chapter 6

Pagi menjelang. fasyintelah siap dengan pakaian  yang rapi. ia pagi pagi sekali sudah bangun dan berberes untuk berangkat kerja. hari ini adalah hari pertamanya bekerja, ia harus tampil serapih mungkin.

"udah siap nduk?"tanya bik surti memasuki kamar milik fasyin

"sudah bik, bibik belum berangkat?" tanya fasyin kembali bertanya

"bibik nunggu kamu, ntar kalo udah dijemput baru bibik berangkat."

tin!

tin!

tin!

"baru saja diomongin eh udah nyampe." senyum fasyin

"yasudah sok kta keluar, biar nggak lama nunggu nya."ucap bik surti. fasyin mengangguk mereka pun dengan segera keluar dan bertemu dengan supir yang menjemput fasyin.

"benar ini teh rumahnya non fasyin?" tanya pak rahmat supir dari keluar bagaskara

"benar pak! ini rumahnya. bapak apakah pak rahmat, yang disuruh bu mega untuk jemput saya." tanya fasyin sopan

"benar nama saya rahmat. saya ditugaskan untuk anter jemput non fasyin."jawab si pak rahmat

"jangan panggil non, panggil fasyin atau nak juga nggak papa pak."ucap fasyin tak enak hati

"ah yasudah kalo begitu. ayo berangkat." ajak pak rahmat

"pak rahmat. saya titip anak saya ya pak," ujar bik surti

"siap buk." jawab pak rahmat

"nia berangkat ya bik! assalamualikum." pamit nia seraya mencium tangan bik surti

"waalaikumsalam."

fasyin pun menaiki mobil, dan pak rahmat mulai menjalankannya denga kesempatan sedang.

tin!

tin!

"kasian kamu nduk. kenapa nasibmu harus seperti ini. semoga aja ini adalah awalan yang baik untukmu dan anakmu. sungguh kejam sekali orang tua mu nduk. seharusnya dia bisa memberikan kamu kesempatan untuk berbicara, tapi apa! dia sama sekali tidak memberikan mu kesempatan sama sekali." gumam bik surti sambil terus memandangi mobil yang dinaiki fasyin tadi.

bik surti pun kembali masuk kedalam rumahny, untuk mengambil dagangannya. setelah selesai ia pun mengunci pintu rumah miliknya

"bibik."panggil seseorang

langkah bik surti terhenti ketika ada seseorang yang memanggil namanya.

Bik surti menoleh. Dan betapa terkejut nya ia, ketika melihat nyonya keduanya tepat dihadapan nya

"Loh nyonya! Nyonya ngapain disini. Dan dari mana tau alamat rumah kami. Terus sama siapa nyonya datang kemari. " Ucap bik surti beruntun. Ia sudah celingak celinguk mencari keberadaan seseorang tapi tidak ada. Hanya ziah seorang dirilah yang berkunjung

"Haha bibik ini. Satu satu kalo nanya mah. Kan saya bingung mau jawab yang mana dulu." Ucap ziah tertawa kecil

Ya yang datang berkunjung adalah ziah. Dan yang memanggil tadi adalah ziah. Bik surti merasa heran. Kenapa nyonya nya itu bisa tau alamat rumah mereka. Dan kenapa juga bisa pagi pagi buta sudah tiba ditempatnya. Dari jam berapa kira kira ziah berangkat dari jakarta menuju bandung.

