“Aku mau ke rumah kamu ya sepulang sekolah, boleh ‘kan?”
“Boleh banget dong, biar ketemu Mama aku ya,”
“Iya kangen banget sama Tante Rina,”
Vindra membuka pintu mobil dan membantu Anin untuk duduk dengan nyaman di dalam mobilnya. Setelah itu Ia menutup pintu dan berdiri di depan mobilnya menunggu sang kekasih.
“Zeline pulangnya masih lama nggak ya? Atau gue anterin Anin dulu ke rumah gue biar ketemu Mama terus gue ke sini lagi jemput Zeline?”
Vindra bimbang ingin meninggalkan sekolah sekarang atau nanti saja. Sebab Anin ingin berkunjung ke rumahnya, sementara Zeline belum keluar juga dari kelasnya.
“Ah ke kelasnya Zeline deh, gue mau liat dia masih belajar atau lagi ngapain sih?”
Vindra akan melangkahkan kakinya namun tiba-tiba jendela mobilnya dibuka oleh Anin yang memanggilnya dua kali.
“Kenapa, Nin?”
“Kamu mau kemana? Ayo pulang, kok malah mau pergi lagi sih?”
“Aku mau liat Zeline dulu sebentar, dia kayaknya ada materi tambahan deh, aku biasanya juga nunggu di depan kelas dia,”
“Oh, jangan-jangan Zeline emang ada materi tambahan. Ya udah kita pulang duluan aja, atau nanti kamu jemput Zeline di sini, ribet ya?”
“Aku pastiin dulu ya, barangkali dia udah siap mau pulang biar kita pulang bareng,”
Setelah berkata seperti itu Vindra langsung bergegas meninggalkan area parkiran menuju kelas sang kekasih.
Begitu tiba di depan kelas Zeline, Vindra langsung melihat suasana di dalam dengan bersembunyi dibalik pintu yang terbuka.
“Ternyata Zeline masih belajar. Kayaknya dia masih lama deh. Itu si Anin takut kelamaan nunggunya. Ya udah deh antar Anin ke rumah dulu abis itu baru jemput Zeline,”
Karena melihat Zeline masih serius belajar, belum ada tanda-tanda akan pulang. Semua anak masih fokus memperhatikan apa yang sedang diterangkan oleh pengajar. Maka dari itu Vindra mengambil keputusan untuk mengantarkan Anin dulu ke rumahnya, baru setelah itu Ia kembali lagi ke sekolah untuk menjemput Zeline.
“Woy Vin, balik lo?”
“Iya,”
“Kelas Zeline belum ada yang keluar tuh, lo balik sendiri?”
Seorang siswa menyapa Vindra yang baru saja menjauh dari kelas Zeline. Vindra tentu tidak langsung pergi begitu saja, Ia menjawab pertanyaan Galih dulu.
“Nggak, gue balik sama Anin,”
“Hah? Sama Anin? Jadi Zeline ditinggal dong?”
“Nggak ditinggal, nanti—“
“Ya ditinggal lah. ‘Kan lo mau balik sama Anin doang, terus Zeline masih di sekolah,”
“Nanti gue jemput Zeline di sini sekarang gue mau antar Anin dulu ke rumah gue soalnya dia mau ketemu nyokap gue,”
“Oalah, ya udah hati-hati kalau gitu,”
“Iya thanks, gue duluan ya,”
Galih menganggukkan kepalanya. Membiarkan Vindra berlari kecil kembali ke area parkir. Ketika melihat pintu mobilnya dibuka oleh Anin, Vindra langsung mempercepat langkah kakinya.
“Anin,”
Anin gagal menurunkan kakinya karena tiba-tiba Vindra datang dengan wajah paniknya. “Kamu ngapain sih? Kamu kok mau keluar?”
“Aku mau nyamperin kamu. Gimana Zeline? Belum pulang ya?”
“Belum, Zeline masih belajar. Jadi aku antar kamu aja dulu ke rumah. Terus aku ke sini lagi untuk jemput Zeline,”
“Emang nggak apa-apa?”
“Ya emang kenapa? Nggak masalah, nanti aku ke sini lagi jemput Zeline, nggak mungkin aku main pulang aja,”
“Kamu capek lho bolak balik. Emang Zeline harus selalu pulang sama kamu ya?”
