“Aku aja yang nyebrang ke minimarket, kalian berdua masuk mobil suluan ya,”
“Okay, hati-hati ya, Vin,”
Vindra tersenyum dan menganggukkan kepalanya mendengar pesan Zeline supaya Ia berhati-hati ketika menyebrang. Setelah Vindra berjalan menjauh, Zeline mengajak Anin untuk masuk ke dalam mobil.
“Nin, masuk mobil aja yuk,”
“Okay,”
Seperti apa yang disampaikan Vindra tadi. Mereka berdua menunggu di mobil, sementara Vindra ke minimarket untuk membeli minuman dan makanan ringan.
Vindra tahu Zeline masih menginginkan es teh, meskipun sudah minum jus akhirnya memutuskan untuk membeli teh dalam kemasan botol saja yang dijual di minimarket. Kemudian Vindra juga bertanya apa yang diinginkan oleh Anin. Berbeda dari Zeline, Anin ingin makanan ringan.
Akhirnya setelah menyantap bakso, mereka bertiga berpencar. Vindra ke minimarket, smenetara Zeline dan Anin duduk di mobil. Lima menit Zeline dan Anin diam di mobil, tiba-tiba Anin hendak keluar dan itu membuat Zeline bingung.
“Anin, kamu mau kemana? Di mobil aja. Nanti Vindra balik dari minimarket kita langsung pulang lho,”
“Aku lupa, aku butuh kayuputih. Bentar ya, aku ke minimarket dulu,”
Anin langsung keluar begitu saja mengabaikan larangan Zeline yang memanggil-manggilnya. “Nin, kita ‘kan bisa telepon Vindra aja dan minta tolong dia untuk beli kayuputih,” ujar Zeline seraya menyusul keluar juga dari mobil.
Ucapan Zeline sepertinya tidak sampai lagi ke telinga Anin. Karena Anin tetap saja menyebrang, dan baru juga tiba di depan minimarket, tiba-tiba Zeline melihat Anin disenggol oleh motor hingga terjatuh kemudian motor itu pergi begitu saja tidak menunjukkan tanggung jawabnya. Bahkan sekedar membantu Anin untuk berdiri dan bertanya keadaannya saja tidak. Motor itu benar-benar pergi dengan kecepatan tinggi.
“Ya Allah, Anin,”
Zeline langsung bergegas cepat menghampiri Anin. Tapi sayang keadaan jalanan yang ramai sedikit menyulitkan Zeline untuk cepat lebih sampai. Zeline harus lebih sabar sedikit menunggu ada kendaraan yang mau membiarkan Ia menyebrang.
Setelah menunggu sekitar lima detik, barulah Zeline berhasil menyebrangi jalan yang ramai dengan kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Zeline takut kenapa-napa juga.
Zeline langsung berjongkok dan melihat kaki Anin yang berdarah dan Anin menangis saat ini. “Ya Allah, Nin. Aku bilang tadi kita hubungin Vindra aja, kamu nggak perlu ke minimarketnya,”
Vindra keluar dari minimarket dan Ia terkejut melihat Anin terduduk di aspal, dan Zeline berjongkok dengan wajah paniknya, sedangkan Anin tidak tahu bagaimana ekspresinya karena posisi Anin membelakangi pintu minimarket.
“Astaga, Anin kamu kenapa?”
Vindra terkejut bukan main ketika melihat kaki Anin berdarah dan Anin menangis. Kemudian Vindra menatap Zeline.
“Ini gimana ceritanya? Kok Anin bisa berdarah begini? Kamu dimana emangnya? Nggak sama Anin? ‘Kan udah aku bilang, tunggu di mobil aja, ngapain sih harus ke sini?”
“Anin mau beli minyak kayuputih katanya, aku udah bilang telpon kamu aja nggak perlu ke sini tapi Anin nya tetap jalan, Vin. Terus ada motor yang nyenggol Anin dan Anin langsung jatuh, Aku—“
“Astaga, ya kenapa kamu nggak buru-buru cegah Anin?”
“Aku udah—“
Vindra berdecak, dan langsung meminta Zeline untuk menyingkir sebab Ia akan menggendong Anin dan membawanya masuk ke mobil.
Vindra pergi dengan menggendong Anin, dan tidak sadar kalau Zeline berada di belakangnya dengan hati yang sakit. Ucapan Vindra seolah-olah menyalahkan Zeline yang gagal mencegah Anin untuk pergi ke minimarket.
