Bab.19

***

"Abang kangen sama kamu Dek," bisik Ghafin saat membalas pelukkan Ana yang begitu erat membelit ditubuh kekarnya.

"Maaf, maafkan Ana Bang. Maafkan atas sifat kekanak kanakan Ana selama ini,"

"Ssttt, tidak sayang. Kamu tidak salah. Seharusnya Abang yang minta maaf,"

"Kita lanjut ngobrolnya di rumah yukk Bang. Ga enak kalau, disini dilihatin orang,"

"Baiklah, Abang menginap dirumah kamu, boleh?"

"Boleh, tapi dirumah Ana hanya ada satu kamar tidur,"

"Tidak apa apa, Abang bisa tidur di sofa,"

"Baiklah, yukk kita pulang. Ah iya, lalu, bagaimana dengan Rey?"

"Kita pulang satu mobil saja. Kita antar Rey dan Revan pulang ke apartemen Rey dulu nanti kita baru pulang ke apartemen kamu, gimana?"

"Kita pulang sama sama saja Bang. Kebetulan kita tinggal dalam satu gedung apartemen," sela Rey yang mendengar pembicaraan Ghafin dan juga Ana.

"Begitukah, baiklah kalau begitu. Ayo masuk semua, kita pulang sekarang,"

Namun saat Ana melepas pelukkan nya ditubuh Ghafin, seketika netranya bertemu dengan sepasang mata yang menatap ka arahnya dengan tatapan sendu, penuh dengan kerinduan.

Ana pun menampilkan senyum manis yang biasa dia perlihatkan pada sosok itu. Senyum yang selalu memberi kedamaian dan ketenangan bagi pria yang kini memasuki usia 30 tahun itu.

"Hai Bang, apa kabar?" sapa Ana dengan perasaan yang bercampur aduk. Namun kini sudah jauh lebih ringan dan tanpa adanya lagi rasa sesak yang dulu pernah membuat Ana kesulitan meski hanya sekedar untuk bernafas.

"Baik An, kamu sendiri, bagimana?"

"Seperti yang Abang lihat. Aku baik baik saja dan masih sibuk dengan pekerjaan,"

"Sudah sudah, kita lanjut dirumah saja ngobrolnya biar lebih santai,"

"Baiklah,"

Semuanya pun kompak masuk kedalam satu mobil yang dibawa Ghafin. Ana duduk dijok bagian depan berdampingan dengan Ghafin yang tengah memegang kendali akan lajunya kendaraan roda empat itu.

Sedangkan Rey dan Revan duduk dijok bagian belakang. Sepanjang pejalanan menuju ke apartemen Ana suasana didalam mobil masih terasa begitu canggung.

Ana sendiri lebih banyak diam dan hanya sesekali saja mengeluarkan suaranya itu pun saat Ghafin bertanya.

Selanajutkan, akan kembali terdiam dan lebih memilih untuk menyimak pembicaraan ketiga pria yang ada bersama dengan nya dalam satu mobil.

Dan setelah 30 menit berkendara, mobil Ghafin pun mulai memasuki area baseman gedung dengan menggunakan kode akses dari Ana.

Setelah memarkirkan mobilnya di tempat yang masih kosong, ketiganya pun turun dari mobil dan langsung beranjak menuju ke lift yang akan membawa mereka ke lantai dimana unit milik Ana dan Rey berada.

"Kalian bertetangga?" tanya Ghafin saat tiba di unit milik Ana yang ternyata disamping nya itu adalah unit milik Rey.

"Iya, aku baru tinggal disini. Awalny aku tinggal di asrama kampus, tapi karena harus magang dan lokasi kampus cukup jauh dari perusahaan tempat aku magang jauh jadi aku pilih apartemen yang dekat dengan perusahaan dan harga nya juga terjangkau untuk kami para mahasiswa yang keuangan nya masih terbatas. Dan salah satu rekan kerjaku merekomendasikan tempat ini, dan tidak disangka. Aku tinggal bersebelahan dengan Ana," jelas Rey panjang kali lebar.

"Ya udah kalau begitu, kita berkumpul ditempat Ana saja. Sudah lama kita tidak kumpul bareng jugakan? Gimana An, bolehkan kalau kita kumpul ditempat kamu?" ajak Ghafin pada Reyy dan juga Revan. Dan juga meminta ijin pada sang pemilik unit yang akan mereka tempati untuk berkumpul.

"Iya boleh, ayo. Masuk saja,"

Akhirnya ketiga pria itu pun ikut masuk kedalam unit milik Ana. Ketiganya langsung menempati ruang keluarga yang merangkap sebagai ruang tamu juga.

Ana sendiri langsung masuk kedalam kamar untuk berganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai dan nyaman untuk digunakan dirumah.

"Abang buat minuman saja dulu, Ana ganti dulu baju. Nanti habis itu Ana akan masak untuk makan malam kita,"

"Baiklah, apa lebih baik kita pesan saja? Kamu terlihat cape, jangan sampai kamu terlalu lelah Dek,"

"Enggak kok Bang, lagi pula aku sudah terbiasa masak sendiri. Jadi tidak masalah, sebentar ya, aku ganti baju dulu. Dikulkas ada makanan, keluarkan saja, lumayan untuk teman mengobrol,"

"Baiklah, Abang ambil ya?"

"Iya Bang,"

Ana pun langsung melesat kedalam kamarnya. Sementara itu Rey dan Revan tampak duduk disofa, menunggu Ghafin yang tengah membuatkan mereka kopi.

Setelah beberapa menit berlalu, Ana pun akhirnya keluar dari dalam kamar dan langsung menuju ke arah dapur untuk membuat menu makan malam.

Melihat kesibukan yang dilakukan Ana, Rey pun akhirnya bangkit lalu menghampiri ANa yang tampak repot sendiri di mini dapur miliknya.

"Sini biar aku bantgu potong sayuran nya," ucap Rey sembari mengambil pisau yang ada ditangan Ana lalu memulai memotong motong sayuran yang ada di atas meja.

"Ayo, kamu yang masak biar aku yang memotong semua bahan nya," lanjut Rey saat melihat Ana hanya diam menatap tak percaya pada pemuda itu.

Terbangun dari lamunannya, Ana pun mulai bergerak kearah kompor untuk memulai acara masak memasaknya.

Kedua orang yang tengah berjibaku didepan kompor itu, terlihat begitu kompak dan itu tidak luput dari kedua pasang mata yang sedari tadi memperhatikan keduanya.

Dan saat melihat bagaimana kompaknya Ana dan Rey yang tengah berkegiatan didepan kompor, membuat Revan merasa tidak suka melihat kedekatan keduany.

Bahkan Revan tiba tiba merasa kesal sendiri saat Ana tetawa lepas saat bersama dengan adiknya itu.

Terpopuler

Comments

Athallah Linggar

Athallah Linggar

Loh ga pny hak marah ya begoo ,dli loh ga anggep ana ngapain skrng ga suka😡😡😡😡😡😡😡😡😡😡😡

2024-01-25

0

Srimulyani

Srimulyani

jangan luluh ana

2024-01-14

0

Wanti Suswanti

Wanti Suswanti

nah gitu tau kan rasanya gimana kalau lagi cemburu..

2023-11-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!