Saat ini Razka sudah berada di tempatnya berjualan, seperti biasa begitu sampai ia segera menyiapkan segala keperluannya untuk berjualan. Di saat ia sedang larut dengan kegiatannya seseorang datang menghampirinya.
"Butuh bantuan?"
Gadis itu tersenyum manis sekali, meski kepalanya dihiasi hijab yang menutupi rambutnya. Namun itu tak dapat menghilangkan paras cantik dari gadis tersebut.
"Aisy?" Razka tersenyum melihat siapa yang menghampirinya. Aisyah gadis manis penjual sosis bakar tak jauh dari tempatnya berjualan.
"Terimakasih. Jika tidak merepotkan." Razka balas tersenyum tak kalah manis menampilkan lesung pipinya.
"Tidak sama sekali," tukas Aisyah yang dengan cepat membantu pekerjaan Razka.
Entah mengapa setiap melihat senyum lelaki itu, Aisyah selalu terpesona dibuatnya. Mereka berdua larut dalam kegiatan merapikan kedai sate milik Razka.
Namun seseorang tiba-tiba memeluk Aisyah dari belakang. Aisyah tersentak kaget dan langsung menoleh, sekejap saja ia langsung tersenyum melihat siapa yang memeluknya.
"Kaget ya, Kak? Haha " Emil terkikik sendiri merasakan tubuh tegang Aisyah.
"Iya, Kakak pikir siapa yang tiba-tiba memeluk Kakak dari belakang? Ternyata. Hhhmm," ucap Aisyah.
Ia menggeleng pelan sambil tersenyum tipis. Emil melepaskan pelukannya. Sementara Razka, lelaki itu menatap keduanya dengan intens samar ia tersenyum melihat interaksi keduanya.
'Aku pun ingin memeluk kalian seperti itu, sebagai istri juga adikku. Aaahhh apa yang ku pikirkan.'
Ia mengusap tengkuknya sambil tersenyum geli dengan pemikirannya sendiri. Ia salah tingkah sendiri seolah mereka mengetahui apa yang ada di pikirannya. Emil yang melihat sikap Razka yang salah tingkah pun ingin sekali menggodanya.
"Ekhem. Kak, apa yang Kakak pikirkan? Jangan bilang Kakak-"
Ucapan Emil tertahan seiring menolehnya kepala Razka dan melihatnya dengan tatapan tajam. Emil tertawa kecil sambil menutup mulut dengan tangannya.
"Emil akan bahagia kalau Kakak bisa bersama Kak Aisy. Apakah Kakak bersedia menjadi pendamping Kakakku yang di sana?" goda Emil pada keduanya. Ia tahu, bahwa dua orang itu saling memendam rasa dalam hati mereka.
Aisyah menundukkan wajahnya karena malu. Iya lihat saja wajahnya yang merona itu, artinya dia sedang merasa malu atau mau ya.
"Emil, Kakak memang berniat melamar Kak Aisy, tapi nanti setelah Kakak layak menjadi imamnya. Itu pun jika Kak Aisy bersedia menunggu Kakak," timpal Razka yang membuat rona pipi Aisyah semakin memerah.
Emil tersenyum niat awal hanya menggoda keduanya, tapi akhirnya membuat Razka mengakui juga perasaannya yang selama ini ia pendam dan ia ucapkan hanya dalam balutan doanya saja. Emil menoleh pada Aisyah dan bertanya,
"Bagaimana Kak Aisy, apa Kakak bersedia? Ini secara tidak langsung Kak Razka mengatakan perasaannya pada Kak Aisy, atau melamar Kakak mungkin ya," katanya dengan nada nakal.
Emil terkikik sendiri dengan ucapannya. Sementara Aisyah semakin menundukan kepalanya. Tapi sesaat kemudian ia memberanikan diri mengangkat kepalanya, melihat Razka yang kini sedang menatapnya juga sambil tersenyum manis. Aisyah hendak menjawab namun sebuah suara menghentikannya.
"Hai Razka! Aku pesan sate boleh?" Suara seorang gadis.
Sontak semua orang melihat ke arah sumber suara. Suara yang sama sekali tak ingin Razka dengar, suara seseorang yang kini telah menjelma menjadi mimpi buruk dalam hidupnya.
Luna.
Gadis yang pernah mengisi hatinya meski hanya sebentar saja, karna itu hanya sebuah kesalahan. Kejadian itu masih sangat jelas dalam ingatannya.
#Flashback Luna
Sekelompok gadis sedang berkumpul di sebuah taman dalam kampus, mereka membentuk sebuah geng yang bernama "cute girl" terdiri dari 4 orang gadis yang ke semuanya berparas cantik dan seksi. Mereka adalah primadona di kampus tersebut, menjadi rebutan para mahasiswa di sana.
Selalu tampil cantik dan seksi karna itu adalah prinsip geng mereka. Luna, Chintya, Bella dan Rani. Meski mereka selalu bersikap angkuh dan arogan, tapi mereka tetap menjadi idola para lelaki di kampus tersebut.
