chapter 8

Ting!

Pintu lift terbuka, Dan disini lah fasyin berada. Ia berdiri tegap didepan pintu yang merupakan ruangan dimana Arya bekerja. fasyin mencoba untuk menarik nafasnya dengan perlahan! jujur saja saat ini fasyin sedikit gugup, karna ini adalah hari pertamanya bekerja, dan juga ini pertama kalinya ia akan bertemu dengan anak dari bos nya itu.

"huh! kira kira gimana ya, wajah anak dari boss ku ini." gumam fasyin pada dirinya sendiri

sekilas bayangan masuk begitu saja kedalam fikiran fasyin tanpa diminta. dirinya membayangkan jika arya yang ia temui ini adalah seorang pria tua, jenggotan, dan juga memiliki perut buncit dan kumis yang tebal. seketika tubuhnya merinding karna ulah bayangannya sendirinya. fasyin berdehem sebentar lalu ia mencoba menarik nafasnya secara perlahan. fasin mulai mengangkat tangan nya untuk mengetuk pintu tersebut. akan tetapi hanya tangan lah yang bergerak mengetuk, sedangkan kepalanya menunduk fokus menatap lantai, ini adalah kebiasan nya sedari dulu yang tak dapat ia ubah sampai detik ini. fasyin juga tidak tau pasti kenapa harus seperti itu.

tok!

tok!

tok!

suara ketukan pintu membuat arya dan juga edwin kompak menoleh ke arah pintu, mereka terdiam beberapa detik saling lirik satu sama lainnya. sampai akhirnya edwin lah yang memulai untuk berbicara terlebih dahalu.

"siapa? kok tumben ngetok pintu? Biasa kalo tante kan pasti nyelonong aja. " Cecar Edwin pada Arya dengan wajah polosnya

Arya hanya mendengus mendengar rentetan kalimat yang keluar dari sekretaris alias sahabat nya ini. Apakah Edwin buta? Sudah jelas didepan matanya saat ini Arya tengah duduk bersamanya. Jika Edwin bertanya kepada nya lalu ia harus bertanya pada siapa? Kan jelas mereka berdua sama sama duduk didalam satu ruangan

"Lo buta atau bodoh sih. Lo tanya gue, terus gue harus tanya kesiapa? Udah jelas jelas dari tadi gue duduk disini sama lo. Terus lo dengan gampangnya nanya siapa yang ngetuk pintu ke gue. Gila lo ya! " Omel Arya sembari menggeleng geleng kan kepalanya

Edwin mengatup bibirnya dengan rapat. Benar apa yang dikatakan oleh Arya, sudah jelas, bahkan sangat jelas jika Arya berada di hadapan nya dan satu ruangan pula. Kenapa ia malah bertanya kepada Arya yang sudah pasti jawabannya Arya dan juga dirinya akan sama. Yaitu tidak tau

"Lama banget sih. Timbang buka pintu aja, " Ucap fasyin yang sudah lelah berdiri. Dirinya sudah lelah sedari tadi karna pintu yang ia ketuk tak kunjung terbuka. Ia menarik nafasnya dengan dalam dan pelan. Fasyin mulai mengangkat tangan nya ke udara guna mengetuk kembali pintu tersebut.

Tok!

Tok!

Tok!

"Tuh kan. Siapa sih? Apa jangan jangan demit ya? Secarakan kalo karyawan nggak mungkin. Ini kan jam makan siang, udah pasti seluruh karyawan menuju kantin kantor atau bahkan caffe terdekat untuk mengusir rasa lapar diperut mereka." Cecar Edwin beruntun. Terdengar jelas ada nada takut disana yang dapat Arya tangkap

"Demit. Demit. Mana ada siang siang gini demit. Kalo ada sekali pun yang ada tuh, demit udah Kabur duluan kalik, karna ngeliat muka lo. " Cibir Arya pada Edwin. Edwin sedari dulu memang memiliki sifat penakut, terlebih lagi jika dengan urusan mistis mistis seperti ini

Sementara Edwin tak menjawab. Ia hanya mencebikan bibirnya dengan kesal. Apakah yang dikatakan Arya memang benar, jika dirinya bertemu dengan demit, maka demit itulah yang kabur setelah melihatnya. Apakah wajahnya sejelek itu hingga membuat demit pun tak sudi untuk melihatnya.

