chapter 11

"Tuan. Apa ada sesuatu? " Tanya fasyin ketika melihat Arya hanya berdiam saja setelah memanggilnya

"nggak papa, nggak jadi." jawab arya. hanya kalimat itu saja yang terlintas diotaknya.

"oh yaudah. saya permisi." jawab fasyin sedikit membungkuk

arya hanya mengangguk saja. lalu ia pun kembali kemeja kerjanya dan mulai memeriksa beberapa berkas

"ngapain lo cuma berdiri aja disitu. kerja sono!" usir arya pada edwin

jam kantor sudah lanjut tapi edwin sama sekali tak beralih dari posisinya, ia masih saja berdiri tegap sambil melirik ke arah arya.

"santai kali! kayanya ada yang lagi berbunga bunga nih. tapi apa ya?" ejek edwin mengetuk dagunya dengan satu jari

"maksud lo?" jawab arya tak paham

"dasar cepu! udah deh, lo jujur aja sama gue. lo pasti ada rasakan sama ART baru lo itu."

"enggak. apaansih lo, jangan ngada ngada deh lo." kilah arya

dirinya tidak tau mengapa edwin malah menanyakan hal tersebut padanya yang bahkan arya sama sekali tidak tau apa yang telah terjadi padanya

"mungkin sekarang lo belum sadar dengan perasaan lo. tapi gue saranin, lo mending cari cewe yang masih gadis aja. cari yang belum punya lakik, entar yang ada lo malah jadi pebinor lagi."

"pebinor?" beo arya menautkan kedua alisnya.

" iya pebinor, alias perebut bini orang. kalo gue sih amit amit ya."ucap edwin mengetuk meja dua kali lalu bergantian ke kepalanya

"ngomong apaan sih lo, mana mungkin gue suka sama art baru itu. gila ya lo."

"udah! udah! lanjut sama pekerjaaan lo sono. bukannya kerja malah bahas yang bukan bukan, mau gajih lo gue potong." omel arya

"ck! iya iya. ah nggak asik" jawab edwin lalu pergi dari sana.

baru saja arya hendak melanjutkan pekerjaannya, tiba tiba edwin kembali muncul dengan meyembulkan setengah dari kepalanya seraya berkata

"ingat pesen gue, hati hati dengan ucapan. hari ini bilang nggak, eh tau taunya besok malah bucin akut"

Bugt!

"pergi nggak lo!" usir arya  sambil melempar beberapa berkas. untung saja edwin dengan cepat menutup kembali pintu tersebut, jika tidak. maka habis sudah wajah yang menurutnya tampan itu, akan lecet jika terkena beberapa lembar kertas.

"nggak mungkin kan kalo gue suka sama art baru itu? masa iya, selera gue sekarang sama istri orang sih." gumam arya pada dirinya sendirinya

Tiba tiba saja Arya melamun dan tersenyum sendiri, ketika mengingat senyum manis milik fasyin. Arya tak membayangkan betapa cantiknya fasyin ketika tersenyum. Senyum yang begitu manis ditambah dengan lesung pipi disebelah kirinya yang semakin membuat ia terlihat cantik dan manis.

"Ngapain gue mikirin art baru itu. " Ucap Arya setelah sadar dari lamunannya, ia pun langsung saja menggeleng pelan. Kemudian melanjutkan kembali pekerjaan nya.

"Assalamu'alaikum." Ucap fasyin ketika sudah tiba di rumah bos nya

"Waalaikumsalam. Udah pulang ternyata, gimana? Habis nggak makanannya? " Ucap mega.

"Terus tadi kamu nggak nyasarkan? Maksud saya kamu nggak salah masuk ruangan kan. " Lanjutnya lagi

Dirinya tengah bersantai diruang tamu sambil membaca majalah. Dan kebetulan sekali fasyin pulang dan langsung saja ia menanyakan nya.

"Enggak kok bu! Awalnya sempat bingung. Tapi ketemu sama resepsionis nya terus langsung ditunjukin dimana letak ruangan tuan Arya. "

"Kalo makanannya. Habis kok bahkan kering nggak ada yang tersisa sedikitpun. " Ucap fasyin

Mega tersenyum. Jarang sekali Arya makan hingga tak tersisa seperti itu, biasanya selalu saja tersisa walaupun sedikit. Dan hari ini Arya makan dengan banyak itu karna sop buatan dari fasyin.

"Wah bagus deh kalo gitu! Saya suka, karna masakan kamu Arya makannya banyak banget. Kalo gitu karna pekerjaan kamu udah beres kamu boleh pulang. " Ucap mega

Fasyin mengangguk. "Baik bu, kalo gitu nia pamit pulang. Tapi sebelum itu nia mau letakan kotak bekal ini. " Jawab fasyin dan mega hanya mengangguk saja.

Lalu fasyin menuju dapur untuk meletakan kotak bekal tersebut. Tak lupa ia juga mencucinya agar tak membuat bik yem kelelahan akibat terlalu banyak kerjaan.