“Ya…nggak juga sih, cuma aku aja yang pengen pulang sama Zeline, kebiasaan kayak gitu soalnya. Selagi ada kesempatan buat pulang bareng ya pasti pulang bareng. Soalnya ‘kan aku lagi nggak ada kegiatan di luar sekolah, terus Zeline juga gitu, cuma beda jam pulang aja dikit,”
“Ya udah kalau gitu kita tunggu Zeline aja biar sekalian pulang bareng, daripada kamu bolak balik bakal capek,”
“Nggak apa-apa kok, serius aku nggak masalah. Yang penting kamu nggak nunggu lama di sini,”
“Aku nggak apa-apa nunggu lama, kamu tenang aja,”
“Jangan deh soalnya Zeline pulangnya belum tau kapan. Ayo aku antar kamu ke rumah aku supaya aku tenang abis itu aku ke sini lagi deh jemput Zeline,”
“Ya udah kalau gitu,”
Vindra tetap pada keputusannya yaitu mengantarkan Anin terlebih dahulu ke rumahnya setelah itu barulah Ia akan datang lagi ke sekolah untuk menjemput kekasihnya.
Walaupun tidak ada peraturan bahwa Ia harus selalu pulang bersama Zeline tapi selagi ada kesempatan pulang bersama Zeline, maka tidak akan Ia lewatkan. Hari ini Zeline hanya pulang terlambat saja bukan ada kegiatan di luar sekolah jadi mereka bisa pulang bersama.
*****
“Minta correction tape dong,”
Zeline menyerahkan apa yang diminta oleh temannya setelah itu fokus lagi memperhatikan gurunya menyampaikan materi tambahan.
Hari ini guru mata pelajaran Biologi mendadak minta waktu tambahan untuk menyampaikan materi, itulah sebabnya Zeline dan teman-teman sekelasnya belum pulang juga sementara siswa lain sudah keluar dari kelas sejak tadi.
“Udah jam empat nih, semangat udah kendor dari tadi, ngantuk, capek, pengen balik. Lo kok keliatannya masih fokus aja sih? Nggak ngantuk?”
Zeline menoleh ke samping dimana temannya bernama Andin melontarkan pertanyaan kepadanya. Andin heran dengan Zeline yang kelihatan tidak ada masalah sedikitpun meskipun jam pulangnya jadi terlambat. Malah Zeline tetap kelihatan fokus.
“Ngantuk sih, tapi berusaha untuk ditahan supaya nggak tidur terus diomelin dan disuruh pulang,”
“Ih kalau gue mah mendingan disuruh pulang ketimbang bertahan di sini, males banget gue. Capek, Zel, pengen rebahan. Gue ‘kan kaum rebahan. Biasanya udah pulang, udah enak-enakan di atas kasur, eh ini malah—“
“Ada apa, Zeline, Andin?”
“Oh nggak, Bu,”
“Iya nggak apa-apa kok, Bu,”
Zeline menahan tawanya ketika Andin tidak berkutik ketika ditegur oleh guru mereka. Andin tidak mampu menyampaikan keinginannya untuk pulang dan tidur. Padahal tadi menggerutu.
“Udah nggak sabar pulang ya? Tenang, ini udah mau pulang kok. Silahkan kalian beres-beres terus pulang. Langsung pulang ya, istirahat, jangan kemana-mana lagi,”
“Yess,”
Beberapa anak tidak bisa menahan ungkapan bahagia mereka. Akhirnya pulang juga. Walaupun jarang sekali ada materi tambahan sampai pulang sore seperti saat ini, tapi tetap saja bagi mereka menyebalkan ketika jadwal pulang jadi terlambat.
“Materi yang belum sempat dikasih kemarin udah Ibu kasih hari ini sekalian sama materi hari senin yang akan datang karena Ibu nggak bisa hadir makanya sekalian hari ini. Tapi hari senin bakal Ibu kasih tugas. Maaf untuk kekurangan hari ini dari Ibu. Terimakasih untuk perhatiannya, Assalamualaikum,”
“Siap, Bu, Waalaikumsalam,”
Zeline menghela napas lega setelah kegiatan pembelajarannya berakhir. Ia langsung menyimpan semua peralatan belajarnya ke dalam ransel kemudian bergegas meninggalkan kelas.
Zeline bergegas ke kelas Vindra. Ia terkejut ketika melihat kelas Vindra yang ternyata sudah kosong tanpa penghuni.
“Lho, Vindra udah pulang ya? Kok kelas nya kosong sih?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments