chapter 2

"Sudah nduk. Jangan dipikirin lagi, sekarang ayo kita pergi dari sini. " Ucap bik surti

"Yasudah ayo bik. " Jawab fasyin

Mereka berdua pun akhirnya keluar dari rumah mewah tersebut. Sungguh berat fasyin untuk sekedar melangkahkan kakinya pergi meninggalkan rumah itu. Sudah 18 tahun, ia tinggal dan besar di rumah itu. Dan sekarang ia harus pergi meninggalkan rumah tersebut, hanya karna ia mengandung yang entah anak dari siapa. Bagi fasyin biarlah ia hidup sebagai pembantu sekali pun dirumah itu, asalkan ia masih bisa melihat papanya. Walaupun papanya tidak pernah menganggap nya ada, setidaknya dengan menyiapkan makan dan melihat wajahnya saja sudah lebih dari kata cukup.

Fasyin mendongak, melihat rumah yang menjulang tinggi tersebut. Entah sampai kapan ia harus pergi meninggalkan rumah tersebut.

"Non, ayo! Itu taksinya udah dateng, " Ucap bik surti membuyarkan Lamunan fasyin

"Ah, iya bik, " Jawab fasyin dan langsung saja masuk kedalam taksi. Cukup lama perjalanan yang mereka tempuh, dan sepanjang perjalanan fasyin hanya bisa melamun memikirkan bagaimana nasib dirinya dimasa depan. Apakah diumurnya yang terbilang masih muda ini, bisa mengurusi anak seorang diri? Dan apakah bisa ia menjadi ibu yang baik kedepannya. Karna selama hidup nya, fasyin hanya menghabiskan waktu dengan berdiam diri dirumah, seperti membereskan rumah, menolong para pelayan di dapur. Ia bahkan tidak memiliki teman dan juga ia tidak pernah bersekolah sekalipun. Itu karna Diki tidak ingin jika fasyin bersekolah, ia malu jika nanti ada orang lain yang mengetahui bahwa fasyin adalah anak dari istri pertama. Jika digugurkan, fasyin merasa tidak tega dengan bayi yang tengah ia kandung, karna mau bagaimana pun bayi itu tidaklah bersalah. Biarlah apa kata orang nanti. Yang jelas ia akan merawat dan membesarkan anaknya semampu yang ia bisa

Tapi jangan salah. Walaupun fasyin tidak pernah bersekolah sekalipun. Tapi fasyin terbilang cukup pintar. Karna bik surti selalu mengajarkan fasyin baca tulis. Walaupun tidak seperti guru yang ada pada umumnya, tapi bik surti mahir mengajarkan fasyin dalam pelajaran apapun itu. Walaupun hanya dengan alat tulis seadanya, tak membuat bik surti maupun fasyin bermalas-malasan untuk belajar.

"Apa masih jauh bik, rumahnya? " Tanya fasyin memulai obrolan setelah sadar dari lamunannya

"Enggak non. Sebentar lagi kita sampai kok. "

"Hmm, bik. Maafin nia ya, karna nia bibik juga harus ikut pergi dari rumah papa. "

"Jangan ngomong gitu non, ini sudah jadi keputusan bibik untuk ikut pergi bersama non. "

"Tapi bik. Nia nggak bisa gajih bibik, karna nia nggak punya uang. "

"Bibik nggak minta digajih. Bibik juga ikhlas nolong kamu. Lagian rumah yang akan kita tinggalin nanti juga, pemberian dari mama mu. Untuk melanjutkan hidup, jangan dipikirkan itu biar menjadi pikiran bibik saja. "

"Sekali lagi terima kasih bik. Kalo nggak ada bibik, nia nggak tau harus pergi kemana. "

"Nggak perlu berterima kasih nduk. Ini sudah kewajiban bibik. Cuman ini yang bisa bibik bantu. Selama ini nyonya selalu membantu bibik, mungkin saat itu jika nyonya tidak membantu bibik. Bibik pasti udah mati kelaparan dijalanan nduk. Ini semua belum seberapa, sekarang istirahat lah. Sebentar lagi kita akan sampai, ntar bibik bangunin, "

Fasyin menurut. Ia pun memejamkan matanya, dan mulai tertidur dengan pulas. Sementara bik surti tersenyum lembut menatap fasyin

"Kasihan sekali nasib mu nduk. Kamu masih kecil tapi harus sudah menanggung beban seberat ini. " Gumam bik surti pelan

Ya, bik surti dulunya hanyalah seorang pengemis jalanan, yang hidupnya luntang lantung tidak memiliki tujuan. Beruntung nya waktu itu bik surti bertemu dengan dewi, dan ditolong oleh dewi, diberikan tempat tinggal, pakaian dan juga pekerjaan. Itulah kenapa bik surti baik pada fasyin. Karna hanya ini yang dapat bik surti lakukan, untuk fasyin.

Beberapa jam diperjalanan. Akhirnya mereka tiba di kota bandung. Dan telah tiba juga dirumah yang bik surti maksud

"Nduk bangun. Kita sudah sampai. " Ucap bik surti membangun fasyin.

Fasyin tersentak, dan perlahan membuka matanya

"Udah sampe bik." Gumam nya sambil mengucek mata

"Sudah nduk. Ayo kita turun, " Jawab bik surti. Mereka pun turun dari taksi, tak lupa bik surti membayarnya

"Nah sekarang kita akan tinggal disini. " Ucap bik surti sambil berjalan masuk kedalam rumah tersebut

Fasyin melihat lihat kesekitarnya. Sungguh ia merasa kagum melihat rumah tersebut. Memang tidak sebesar rumah papanya, tapi rumah itu juga tidak kalah sama bagusnya.

"Kecil yo nduk rumah nya. " Ucap bik surti

"Nggak apa apa bik. Ini juga bagus kok rumahnya, nggak besar kaya rumah papa, tapi disini terasa nyaman banget. Bibik lihat. bahkan disini juga ada tamannya. Cuma sayang, semua bunga yang ada disini udah pada lagu lagu. " Jawab fasyin, merasa sayang dengan taman bunga tersebut

"Iya nduk. Taman itu dulunya mama kamu yang buat, cuma karna mama mu menikah. Bibik terpaksa harus ikut kejakarta, dan ninggalin rumah ini. " Ucap bik surti

"Oh gitu. Nggak papa bik, ntar kalo ada waktu luang biar nia aja yang ngurusin kebun Ini. Sayang banget kalo nggak kepake. Padahal kalo dilihat lihat tanah nya subur, lihatlah rumput rumput yang tumbuh disekitarnya, " Jawab fasyin

Dirinya memang hobi sekali bertanam tanaman, sifatnya sebelas dua belas seperti ibunya, yaitu dewi. Dewi memang menyukai tumbuhan apapun itu. Itu sebabnya dimana ia tinggal, selalu ada taman bunga. Baik kecil atau pun luas yang penting harus ada taman. Karna menurutnya, jika memiliki masalah baik besar atau pun kecil masalah tersebut. Maka solusinya adalah ke taman. Dengan melihat lihat bunga yang beraneka ragam bentuk dan juga warnanya, dapat membantu menghilangkan setres. Dan hal itu menurun pada sifat fasyin yang juga menyukai tanaman. Dirumah lamanya, terdapat satu taman kecil milik mamanya. Dan fasyin selalu pergi kesana, jika sang papa selesai memarahinya. Ia akan melakukan sesuatu sebentar, agar dapat menenangkan diri dari amukan sang ayah. Yaitu dengan cara, menyirami tanaman dan juga mencabuti rerumputan liat yang tumbuh disekitar tanaman bunga miliknya

"Iya boleh. Tapi ingat kamu sedang mengandung, jangan bekerja terlalu berlebihan. Agar janinmu nggak kenapa kenapa, " Jawab bik surti tersenyum lembut

"Iya bik. Nggak bakal berlebihan kok. Ntar kalo ada waktu senggang aja nia bersihin tamannya. " Ujarnya

"Yaudah. Sekarang kita masuk dulu, bibik mau bersih bersih didalem. Lama nggak ditempatin pasti banyak debu dan juga kotoran kotoran hewan. " Ucap bik surti

Fasyin mengangguk. Setelah pintu terbuka, memang benar aroma debu langsung tercium di indra penciuman mereka. Dan kotoran hewan juga berserakan dimana mana. Seperti kotoran tikus, tak lupa juga bau pesing yang begitu kuat.

Mereka berdua pun meletakkan barang barangnya dikamar masing masing. Setelah nya mereka membersihkan rumah tersebut bersama sama, tak lupa mereka juga menggunakan masker agar dapat mengurangi bau bau yang tak sedap. Lumayan lama mereka membersihkan rumah tersebut, dan cukup lelah juga. Karna mereka mengalihkan beberapa barang dan juga meja agar semuanya benar benar bersih dan tak meninggalkan debu sedikit pun. Sesekali fasyin istirahat, mengingat bahwa ia tengah mengandung. Kemudian ia berlanjut membantu bik surti menyapu dan mengepel, setelahnya mereka mengangkat meja dan beberapa barang lainnya lagi bersama.

