Kini, dua bulan sudah ia menjabat sebagai Dirut di perusahaan itu menggantikan Dika yang telah pergi. Meski hanya sementara. Aaahhh sementara.
'*A*ku tidak ingin sementara, aku ingin semua menjadi milikku seutuhnya dan selamanya.'
Itulah yang ada dalam pikiran Ferdi, saat ini ia sedang memikirkan cara bagaimana supaya ia memiliki seluruhnya seutuhnya tanpa takut tergantikan karena posisinya yang sementara itu. Ia harus segera menyingkirkan keturunan dari pemilik sah perusahaan tersebut yaitu Razka.
'*Y*ah... Benar. Razka harus pergi dari sini, ia harus meninggalkan kota ini untuk selamanya, bila perlu pergi dari dunia ini.'
Ferdi tersenyum licik. Ia akan segera melancarkan rencananya tersebut dalam waktu dekat ini.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Di akhir pekan seperti saat sekarang ini, Nenek akan membawa ketiga Cucunya pergi bermain di taman. Tidak. Kali ini hanya dua yang pergi bersamanya, sementar Sesil dilarang Ibunya untuk ikut. Mereka akan berpiknik dengan sederhana di taman setelah lelah bermain. Razka yang senang bermain ia segera berkumpul dengan teman sebayanya yang juga bermain di taman tersebut. Sementara bayi Emil di letakan dalam troli bayi dan di dorong oleh Bi Sum. Menjelang sore mereka semua kembali ke rumah di antar Pak Dirman supir pribadi Nenek.
Sesampainya di rumah, baru saja Nenek menginjakkan kakinya di halaman, ia dikejutkan dengan sesuatu yang terlempar dari dalam rumah tersebut. Nenek memandangi apa yang terlempar dari dalam rumah itu. Setelah cukup melihat Nenek yakin itu adalah koper milik Nenek dan milik Razka.
Belum selesai dengan kejutan pertama, Nenek dikejutkan kembali dengan kemunculan seorang wanita dari dalam rumah dan menarik paksa troli bayi milik Emil. Wanita itu tak lain adalah Mirna menantu Nenek yang saat ini menumpang hidup di rumah besar Nenek.
"A-apa yang kau lakukan? Kenapa kau lempar semua barang-barang Ibu Mirna? Ada apa ini?"
Tanya Nenek setelah berhasil menguasai dirinya dari keterkejutannya, Razka yang berada di samping Nenek memeluk erat kaki Neneknya tubuhnya bergetar ketakutan.
"Apa Ibu tidak melihatnya? Itu semua barang milik Ibu dan Razka, Ibu belum mengerti juga apa yang terjadi saat ini? Cckkk... Apa perlu aku menjelaskannya?"
Mirna berdecak kesal dengan sikap bodoh sang Ibu mertua yang tidak mengerti juga dengan kondisi yang ada.
"Apa artinya... Kau mengusir Ibu? Dari rumah Ibu sendiri? Begitu?"
Tanya Nenek. Saat ini logikanya telah kembali dengan mata berkaca-kaca dan raut wajah penuh kebingungan Nenek bertanya pada menantunya tersebut.
"Apa sekarang Ibu sudah mengerti? Jika sudah maka segera angkat kaki Ibu dari rumah ini. Pergilah!"
Mirna mengibaskan tangannya mengusir. Lalu ia meletakkan ke dua tangannya di dada dan menyilangkan keduanya. Menatap penuh benci pada Ibu mertuanya, inilah yang dia inginkan. Sudah sejak lama ia ingin menempati rumah utama milik keluarga Pratama tersebut. Rumah besar dan mewah dengan segala fasilitas yang ada. Lengkap dan sempurna.
"Apa maksudmu mengusirku dari rumahku sendiri Mirna? Aku sudah menganggapmu sebagai anak kandungku sendiri, tapi inikah balasanmu Mirna? Apa semua ini karna harta?"
Nenek sudah tak dapat lagi menahan air matanya. Cairan bening itu jatuh begitu saja dari kelopak matanya yang mulai keriput tanpa bisa ditahannya.
"Benar Ibu! Selama ini aku iri pada kehidupan Kakak yang hidupnya bergelimang harta. Sementara aku hanya biasa saja menjalani hidup. Aku ingin merebut semua miliknya dan menjadikannya sebagai milikku seutuhnya untuk selamanya Ibu. Bukan sementara menunggu bocah ingusan itu besar dan menggantikan aku."
Itu bukanlah suara Mirna, itu suara Ferdi anak Nenek. Ia telah dibutakan oleh gemerlapnya harta dunia hingga tega mengusir Ibu kandungnya sendiri dari rumah tersebut.
"Kau anakku Ferdi, mengapa kau tega mengusir Ibu Nak? Kesalahan apa telah Ibu perbuat? Hiks. Hiks."
Nenek semakin terisak, dadanya terasa sesak menerima kenyataan bahwa anaknya sendiri yang ia besarkan penuh kasih itu tega mengusirnya dari rumahnya sendiri.
