa mendapatkan kedamaian dalam hidup. Begitu pikirnya. Tapi kini rumah itu terasa sepi dingin dan tidak senyaman dulu.
Sejak kepulangannya dari pemakaman itu ia tidak banyak berinteraksi dengan sang Nenek. Hal itu membuat sang Nenek merasa asing di rumah tersebut dan asing dengan Cucunya sendiri. Namun ia sadar ini semua adalah kesalahannya yang menyembunyikan kenyataan yang seharusnya diketahui oleh Razka sejak dari dulu. Karena alasan tertentulah Neneknya baru memberi tahukan hal tersebut kepada Razka. Bukan tanpa alasan.
Saat ini ia tengah memandangi Cucunya yang termenung di teras rumah tersebut. Ingin sekali ia menghampiri Cucunya itu dan berbicara dari hati ke hati. Namun ia ragu, Razka akan menolak kehadirannya seperti yang sudah-sudah. Ini sudah hampir dua bulan ia tak berbicara dengan Nenek. Bukan tak ingin Razka berbicara dengan Nenek, sebenarnya ia tak tega melakukan itu namun ia masih kecewa dengan sikap sang Nenek yang menyembunyikan kenyataan tentang kedua orang tuanya. Padahal sejak dulu dia selalu menanyakan hal tersebut kepada sang Nenek.
"Nak. Apa kau masih tak ingin berbicara dengan Nenek? Lihatlah Nenek sudah renta, dan Nenek tidak tahu akan sampai kapan umur Nenek dapat melihat Cucu kesayangan Nenek yang kini terasa asing dalam hidup Nenek. Maafkan Nenekmu ini."
Pada akhirnya Nenek memberanikan diri menghampiri Razka dan berbicara kepadanya. Razka memejamkan matanya menahan suatu gejolak dalam hatinya. Kemudian ia berbalik menatap tubuh renta sang Nenek yang sudah hampir dua bulan ini ia asingkan. Ia mulai melangkahkan kakinya mendekati sang Nenek lalu menjatuhkan dirinya dalam pelukan sang Nenek. Nenek menyambutnya dengan pelukan hangat rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan pelukan hangat ini. Nenek menitikan air matanya sambil mengusap punggung Razka dengan penuh kasih sayang. Membuat Razka meneteskan air mata namun segera di usapnya. Ia melepaskan pelukannya menuntun sang Nenek untuk duduk di bangku teras rumah tersebut. Sementara dirinya duduk di lantai merengkuh lutut renta sang Nenek. Nenek mengelus kepalanya dengan sayang. Ia akan mulai berbicara.
"Kau tahu sayang. Ayahmu adalah seorang pengusaha hebat. Perusahaan yang dia pimpin memiliki cabang di berbagai kota. Siapa yang tak mengenal Radika Pratama semua orang mengenalnya sayang, baik dari kalangan atas maupun bawah. Karna Ayahmu adalah seorang yang baik yang bekerja dengan hatinya. Ia dan Ibumu selalu membantu mereka yang terlihat kesulitan dalam hidup. Karna kebaikannya ia mendapatkan orang-orang yang setia bekerja kepadanya seperti orang yang saat ini membantumu selama ini. Kau tau siapa Max dan Toni? Mereka adalah salah satu orang kepercayaan Ayahmu Nak. Loyalitas mereka tidak diragukan lagi mendengar kau kembali mereka meninggalkan pekerjaan mereka demi untuk membangkitkan Tuan mereka kembali sayang. Yaitu adalah kau Nak. Razka Pratama yang sesungguhnya adalah seorang Tuan Muda dalam keluarga besar Pratama."
Nenek mulai menceritakan tentang kedua orang tau Razka. Razka mendongak menatap netra hitam sang Nenek tidak ada kebohongan di dalam sana, hanya ada kesungguhan yang terlihat di dalamnya. Nenek menghentikan tangannya mengusap kepala Razka saat Razka mendongakkan kepalanya menatap kepadanya. Ia menatap sang Cucu dengan lembut memancarkan kasih sayang tak terbatas untuknya. Nenek menghembuskan nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.
"Kau tahu gedung tinggi di pusat kota di sana?"
Nenek menunjuk ke sebuah arah dimana pusat kota berada, Razka mengikuti arah yang ditunjuk sang Nenek lalu mengangguk mengerti.
"Itu adalah perusahaan milik Ayahmu yang seharusnya kaulah yang menggantikannya duduk di sana sebagai pemimpin. Bukan dia."
Razka tersentak, ia tahu gedung itu adalah milik Pratama grup namun ia tak menyangka jika itu adalah perusahaan milik Ayahnya yang berarti adalah miliknya.
"Tapi kenapa Nenek merahasiakan ini semua dariku Nek? Kenapa Nenek tidak memberitahuku tentang mereka Nek? Apa aku tidak berhak tahu tentang mereka Nek?"