"Huft! Akhirnya selesai juga ya bik. "Ucap fasyin tertuduk dilantai

" Iya bibik juga capek. Debunya banyak banget ya nduk, karna rumah ini udah lama nggak kepake. Tapi untung lampu dan yang lainnya nggak ada yang rusak. Jadi kita nggak perlu takut jika harus gelap gelapan. "Jawab bik surti ngos ngos'an

" Iya bik, itu aja udah bersyukur banget. Kalo gitu nia mandi duluan ya bik, bentar lagi juga mau magrib, "ucap fasyin

" Iya nduk. Sekalian bibik juga mau masak untuk makan malam kita nantik."jawab bik surti

Fasyin mengangguk, kemudian ia menuju kamarnya untuk mengambil handuk dan dengan segera mandi, sebelum magrib tiba. Sambil menunggu fasyin selesai mandi. Bik surti menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Kebetulan sebelum berangkat, bik surti menyempatkan mengambil beberapa makanan dari rumah Diki, untuk ia dan juga fasyin makan.  Bik surti tidak menyolong, tapi ziah lah yang memberikan makanan serta sayuran untuk bik surti bawa. Tak lupa ziah juga memberikan sedikit uang untuk menanggung biaya hidup bik surti dan juga fasyin untuk sementara. Tentu saja hal itu ziah lakukan tanpa sepengetahuan Diki, jika Diki tau. Tentu saja ia akan marah besar dan terus saja berceramah sepanjang hari.

Beberapa menit berlalu. Fasyin telah selesai mandi, begitupun dengan vik surti yang juga telah rapi. Mereka berdua terlihat lebih segar karna selesai mandi. Berbeda dengan pertama kali mereka masuk ke rumah tersebut. Begitu acak acakan dan juga kumel.

Tok!

Tok!

Tok!

"Bibik udah siap masak nya? Kalo belum nia mau bantu. " Tanya fasyin dari luar kamar bik surti

Ceklek!

" Sudah nduk. Bibik udah siap dari tadi, Udah waktunya makan malam, yuk makan dulu. "Jawab bik surti

" Kirain nia belum. Tadinya nia mau bantu tapi nia telat yah, maafin nia ya bik. Karna nia nggak nolongin bibik, "ucap nya tak enak, karna membiarkan bik surti memasak seorang diri

" Jangan ngomong gitu. Bibi nggak kecapean banget kok. Kalo mau bantu bibi masa. Lain kali aja. Sekarang kita makan dulu. "Ucap bik surti

Fasyin mengangguk, mereka berdua pun menuju meja makan, dan mulai memakan makanan yang ada. Hening! Itulah yang terjadi. Hanya ada dentingan sendok dan piring saja yang saling bersahutan. Lima belas menit berlalu, kini mereka telah selesai dengan makan malamnya. Bik surti mencuci alat bekas makan mereka, sementara fasyin. Ia disuruh oleh bik surti untuk membersihkan meja saja. Awalnya fasyin lah yang ingin mencuci piring, namun bibik melarang nya. Takut takut saat fasyin mencuci piring, lantai licin dan mengakibatkan ia jatuh terpeleset. Fasyin pun menurut itu juga demi kebaikan nya. Lebih baik mencegah nya dari pada harus mengobati bukan.

"Sudah larut malam kenapa belum tidur non? " Tanya bik surti karna melihat fasyin terduduk didepan TV

"Nia nungguin bibik. Bibik udah selesai nyuci piring nya? " Tanya nya

"Sudah, "

"Yasudah. Kalo memang nggak ada lagi. Kita tidur ya bik. " Ucap fasyin

Bikk surti mengangguk, dan mematikan TV-nya. Mereka pun menunu kamar masing masing, guna mengistirahatkan diri

"Selamat malam bibik. " Ucap fasyin sebelum masuk ke kamarnya

"Malam juga nduk. Jangan lupa berdoa ya, " Balas bik surti tersenyum. Fasyin mengangguk dan langsung menuju kamarnya. Dan berebahkan tubuhnya dikasur. Tak butuh waktu yang lama, ia sudah tertidur dengan Nyenyak nya memasuki alam mimpi.

Terpopuler

Comments

Partiah Yake

Partiah Yake

tv nya mesti model jadul ya😀

2023-05-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!