Hampir semua lelaki tunduk kepada mereka dan menuruti semua keinginan mereka. Siapa yang berani mengusik anak-anak konglomerat itu. Sekali membuat kesalahan, maka segala macam cara akan mereka lakukan untuk membuat orang tersebut hengkang dari kampus itu.
Hanya ada satu laki-laki yang terlihat tak acuh saat melihat mereka, jika semua lelaki akan berhenti untuk memandangi mereka ketika mereka berjalan melewati gerbang kampus, tapi tidak dengan lelaki itu. Ia akan tetap berjalan tanpa mempedulikan mereka yang ada.
Dialah Razka, kecantikan dan keseksian juga kepopuleran ke empat gadis itu, tak membuatnya tertarik sama sekali. Ia tak pernah terusik dengan keangkuhan mereka. Selalu datar saat berbicara dan seperlunya saja. Jika tidak penting maka ia akan segera meninggalkannya.
Hal itulah yang membuat ke empat gadis itu mengadakan sebuah permainan. Siapa yang berhasil membuatnya melirik mereka maka ia adalah pemenangnya.
Satu per satu dari mereka mulai mendekati Razka. Mulai dari Bella yang berpura-pura terjatuh saat berpapasan dengan Razka, tapi Razka melewatinya begitu saja tanpa melirik sedikitpun.
Lalu Chintya yang berpura-pura menabrak Razka dengan minuman di tangannya, yang membuat kemeja Razka basah dan kotor karena tertumpah jus, ia kemudian meminta maaf dan hendak membersihkan jus yang ada di kemejanya, tapi segera di tepis Razka dan berlalu pergi meninggalkan dia yang kesal karena gagal menggodanya.
Kemudian Rani, yang secara terang-terangan mendekatinya saat ia duduk sendiri di bangku taman. Berpura pura ikut duduk dan berbasa-basi tentang cuaca yang panas.
Rani membuka blezernya memperlihatkan bagian atas tubuhnya. Ia melirik Razka yang duduk dengan tenang di sampingnya, dan pandangannya tetap terpokus pada buku yang sedang dibacanya. Sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dilakukan oleh gadis di sampingnya.
Kemudian ia bangkit dan berlalu pergi meninggalkan Rani seorang diri yang menatapnya tidak percaya.
Terakhir adalah Luna, ia mendekati Razka dengan berpura-pura menanyakan tugas kampus dan meminta diajari oleh Razka.
Awalnya Razka menolak dan beralasan tak ada waktu untuk mengajarkan orang lain, tapi sebenarnya ia sangat malas berurusan dengan wanita.
Namun, Luna tidak menyerah. Ia punya beribu alasan hingga akhirnya Razak mau mengajarinya setiap seminggu sekali.
Setiap akhir pekan Razka akan mendatanginya dan menjelaskan materi-materi kuliah meskipun sebenarnya Luna sangat malas sekali. Tapi demi hadiah dari permainan yang mereka lakukan, ia terpaksa menjalankannya. Mereka akan bertemu di sebuah cafe yang berada di pusat kota.
Semakin lama semakin dekat, hingga Razka fikir gadis itu tak seperti yang ada dalam bayangannya. Seiring berjalannya waktu perasan Razka mulai tumbuh terhadap Luna. Luna yang terlihat begitu baik dan sempurna di mata Razka, dia gadis cantik dan asik untuk dijadikan teman mengobrol.
Di satu kesempatan Razka memberanikan diri mengatakan perasaannya pada Luna yang sebenarnya juga memiliki sedikit perasaan terhadap Razka, tapi ia tolak perasaannya sendiri karena gengsinya yang tinggi. Ia malu jika harus berpacaran dengan penjual sate keliling. Sementara dia sendiri anak seorang konglomerat.
Tapi sekali lagi, ini adalah permainan mereka. Dengan terpaksa Luna menerima ungkapan perasaan Razka semata-mata hanya untuk membuktikan pada teman-temannya bahwa ia berhasil menaklukan laki-laki angkuh itu.
Di satu hari di akhir pekan, Razka ingin memberi kejutan pada Luna dengan sengaja tidak memberi kabar dahulu. Ia datang di tempat biasa di mana Luna dan teman-temannya berkumpul di sebuah cafe tidak jauh dari kampus mereka.
Sesampainya di sana, ia segera mengedarkan pandangan mencari sosok yang dirindukannya. Benar saja, ternyata mereka sedang berkumpul di sana.
Segera ia menghampiri mereka. Tapi sesaat setelah tinggal beberapa langkah saja ia berhenti, jantungnya berdegup kencang, nafasnya memburu menahan amarah, bahkan wajahnya memerah saat ia mendengar percakapan mereka.
Namun, ia tak segera menghampiri mereka. Melainkan mendengarkan apa yang mereka katakan sambil menahan diri.
"Kau tahu, dia pria yang bodoh dengan mudahnya tertipu olehku. Sedikit saja aku bersikap manis padanya, dia sudah luluh dan bertekuk lutut padaku," ucap Luna dengan bangga.
"Kau hebat, dapat menaklukan hati batu Razka, dia memang pintar tapi benar apa yang kau katakan dia begitu naif dan bodoh," timpal salah satu dari mereka.
