Pertemuan pertama

Disini lah Anyiler saat ini berada, duduk di salah satu restoran yang kemarin diberikan oleh ibu tiri nya menjual nya sebagai penebus hutang mendiang ayah nya, lama dia menunggu, namun tidak ada satupun orang yang menghampirinya, sampai dia merasa jenuh karena terus menunggu.

"Nona Anyiler"

Anyiler pun menoleh ke sumber suara yang memanggil nama nya, wanita itu mengajaknya ke suatu tempat yang dia sendiri tidak tahu seperti apa.

Sepanjang jalan menuju tempat yang di maksud oleh wanita itu, pandangan Anyiler tidak lepas dari ballroom yang dihias dengan sangat cantik, sepertinya tempat ini tengah dipersiapkan untuk pesta resepsi pernikahan.

Indah sekali.

Batin Anyiler sambil terus menatap ke arah pelaminan, dia menggelengkan kepala nya saat membayangkan kalau dirinya lah yang menjadi pengantin wanitanya.

"Silahkan masuk Nona"

"Terima kasih"

Pandangan Anyiler menyapu ruangan serba luas di depan nya, beberapa orang wanita dengan seragam yang sama membungkukkan tubuh nya, Anyiler menatap heran saat dengan semua itu, dia yang ingin memprotes tindakan mereka pun terhenti saat orang yang membawa nya itu meminta nya untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sana.

Tanpa banyak bertanya, Anyiler duduk disana sambil memperhatikan meja yang penuh dengan alat make up di atas nya, dia pun mulai dirias dengan sangat telaten oleh beberapa orang.

Kini wajah cantik nya telah disulap menjadi lebih elegan, dia menatap tidak percaya dengan wajah nya sendiri yang tampak begitu cantik saat di make up seperti itu, maklum saja dia tidak pernah melakukan itu semua, yang ada di pikiran nya hanya kerja, kerja dan kerja.

"Mari Nona, kenakan gaun pengantin nya"

"Ha!" Beo Anyiler yang seakan tidak mendengar apa yang dikatakan oleh staf kecantikan itu, lagi-lagi Anyiler tidak bisa membantah atau menolak semua itu.

Dengan langkah gontai, Anyiler  menyeret tubuhnya mendekati sebuah gaun yang terpasang pada patung maneki yang kini ada di depan nya, gaun putih tulang dengan taburan mutiara dan berlian yang disusun dengan sangat cantik ditambah dengan kalung berlian yang melingkar di leher jenjang nya.

Jangan lupakan mahkota mutiara yang juga mempercantik rambut hitam yang tergerai di punggung nya.

Anyiler tidak dapat menjelaskan dengan kata-kata tentang gaun cantik yang ada kini dia kenakan, sangat pas di tubuh ramping nya.

"Nyonya anda cantik sekali" puji salah satu staf yang membantu nya mengenakan gaun tersebut.

Mendengar pujian itu, hanya senyum simpul yang terpatri di bibir nya, namun senyum itu hilang begitu saja saat seseorang masuk kedalam ruangan itu dengan wajah congkak, hawa panas menyelimuti ruangan besar itu, seakan dia berada di tengah gurun dengan panas matahari yang begitu menyengat.

Kibasan tangan kanan laki-laki itu membuat semua orang yang ada di sana keluar dengan tergesa, seakan mereka berebut udara bebas yang ada di luar sana.

"Mulai saat ini aku adalah calon suamimu, patuhi semua apa yang aku katakan kalau kau tidak ingin merasakan apa yang tidak pernah kau bayangkan sebelum nya, mengerti"

"Iiiyyaaa, Tuan"

"Bagus, sekarang tampilkan senyum bahagia mu, tunjukan pada semua orang bahwa kau adalah wanita paling bahagia karena telah menikah dengan ku"

Mereka pun turun dengan tangan Anyiler yang merangkul suami nya, mereka berjalan menuju altar dengan pemuka agama yang telah hadir di sana.

Janji suci telah terucap, dua anak manusia itu kini telah resmi menjadi sepasang suami istri menurut hukum agama dan negara.