Setelah selesai, nia melap tangannya hingga kering lalu ia pun bergegas untuk pulang. Setelah beberapa beberapa menit diperjalanan. Fasyin pun tiba di rumah nya

"Makasi pak. "

"Sama sama neng. " Jawab pak rahmat

Tin!

Tin!

Pak rahmat melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Meninggalkan halaman rumah fasyin. Fasyin berbalik lalu melangkah ke rumahnya.

"Assalamu'alaikum, " Ucap fasyin mengulurkan tangannya untuk mencium tangan bik surti

"Waalaikumsalam! Eh udah pulang. Gimana pekerjaan nya nduk? Apakah melelahkan, " Tanya bik surti

"Alhamdulillah, nggak capek kok bik. Kerjaan nia cuma nganter makan siang, sama nyuci baju aja. " Jawab fasyin setelah meneguk habis satu gelas air

"Baguslah kalo gitu. Ingat harus hati hati ya nduk."

"Iya bik. Bibik tenang aja. "

"Kamu udah makan? "

"Belum bik. Bibi masak apa? " Tanya fasyin

"Nah kebetulan, bibi hari ini masak cah kangkung, tempe dan tahu bacem."

"Wiih, pasti enak. Nia jadi laper bik, " Ucap fasyin antusias

Tempe dan tahu bacem adalah makanan kesukaan nya sedari dulu. Jadi tak heran jika fasyin begitu terlihat antusias sekali. Apalagi ini adalah masakannya bik surti, menurut fasyin hanya olahan bik surti lah yang paling enak ketimbang yang biasa orang orang jual diluaran sana.

"Eh nanti dulu! Panggil mama, ajak makan bareng sama kita nduk. " Cegah bik surti ketika melihat fasyin sudah meyendok nasi kedalam piring

"Mama? " Beo fasyin tak mengerti

Fasyin menautkan kedua alisnya. Mama? Mama siapa yang bik surti maksud. Bukankah mereka hanya berdua saja di rumah Ini.

"Iya. Mama ziah. Tadi pagi pagi sekali mama kamu datang kesini. Dia juga nolongin bibik jualan. "

"Ha? Kok bisa. Terus dimana mama bi? "

"Ada dikamar. Tadi bibik suruh istirahat. Sana bangunin terus ajak makan. Kasihan mama kamu belum ada makan dari pagi tadi. "

Fasyin mengangguk lalu menuju kamarnya dengan segera untuk membangunkan ziah.

****

Brum!

Brum!

Brum!

Mobil mewah dan mahal memasuki halaman kantor AR Group. Para karyawan yang berlalu lalang menatap mobil tersebut. Tentu saja mereka kenal dan bahkan hafal sekali dengan wajah siapa si pemilik mobil mewah dan mahal tersebut.

Siapa lagi kalo bukan Naura adiyaksa. Seorang model cantik asli bandung, namun mengembangkan bakatnya di Paris, hingga ia bisa sukses seperti sekarang.

Naura adiyaksa adalah sahabat kecil Arya. Dari duduk di bangku SMP Naura sudah jatuh hati kepada Arya. Akan tetapi Arya tidak tau bahkan ia juga tidak sadar dengan perasaan yang Naura miliki.

Naura selalu menjaga Arya dari perempuan mana saja yang hendak mendekatinya. Naura sudah mengikuti klaim jika Arya hanya miliknya seorang. Jika ia tidak bisa memiliki Arya, maka tak seorang pun ada yang boleh memilikinya.

Akan tetapi itu semua hanya dulu. Tidak tau sekarang apakah naura masih meyimpan rasa pada Arya atau sudah tidak sama sekali.

Naura turun dari mobilnya dengan gaya anggun. Lalu berjalan dengan dagu yang terangkat tinggi dan melanggak lenggokkan pinggulnya.

Pakaian Naura cukup membuat mata akan terasa sakit bagi siapa saja yang melihatnya. Bagaimana tidak, jika pakaian yang Naura pakai adalah dress mini berwarna merah cabe. Jangan lupakan dandanannya yang tebal dan bibir merah merona.

Menurut Naura hal seperti itu adalah hal biasa mengingat bahwa ia adalah seorang model. Namun tidak bagi yang melihat gaya dan cara pakaian yang Naura pakai. Dimata mereka terkesan terlalu mencolok dan juga menor.

"Apa Arya ada diruangannya. " Ucap Naura pada resepsionis disana

Si resepsionis hanya mengangguk sambil berkata. " Tuan Arya ada. Tapi beliau sedang meeting nona. Kemungkinan meeting nya akan selesai tiga puluh menit lagi.

"Oh yasudah. " Jawab Naura lalu pergi dari sana, menuju ruangan Arya.

Biarkan saja Arya sedang rapat ia akan menunggu di ruangan Arya sambil bersantai santai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!