Terdengar tawa dari mereka berempat. Bagai disambar petir di siang bolong, hati Razka remuk-redam, hancur berkeping-keping. Belum cukup sampai di situ, obrolan mereka selanjutnya semakin membuat hati Razka hancur
"Aku sudah menyelesaikan pemainannya, sekarang mana hadiahku? Jangan sampai kalian mengingkari kesepakatan yang sudah kita buat sebelumnya," ucap Luna, tangannya terulur ke depan meminta sesuatu.
"Tenang saja, kami sudah menyiapkannya untukmu. Bel, berikan!" Chintya menimpali dan meminta Bella memberikan sesuatu yang sudah mereka siapkan sebelumnya.
"Inikah yang kau mau?"
Bella mengangkat sesuatu di tangannya, Itu adalah sebuah kunci, lebih tepatnya kunci mobil. Luna antusias menerima kunci tersebut dan mengangguk puas.
"Padahal kau bisa memintanya pada orang tuamu, tapi kenapa kau pilih hadiah ini sebagai hadiah taruhan kita?"
Deg...
'Taruhan? Aku hanya dijadikan bahan taruhan oleh mereka. Tega sekali kau Luna membohongi perasaanku dan kau berhasil membodohiku'
Razka menggeram dalam hati, ia sudah tak sanggup menahan diri lagi. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya dan berjalan dari balik tembok mendatangi mereka. Mereka tersentak kaget namun hanya sesaat. Setelah itu mereka bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa pun.
"Apa maksud semua ini Luna? Apa kau menjadikanku sebagai bahan taruhan? Apa hubungan kita selama ini hanya kebohongan? Katakan Luna, jelaskan pembicaraan kalian tadi!" tuntut Razka.
Razka meluapkan emosinya, tapi ia tetap menahan diri untuk tidak melakukan tindakan yang terlalu jauh.
"Naif sekali kau! Atau kau ini bodoh? Apa yang perlu aku jelaskan jika kau sudah mendengar semuanya? Karena sekarang kau sudah mengetahuinya, sekalian saja aku katakan hubungan kita cukup sampai di sini saja. Upss. Hubungan bohong kita."
Luna tertawa diringi tawa teman-temannya. Mereka telah berhasil mempermainkan perasaan tulus Razka.
"Lalu untuk apa kau menerima perasaanku?"
Tanya Razka dengan nada tajam.
"Untuk apa? Tentu saja untuk ini!" Luna mengangkat kunci yang diberikan Bella ke atas, ke arah wajah Razka.
"Kau pikir siapa yang mau berpacaran dengan lelaki penjual keliling sepertimu? Apa yang bisa aku dapatkan dari laki-laki sepertimu? Tidak ada. Hanya menyusahkan saja kau tau!"
Semakin hancur perasaan Razka, betapa bodohnya ia yang telah menaruh hati pada wanita angkuh seperti Luna. Ia menyesali perasaannya, sangat amat menyesalinya.
Ia mencoba mengatur nafasnya dengan menariknya secara perlahan dan menghembuskannya kembali lalu tersenyum, membuat ke empat wanita di sana mengernyit heran.
"Sekarang aku tahu, untuk orang-orang seperti kalian ketulusan tidak lebih berharga dari pada uang. Dan kehormatan tidak lebih mulia dari sebuah mobil. Sungguh, aku tidak pernah mengira akan bertemu manusia seperti kalian yang dengan suka hati menghilangkan harga diri dan kehormatan kalian sebagai seorang wanita," sarkas Razka. Razka menggelengkan kepala pelan dan tersenyum tipis.
"Aku senang dapat mengetahuinya sekarang, sebelum perasaanku terlalu dalam terhadapmu, aku bersyukur kepada Tuhan karena telah mempertemukan aku dengan manusia seperti kalian, dan aku harus berterima kasih pada kalian. Karena telah mengajarkanku sebuah pelajaran berharga. Bahwa tidak semua manusia memiliki harga diri dan kehormatan dan tidak semua orang bisa menerima sebuah ketulusan. Terimakasih sudah bersedia mengisi hariku meski terpaksa. Permisi silahkan lanjutkan permainan kalian."
Ia melenggang pergi meninggalkan ke empat gadis dengan raut wajah berbeda-beda. Entah apa yang mereka pikirkan, tapi sepertinya mereka tidak mendengarkan apa yang dikatakan Razka. Mereka kembali hanyut dalam obrolan mereka.
#Flshback off
Kini gadis itu berdiri di hadapannya dengan wajah tak bersalah. Razka mengangguk dan mempersilahkan duduk. Emil dengan cekatan membantu sementara Aisyah kembali ke kedainya.
Hari yang melelahkan untuk hati Razka yang kembali mengingat masa kehancurannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Ardika Zuuly Rahmadani
harta gk dibawa mati mbk luna😡😡😡
2021-07-19
1
Cristian Martahan Aruan
harta blm tentu bikin selalu bahagia
2021-01-27
1
Wati Simangunsong
bgtulah hati d tutupi dgn harta
2021-01-19
1