Tanya Razka, pertanyaan inilah yang ingin ditanyakannya sejak kepulangan mereka dari pemakaman itu.
"Bukan seperti itu sayang, Nenek melakukannya untuk kebaikanmu untuk mempertahankan hidupmu sayang. Jika Nenek memberitahukan semua ini kepadamu dari dulu Nenek khawatir kau akan mencari tau keberadaan mereka dan itu membuat Nenek takut mereka yang mengincarmu akan menemukan keberadaan kita saat itu. Untuk itu Nenek merahasiakan ini darimu. Karena saat itu Nenek masih harus bersembunyi dari pengejaran orang orang yang ingin mengambilmu dari Nenek."
Nenek membelai wajah Razka lembut.
"Dan Nenek tidak akan membiarkan mereka mengambilmu dari Nenek. Maka dari itu Nenek membawamu bersembunyi di tempat ini sampai Max menemukan keberadaan kita saat usiamu 10 tahun waktu itu kau ingat?"
Ucap Nenek menatap netra hitam milik Razka, Razka mengangguk. Ia sangat ingat jelas saat itu.
"Dengan kedatangan Max Nenek mempunyai harapan baru, harapan besar Nenek menjadikanmu seorang yang kuat dan membantumu menemukan jalanmu sendiri. Seiring berjalannya waktu kau sangat mirip dengan mendiang Ayahmu, kau penuh semangat dan pantang menyerah persis seperti Ayahmu waktu muda dulu."
Kata Nenek tersenyum menatap lekat wajah Razka, Razka masih setia mendengarkan. Nenek membelai wajah Razka dan mendongakkannya ke atas.
"Lihatlah wajah ini. Wajah ini persis seperti Ayahmu jika kau ingin mengetahui seperti apa wajah Ayahmu maka bercerminlah di sana kau dapat melihat pantulan wajah Ayahmu"
Nenek tersenyum masih setia memegang wajah Razka, dan Razka pun tersenyum mendengar penuturan sang Nenek.
"Benarkah Nek? Aku mirip ayahku? Lalu bagaimana rupa Ibuku Nek? Apa ada sesuatu yang ku ambil darinya?"
Razka masih menatap dengan mata yang berbinar sekarang ia akan mengenali kedua orang tuanya.
"Yaahhh. Titik hitam pada matamu itu adalah milik Ibumu. Kau mendapatkannya dari Ibumu. Persis seperti mata ibumu. Sebenarnya kau memiliki seorang adik perempuan dan wajahnya mirip sekali wajah Ibumu Nak. Tapi entah di mana ia saat ini berada. Nenek tidak tau."
Raut wajah Nenek kembali murung mengingat satu Cucunya tak dapat ia bawa pergi karena ditahan oleh mereka. Razka terkejut menerima kenyataan baru bahwa ia memiliki seorang adik. Ia bertanya dengan semangat.
"Kenapa Nenek tidak membawanya ikut bersama kita? Dan siapa yang menahannya Nek?"
Ia tidak tau alasan apa yang membuat sang Nenek melakukan hal tersebut.
"Saat Nenek pergi dari rumah itu mereka menahan adikmu katanya sebagai jaminan untuk mereka karena kau adalah sebuah ancaman untuk mereka. Untuk itu setelah kita pergi dari sana mereka mengirim orang untuk menculik dan membunuhmu."
Nenek terdengar geram menahan amarah yang membuncah dalam dirinya. Razka hampir saja tidak mempercayai itu semua jika saja ia mendengarnya dari orang lain.
"Bisakah Nenek ceritakan kejadian itu kepadaku Nek? Nenek harus percaya aku akan kuat mendengarnya. Aku ingin mengetahui yang sebenarnya terjadi Nek? Agar aku tidak ragu dalam mengambil langkah."
Ia berkata dengan yakin meminta sang Nenek menceritakan kejadian beberapa tahun lalu. Nenek mengangguk mengerti mungkin sudah saatnya Razka mengetahui semuanya.
"Baiklah. Akan Nenek ceritakan semuanya kepadamu. Setelah ini kau harus siap dengan kemungkinan yang akan terjadi ke depannya. Apa kau sudah siap menerima semua ini?"
Tanya Nenek sebelum memulai bercerita... Razka mengangguk dia sudah sangat siap untuk menerima semuanya.
"Razka siap Nek, ceritakanlah! Semuanya!"
Dan mulailah Nenek menceritakan kejadian 20 tahun silam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Ardika Zuuly Rahmadani
emil pasti adiknya razka
2021-07-19
2
Wati Simangunsong
pasti adiknya itu emilia
2021-01-19
1
ᥫ᭡𝐚𝐧𝐭𝐢𝐚🧸
semangat razka...eh bentar dulu jangan² adiknya razka itu Emil ya....
2020-10-25
3