"Maaf nyah! Habisnya saya bingung. Kenapa nyonya bisa ada disini. " Balas bik surti

"Saya berangkat sendiri bik. Saya juga berangkat dari jakarta tengah malem banget. Saya kesepian, terus kepikiran tentang nia bik. " Ucap ziah lesu

"Oh iya. Ini bibik mau kemana? Terus nia nya mana? Dia sehatkan bik? Terus gimana dengan kandungannya? Aman kan ya? Kok dari tadi saya nggak lihat nia ya. " Ucap ziah yang tanpa sadar mengikuti gaya bicara surti

Bik surti hanya tertawa kecil saja melihatmu nyonya keduanya ini. "Saya mau kepasar jualan ini, kue. Kalo nonton nia baru aja berangkat kerja. Alhamdulillah non nia sehat kandungannya juga sehat. " Jawab bik surti

"Apaaa! Nia kerja? Kok bibik izinin sih. " Kaget ziah

"Hmm, udah saya larang! Tapi non nia kekeuh mau kerja. Katanya mau nabung buat biaya persalinan nya nantik. Ya maklum lah nyah! Uang hasil jualan cuma cukup untuk makan sehari sehari, " Jawab bik surti seadanya

Mendadak lutut ziah terasa lemas. Sesusah inikah hidup yang fasyin alami. Ia harus bekerja demi biaya persalinan nya nanti. Bahkan nia sama sekali tak ingin merepotkan bik surti.

"Ya ampun anak itu benar benar ya. Kalo terjadi sesuatu dengan kandungan gimana. Haduh" Ucap ziah tak habis pikir

"Begitulah nyah! Sudah saya bilangin tapi non nia bilang dia bakal hati hati. Saya mau jualan dulu kalo gitu nyah. Keburu siang ntar. Nyonya tunggu disini aja ya. Ini kunci rumahnya, " Ucap bik surti menyodorkan satu buah kunci

"Bibik jualan dimana? Saya ikut. " Ucap ziah yang tak ingin ditinggal

"Jangan! Saya jualannya dipasar, disana pasti kotor lebih baik nyonya menunggu dirumah ini saja. " Cegah bik surti mana mungkin ia membiarkan nyonya keduanya ini untuk mengikuti nya kepasar. Sudah jelas jelas tidak akan selevel dengan dirinya, yang selalu berbelanja di mall, yang selalu terkena AC. Sedangkan dipasar kotor, panas dan juga bau.

"Alah pasar doang mah nggak papa kali bik. Toh juga dulu sebelum saya nikah sama mas Diki. Mainan saya juga kepasar kok. Tapi tunggu dulu! Saya mau taruh bawaan saya kedalam rumah bik, " Jawab ziah

Bik surti tak dapat berkata apa apa lagi. Jika nyonya nya ini sudah berkata demikian, ya apa boleh buat. Ia pun kembali membukakan pintu rumahnya, dan membiarkan ziah meletakan barang barang yang ia bawa kedalam. Setelah selesai. Bik surti kembali mengunci pintu tersebut, dan pergi kepasar diiringi oleh ziah dari belakang. Tak lupa ziah juga membantu membawakan barang dagangan milk surti.

Bik surti merasa bersyukur karna diberikan nyonya yang sebaik ziah. Bahkan tingkat kebaikan nya sama seperti nyonya pertamanya, yaitu dewi. Biasanya kan jika memiliki ibu tiri. Pasti akan bersifat angkuh dan juga jahat kepada anak tiri maupun pelayan. Pasti akan bersikap semena mena, dan akan berbaik hati ketika suaminya pulang. Akan tetapi ini justru kebalikannya. Dimana sang ayahlah yang jahat, kepada anaknya bahkan tega mengusirnya.

*****

"Kita sudah sampai nak nia, " Ucap pak rahmat membangunkan nia

Ya. Nia saat ini telah tiba dikediaman keluarga bagaskara. Karna bangun yang terlalu pagi membuat nia mengantuk, dan tertidur selama perjalanan. Bangun bangun dia sudah tiba saja ditempat kerjanya

"Oh maafkan nia ya pak. Nia jadi ketiduran. " Ucap fasyin tak enak

"Nggak papa nak. Yasudah kalo gitu selamat bekerja, bapak mau parkirin mobil dulu. " Ucap pak rahmat yang dibalas anggukan oleh fasyin.

