Takdir Cinta Ghayana
***
"Sekali tidak tetap tidak Ana. Sudah berapa kali lagi Abang tegaskan," ucap Ghafin penuh penekanan tentang rencana Ana yang ingin ikut berlibur bersama dengan nya dan juga Revan ke Paris.
"Kenapa sih Bang? Lagi pula aku juga tengah libur semester. Jadi tidak akan mengganggu waktu kuliah ku," jawab Ana yang saat ini tengah duduk dibangku perkuliahan.
"Pokoknya, untuk kali ini kamu tidak boleh ikut. Titik dan Abang tidak mau ada bantahan lagi,"
"Abang nyebelin,"
Ana pun langsung berlari kearah kamar nya dan menangis didalam sana. Ana tidak mengerti, kenapa Abang nya itu begitu tidak menyukai dirinya yang terus berusaha dekat dengan Revan.
Padahal kini usia Ana sudah memasuki usia 20 tahun dan sudah berstatus sebagai mahasiswa semester 4 disebuah universitas ternama.
Namun entah mengapa, Ghafin tidak juga memberikan restu nya untuk dekat dengan Revan, sahabat Ghafin sejak kecil.
Ana pun tidak kehabisan ide, Ana mengambil penerbangan di hari yang sama dengan Ghafin dan juga Revan namun dengan pesawat yang berbeda dan di waktu yang berbeda juga.
Namun hal itu Ana lakukan tanpa sepengetahuan siapapun, bahkan Mama Laras dan Papa Bian pun tidak mengetahui rencana putri bungsunya itu.
"Ghafin pergi dulu ya Ma, Pa," pamit Ghafin pada mama Laras dan juga papa Bian setelah selesai sarapan pagi itu.
"Iya sayang, hati hati dan jangan lupa kabari mama sama papa kalau sudah sampai, ya," jawab mama Laras saat mengantar putranya hingga teras rumah.
"Iya Ma, itu pasti. Adek masih belum mau keluar kamar?" tanya Ghafin karena sejak awal sarapan sang adik tidak memperlihatkan batang hidung nya.
"Mungkin masih marah. Pergilah, biarkan dia seperti itu dulu. Nanti juga tenang sendiri dan biasa lagi,"
"Baiklah, kalau begitu Ghafin pergi dulu ya Ma, Pa. Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Jangan lupa sholat Bang,"
"Iya Pa,"
Ghafin melambaikan tangan nya sebagai penutup perpisahan sementara antara dirinya dan juga kedua orang tuanya.
Setelah mobil Ghafin menghilang, mama Laras dan papa Bian pun kembali masuk kedalam rumah.
Namun saat keduanya masuk kedalam, alangkah terkejutnya keduanya saat mendapati Ana turun dari lantai atas dengan koper berukuran sedang ditangan nya.
"Loh sayang, kamu mau kemana? Kok bawa koper?" tanya mama Laras langsung menghampiri sang anak untuk memastikan kemana Ana akan pergi.
"Ya liburan lah Ma, memang nya cuma Bang Ghafin doang yang bisa liburan. Ana juga bisa,'
"Memang nya kamu liburan kemana? Dan sama siapa?" tanya papa Bian posesif.
"Sama Rena Pa, dan kita mau ke Jogja. Kita mau liburan di rumah neneknya Rena yang ada di sana,"
"Baiklah, sekarang kamu akan pergi kemana? Bandara apa stasiun kereta? Biar papa yang antar,"
"Stasiun saja Pa, kayanya seru tuh naik kereta. Pesawat terus gabut,"
"Kamu kesana sendirian?"
"Iya Ma, Rena kan sejak awal liburan sudah di sana. Jadi nanti dia jemput aku di stasiun atau di bandara. Tapi kayanya seru naik kereta deh, ke stasiun saja ya Pa,"
"Boleh, tapi kamu yakin bisa pergi sendirian?"
"Iisstt Papa, bisalah. Aku ini kan sudah dewasa Pa, masa naik kereta saja nggak bisa,"
"Baiklah, Ma. Tolong ambilkan kunci mobil sama dompet Papa ya, Papa mau antar putri kita yang bawel ini,"
"Iya Pa, tunggu sebentar,"
Mama Laras pun langsung beranjak menuju ke kamar pribadi nya untuk mengambilkan kunci mobil dan juga dompet milik suaminya yang akan mengantar putri bungsu mereka yang akan pergi berlibur.
Setelah mendapatkan apa yang dia cari, mama Laras pun kembali menemui suami dan anak gadisnya. Untuk memberikan kunci mobil dan juga dompet milik sang suami.
"Hati hati ya sayang, kabari Mama dan Papa saat sudah sampai di sana,"
"Siap Ma, Ana pergi dulu ya,"
"Iya sayang, hati hati."
"Siap Ma, ayo Pa. Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, fii amanilah sayang,"
Mama Laras pun kembali melepas putrinya untuk pergi berlibur sebelum kembali disibukan dengan segudang tugas dari kampus dimana Ana saat ini mengenyam pendidikan di sana.
Ana begitu tertarik dengan desain interior, hingga dia pun akhirnya mengambil jurusan itu, dan saat ini sudah berjalan di tahun kedua Ana berstatus sebagai mahasiswi desain interior.
Laras begitu bersyukur karena sudah diberi kesempatan untuk kembali bernafas setelah pernah dinyatakan meninggal dunia setelah melahirkan Ghafin dulu.
Namun sebuah mukjizat datang, saat detik terakhir dirinya kembali diberikan kesempatan untuk kembali bernafas dan hingga saat ini. Laras pun bisa merasakan bagaimana proses dan bagaimana rasanya mengikuti tumbuh kembang kedua anaknya.
***
***
"Aku pergi dulu ya Pa,"
"Iya, hati hati sayang,"
Papa Bian pun kembali melajukan mobilnya setelah memastikan jika sang anak sudah memasuki kereta yang akan membawanya ke kota gudeg, Jogja.
Namun tanpa Papa Bian ketahui, jika Ana kembali turun dari kereta dan pergi mencari sebuah taksi yang akan membawanya kembali ke Bandara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
meli andriyani
hadir kak setelah tamatin kisah paras dan bian
2024-10-21
0
Capricorn 🦄
k
2024-09-05
0
Capricorn 🦄
keren
2024-08-04
0