Pesta resepsi digelar malam hari, dimana Anyiler yang tiba-tiba menghentikan langkah nya saat sampai di depan ballroom yang menjadi tempat resepsi pernikahan nya, baru tadi bagi dia membayangkan, bagaimana kalau dia yang jadi pengantin dan duduk di singgasana itu.

Ternyata Tuhan mengabul kan dengan cepat doanya, saat ini dia benar-benar menjadi pengantin wanita nya, Anyiler menatap ke arah suami nya yang sama sekali tidak menganggap kehadiran nya, tatapan suami nya itu lurus kedepan seakan dia tidak ada di sana, bahkan saat tahu undangan memberikan ucapan selamat, laki-laki yang sejak tadi pagi resmi menjadi suami nya itu hanya menampilkan wajah datar, tanpa ekspresi sama sekali.

Bukan hanya selama pesta berlangsung, saat ini saja ekspresi suami nya itu tetap sama, meski kedua nya sudah berada di dalam kamar pengantin yang dihias dengan indah, taburan kelopak mawar merah memenuhi lantai, juga sepasang angsa yang membentuk hati di atas ranjang pengantin membuat Anyiler meneguk ludah nya.

Apa ini saatnya, saat dimana dia akan menyerahkan sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya itu kepada suami nya, Anyiler yang larut dalam pikiran nya tersentak saat mendengar suara menggelegar dari suami nya.

"Apa kau tuli haa, aku memanggil ku sejak tadi dan kau masih tetap di sini"

"Aaahh…sakit Tuan" ringkis Anyiler saat tangan nya ditarik dengan kasar oleh Darren menuju kamar mandi.

"Cepat siapkan air mandi nya, aku mau mandi!" Perintah Darren menghempaskan tangan Anyiler yang memerah akibat cengkraman tangan nya.

Anyiler pun melakukan apa yang diperintahkan suami nya itu, bahkan gaun pengantin nya juga ikut basah karena terkena air.

"Tuan air nya sudah siap"

"Lamban"

"Cepat bantu aku mandi"

"Tapi…!" 

"Jangan terus membantahku sialan, lakukan saja apa yang aku katakan, apa kau paham haah!"

Dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuh nya, Anyiler memandikan Darren yang kini tengah menikmati pijatan tangan mungil Anyiler.

Bukan hanya membantu mandi, Anyiler juga harus membantu pria itu mengenakan pakaian nya.

"Ambilkan aku minuman aku haus!" Perintah nya sambil duduk di sofa dengan sebelah kaki bertumpu di sebelah kaki satu nya.

Plak…

"Apa yang kau lakukan sialan, dimana mata itu haah, selain dengan kaki kau juga harus jalan menggunakan mata mu!" Hardik Darren saat Anyiler tidak sengaja menumpahkan air di gelas yang di bawah nya.

Salah satu kaki nya tersandung kaki meja yang membuatnya kehilangan keseimbangan hingga membuat gelas yang ada di tangan nya terjatuh mengenai wajah Darren.

"Aaahh…" 

"Kau benar-benar membuat ku muak!" 

"Bersihkan dirimu dan cepat tidur, aku mengijinkanmu tidur di ranjang bersama ku tapi jangan harap aku mau menyentuhmu"

Marah Darren dengan tangan nya itu mencengkram kedua pipi wanita itu yang kemudian dia hempaskan begitu saja, membuat tubuh mungil Anyiler terhuyung ke lantai, Darren merebahkan dirinya di ranjang, tanpa mempedulikan Anyiler yang sedang terduduk di lantai dengan deraian air mata nya.

Anyiler tidak lagi bisa menahan suara tangis nya yang memecahkan keheningan malam, malam yang seharusnya menjadi malam penuh gairah bersama suami nya, seperti pasangan pengantin baru pada umum nya.

Terpopuler

Comments

Metta Mo

Metta Mo

kok ada orang kek gitu ya.. hmmm.. 🤔🤔 gemes pen nyentil ginjalnya 🤣🤣

2023-06-20

1

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

astaga, kau nikah buat status doank Darren🙄

2023-06-01

1

Maria_azis

Maria_azis

kalau aku g mau masuk, maunya di masukin bagaimana 🙄

2023-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!