Fasyin turun dari mobil. Dan melihat Keselilingnya, sungguh rumah yang begitu besar dan juga mewah. Rumah yang fasyin lihat seperti rumah rumah yang ada di film Korea, yang ber-genre mafia mafia. Terdapat air pancur ditengah halaman yang begitu luas. Bahkan jika dilihat dari pagar saja, mungkin jaraknya cukup jauh. Untung nya pak rahmat membawa ia langsung didepan pintu. Jadi ia tak perlu lagi berjalan sejauh itu.

Sungguh rumah yang begitu mewah dan megah. Taman nya yang begitu indah. Entahlah, fasyin seperti merasakan berada di surga. Fasyin yang tengah asik melamun dikagetkan dengan suara seseorang

"Ekhem." Ucap orang tersebut

Fasyin terlonjak kaget. Ia pun menoleh kebelakangnya dan mendapati sepasang suami-istri yang tengah berdiri dihadapan nya

"Fasyin ya?, " Ucap wanita tersebut menghampiri

Fasyin mengangguk, seraya mengikuti langkah wanita tersebut.

"Kamu benar mau bekerja? " Tanya wanita tersebut sambil menelisik penampilan fasyin

"Iya buk. Ibu bu mega? " Tanya fasyin

Wanita itu tersenyum lembut. "Iya saya mega dan ini suami saya. Namanya bramantyo. " Ucap mega memperkenalkan diri nya dan juga suami

Fasyin mengangguk pelan. Sembari mencium kedua tangan mereka secara bergantian.

"Ayo masuk dulu. Kita tanya tanya didalam. Biar enak ngobrol nya, " Ucap mega.

Lagi lagi fasyin hanya bisa mengangguk saja dan mengikuti sepasang suami-istri itu masuk.

"Silahkan duduk. " Ucap mega mempersilahkan.

Mega dan bramantyo pun duduk disofa, sedangkan fasyin memilih untuk duduk di lantai

"Eh eh. Kenapa malah duduk di lantai. Diatas duduknya " Cegah mega

"Enggak enak buk. Masa saya harus duduk diatas kan saya hanya asisten rumah tangga, nggak sopan. Lagian seperti ini juga nyaman kok bu. " Jawab fasyin

Bramantyo dan mega saling lirik. Kemudian mengikuti fasyin duduk di lantai juga

"Loh bu tuan. Kenapa duduk di lantai. " Heran fasyin

"Enggak enak. Masa kita diatas kamu malah dibawah. Jadi samaan ajalah, " Jawab bramantyo

Fasyin pun mau tak tau harus duduk diatas, agar sepasang suami-istri itu juga duduk diatas. Nggak etis rasanya jika majikan juga ikut duduk dibawah.

"Nah gini kan enak. " Canda mega.

"Berapa umur mu nak? " Tanya bramantyo

"Delapan belas tahun tuan. " Jawab fasyin

"Masih muda. Kamu sudah menikah? " Tanya bramantyo

Fasyin menggeleng, dan hal tersebut membuat mega dan juga bramantyo saling lirik. Bukan kah mega mengatakan jika yang ingin bekerja dengan mereka ini sudah menikah dan sedang hamil. Lalu apakah ia salah orang.

"Ini beneran  fasyin kan? " Ucap mega memastikan kembali

"Iya buk saya fasyin syafania. Memang saya yang mau bekerja sama ibu dan tuan. " Jawab fasyin

"Tapi bukannya kamu waktu itu bilang sama saya. Kalo kamu lagi hamil? Terus saat ditanya sudah menikah apa belum. Kenapa kamu malah jawab belum? " Ucap mega

Fasyin menundukan kepalanya. Ia mencoba menarik nafasnya dengan pelan. Agar ia bisa menceritakan yang sesungguhnya pada bos nya ini. Urusan ia ditolak atau tidaknya itu biarlah menjadi urusan belakangan.

"Saya belum menikah tuan. Buk. Saya memang hamil. Tapi kehamilan saya adalah kecelakaan. " Ucap fasyin.

Ia pun mulai menceritakan semua yang ia alami dengan jujur, tanpa ada satupun yang ia tutup tutupi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!