Arya beranjak dari duduknya. Ia sedikit penasaran siapa yang mengetuk pintu tersebut. Jika itu karyawan nya, maka sudah pasti Arya hapal. Karna memang jika karyawan nya yang mengetuk pasti akan bersuara. Lalu kenapa yang ini malah tidak? Jika yang datang adalah mama nya. Kenapa tidak langsung masuk saja tanpa harus mengetuk pintu terlebih dahulu seperti kejadian beberapa hari lalu.

Ceklek!

"Aw. Aw. Aw."

Kegiatan fasyin terhenti karna mendengar suara orang yang mengaduh, ditambah dengan suara ketukan juga sudah tidak ada. Bukan kah ketika kita mengetuk pintu maka akan terdengar suara yang begitu kuat, dan juga keras. Namun yang fasyin rasakan saat ini bukanlah pintu, melainkan seperti tubuh manusia. Merasa ada yang tidak beres, fasyin pun dengan segera menghentikan aktifasnya dan dengan cepat mendongak.

Ia cukup terkejut, melihat seorang pria dewasa, tampan dan juga tubuhnya yang atletis. Tak lupa juga aroma maskulin menguar dari tubuh pria itu. Fasyin terlihat terpesona tanpa ia sadari ia sudah menatap ciptaan Tuhan yang dihadapan nya ini, dengan decak kagum. Bagaimana tidak kagum. Jika pria yang dihadapan nya ini mirip sekali dengan aktor aktor Korea yang pernah fasyin lihat dari ponsel jadul miliknya. Dengan mata yang warna hitam legam. Rahang tegas ditumbuhi bulu bulu halus dipipi pria itu. Hidung mancung seperti perosotan anak kecil ditaman bermain. Oh jangan lupakan dengan badannya yang penuh sekali otot-otot yang begitu besar. Apalagi dengan kemeja Arya yang ia gulung sampai batas siku, dan tak lupa juga bulu lebat dan juga urat urat terlihat menonjol ditangan Arya.

Arya menautkan alisnya pertanda bingung, ia sebelumnya sama sekali belum pernah melihat  anak kecil berada dikantornya. Apalagi dengan penampilan yang sederhana milik fasyin. Namun biarpun sederhana akan tetapi semua itu tertutupi dengan wajahnya yang cantik. Kulit putih bersih. Hidung mancung. Warna mata emerald, bulu mata lentik. Alis sedang, tidak tebal dan juga tidak tipis. Pandangan Arya jatuh pada bibir ranum berwarna pink alami milik fasyin tersebut.

Tanpa sadar, Arya menelan ludahnya dengan kasar. Ia tidak tau apa yang terjadi pada dirinya, ketika melihat wanita yang berada dihadapan nya ini. Arya dapat merasakan jantungnya bertalu talu dua kali lebih cepat dari biasanya. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Atau seperti inikah rasanya jatuh cinta, saat pandangan pertama? Arya terus menerus memandangi wajah cantik fasyin. Pun dengan fasyin yang juga turut memandangi Arya. Ia sadar dan ia ingin sekali memutuskan kontak mata tersebut, namun hati dan pikiran nya saat ini  tidaklah sejalan.

"Woi! Kalian ngapain adu tatap tapan giitu he? Mau adu tatapan, siapa yang menang maka bakal dapat piala atau apa gitu. " Ucap Edwin membuyarkan lamunan mereka, dan membuat mereka menjadi berdehem canggung.

Fasyin sendiri merutuki kebodohannya, karna telah dengan lancang menatap pria yang tampan itu begitu lama. Jika saja ia berada di negara Korea, maka sudah pasti hidup fasyin akan terkena masalah. Karna di sana dilarang menatap seseorang ataupun lawan jenis, lebih dari 3 detik, maka dinyatakan sebagai pelecehan. Apakah hal seperti itu berlaku juga di Indonesia? Fasyin tidak tau pasti, yang jelas ia benar benar tidak sengaja

"Jawab woi. Malah diem aja. Berasa ngomong sama patung gue., " Sarkas Edwin kesal karna sedari tadi ia diabaikan begitu saja. Bahkan Arya sama sekali tidak berniat untuk menjawab atau apapun itulah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!