"Sudahlah Bu... Ibu tidak melakukan kesalahan apapun, justru aku ingin berterima kasih pada Ibu karena sudah memberikan apa yang ku inginkan. Sekarang terima saja nasib Ibu. Dan bawa dia bersama Ibu karena dialah penghalang semua ini. Jika dia tetap di sini maka aku tak akan dapat menguasai seluruh hartanya."
Kata Ferdi menunjuk Razka membuat Nenek semakin tersedu, sementara Razka semakin mengeratkan pelukannya pada kaki sang Nenek. Ia amat ketakutan.
"Jika kalian mengusir kami di mana kami akan tinggal Ferdi? Ini adalah rumah kami, rumah ini milik Razka. Dia yang berhak menempati rumah ini bukan kalian."
Nenek berteriak sambil menangis pilu, ia memeluk Razka yang tubuhnya terus bergetar ketakutan.
"Aku tidak peduli Bu, aku ambil Emil, sama saja bukan? Emil juga berhak atas rumah ini. Jadi aku akan merawat Emil hingga ia dewasa. Aku akan membuatnya tidak pernah tau tentang kedua orang tuanya dan menganggap kamilah orang tuanya."
Ferdi berucap penuh kebencian menatap pada bayi Emil. Nenek menggeleng cepat ia tidak akan membiarkan Emil hidup dibawah asuhan orang seperti Ferdi dan Mirna.
"Tidak! Tidak! Ambil semuanya untuk kalian tapi berikan Emil pada Ibu. Ibu akan pergi dari sini dan biarkan Ibu membawa Emil juga. Ibu berjanji tidak akan mengusik hidup kalian asal berikan Emil pada Ibu. Ibu mohon dia masih bayi tidak mengerti apapun."
Tangis Nenek semakin pecah ia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Emil kelak. Mungkinkah akan banyak penyiksaan yang dia dapatkan dan itu membuat dada Nenek semakin sesak ketika membayangkannya.
"Maaf Ibu, tapi meskipun Ibu bersimpuh, aku tetap tidak akan memberikan Emil pada Ibu. Sekarang pergilah aku tidak ingin lagi melihat Ibu dan bocah itu. Sum bawa masuk bayi Emil cepat!"
Bi Sum ragu untuk melangkah, ia melihat ke arah Nenek yang menggelengkan kepalanya pelan seolah mengatakan, 'jangan membawanya' tapi tiba-tiba Mirna menarik paksa tangan Bi Sum dan menyeretnya masuk ke dalam rumah. Nenek menatap nanar pada mereka, sedangkan Ferdi menatap penuh kebencian ia melangkah masuk dan membanting pintu rumah mewah tersebut. Razka mendongak menatap sang Nenek yang masih menatap pada pintu yang kini telah tertutup rapat.
"Nek, kenapa kita harus pergi dari rumah ini? Kita mau kemana Nek?"
Tanya Razka sambil menarik lengan Neneknya pelan. Nenek beralih menatap Razka lalu berjongkok mensejajarkan tingginya dengan bocah itu.
"Tidak apa sayang. Kita pergi untuk kembali lagi ke rumah ini. Tapi untuk sekarang kita harus segera pergi dari sini dan mencari tempat yang aman untuk kita tempati."
Nenek mengusap kepala Razka dengan senyum yang dipaksakan, hatinya begitu sakit mendapat perlakuan kasar dari anak yang disayanginya. Mereka berbalik dan melangkah dengan perlahan meninggalkan rumah besar yang penuh dengan kenangan itu. Nenek menghapus air matanya sementara tangan yang lainnya menuntun Razka keluar dari pekarangan rumah tersebut. Entahlah. Nenek bingung harus pergi ke mana membawa Razka. Ia berjalan perlahan menyusuri jalanan komplek hingga ke tepi jalan raya.
Nenek menaiki angkutan umum saat ada kendaraan yang lewat di hadapannya. Saat Nenek masih bingung ke mana ia akan membawa Razka untuk tinggal, ia mendengar dua orang yang berada dalam angkutan tersebut membicarakan suatu daerah perkampungan yang terpencil jauh dari Ibu Kota dan jarang dikunjungi oleh orang-orang dari kota. Nenek kemudian bertanya di mana perkampungan tersebut terletak. Setelah mendapatkan informasi Nenek segera berterimakasih kepada dua orang itu.
Keduanya mengangguk lalu turun dari angkot tersebut. Kini hanya tersisa Nenek dan Razka. Supir yang baik hati, ia mau mengantarkan Nenek dan Razka sampai pintu kampung lalu berbalik pergi.
Perlahan Nenek berjalan mulai memasuki perkampungan tersebut. Meski jauh dari Ibu kota, kampung ini begitu padat. Terdapat banyak sekali rumah-rumah yang berdempetan. Nenek akan memulai hidupnya yang baru di tempat ini.
Di manapun tempatnya jika ia selalu berbuat kebajikan, maka akan sangat mudah diterima di dunianya yang baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Ardika Zuuly Rahmadani
oh Tuhan😭
2021-07-21
1
Ana
q sampe gk bs bilang apa " sambil bc sambil mewek 😭😭😭
2021-04-09
3
Wati Simangunsong
😂😂😂😂nie mah crita yg mngharukann
2021-01-19
1