Zeline menarik napasnya dengan sulit. Dadanya terasa berat seperti ada yang ditekan, ternyata sesak juga dianggap bersalah padahal tidak melakukan kesalahan oleh orang yang dicintai. Setelah membuatnya tersinggung, Vindra langsung pergi begitu saja membawa Anin, menyebrang sendiri, tidak menoleh ke belakang sedikitpun untuk memastikan Zeline mengikutinya.
Setelah Vindra membawa Anin duduk di kursi depan, dan Vindra menyusul masuk ke dalam mobil, barulah Vindra sadar bahwa di mobil ini kurang satu orang penumpang. Tadi ada dua perempuan, sekarang baru satu saja dan itu sahabatnya. Sementara kekasihnya belum ada.
Vindra melihat Zeline yang akan menyebrang, tapi sedang menunggu kendaraan yang mau mengalah sebentar membiarkan Ia untuk menyebrang dulu.
“Aduh perih banget,” keluh Anin sambil meringis.
“Aku nggak ada kotak P3K lagi, kita ke apotek dulu ya, atau aku ke minimarket itu kagi kali ya? Barangkali di sana ada—“
“Eh nggak usah, kita pulang aja yuk. Aku obatin di apartemen aku aja deh,”
“Kamu yakin? Nggak kelamaan?”
“Nggak kok,”
“Nanti keburu infeksi,”
“Nggak, aku mau obatin di apartemen aja. Ayo pulang, Vin,”
“Tapi itu Zeline lagi mau nyebrang,” ujar Vindra seraya menatap ke arah Zeline lagi sebum akhirnya mengambil keputusan untuk menghampiri Zeline yang memang kerap takut-takut bila akan menyebrang. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada kekasihnya, dan Ia juga tidak mau kalau menunggu Zeline terlalu lama sebab Anin harus segera diobati.
Vindra menyusul Zeline, membantunya menyeberang tapi mulutnya terkunci dan Zeline menyimpulkan kekasihnya itu benar-benar kesal padanya.
Di tengah kaki mereka melangkah mendekati mobil, Zeline bertanya “Kamu marah sama aku? Emang salah aku ya? Anin ‘kan begitu karena kesalahan motor yang udah nyenggol dia dqn pergi gitu aja,”
“Sayangnya kamu nggak cepat ngelarang Anin,”
“Aku udah langsung larang Anin, Vin, tapi Anin tetap aja pergi. Dia langsung nyebrang, nggak dengerin kata-kata aku. Akhirnya setelah nyebrang malah disenggol sama motor terus motor itu pergi,”
“Intinya kamu kurang cepat,”
“Kamu kok nyalahin aku sih? Ini musibah Anin, Vin. Aku nggak salah, kamu—“
“Aku nggak nyalahin sih sebenarnya. Tapi menyayangkan sikap kamu aja,”
“Sikap aku gimana sih? Emang aku siam aja tadi pas Anin kena musibah? Hah? Aku langsung nyamperin dia kok, aku—“
“Usah deh jangan debat. Sekarang kita harus buru-buru ke apartemen Anin untuk ngobatin lukanya, dia nggak mau kita mampir dulu beli obat di apotek, dia mau ngobatin di apartemen nya aja,”
Zeline menghembuskan napas kasar. Ia mencoba untuk tenang, walaupun hatinya berontak tidak terima ketika sikapnya disayangkan oleh Vindra, padahal apa yang salah dari sikapnya? Ia sudah peduli pada Anin tadi. Ia benar-benar khawatir dengan kondisi Anin. Tapi sepertinya Vindra mengira bahwa Ia biasa saja.
Tanpa membukakan pintu seperti biasa untuk Zeline, Vindra langsung masuk mobil begitu saja meninggalkan Zeline yang semakin merasa sesak.
Zeline membuang napas kasar barangkali dengan itu, dadanya merasa lega. Setelah itu Ia duduk di kursi tengah. Kali ini berbeda, tempat yang biasa menjadi kursi duduknya kali ini ditempati oleh Anin.
“Zeline, aku minta maaf ya aku duduk di depan dulu. Aku juga nggak tau kenapa Vindra bawa aku duduk di depan,”
“Iya nggak apa-apa kok, Nin, santai aja,”
Vindra menatap Zeline yang dari suaranya sudah bergetar tapi berusaha Zeline tutupi. Vindra melihat Zeline tersenyum, suaranya juga dibuat seolah-olah Ia biasa saja.
“Kamu mau duduk di depan?”
“Nggak kok, aku di sini aja,”
“Daripada kamu nangis ‘kan, lebih baik pindah aja,”
“Yang nangis siapa sih? Aku nggak nangis,”
“Udah sini pindah depan, biar aku—“
“Nggak usah, Vindra! Aku di belakang aja. Aku nggak permasalahin tempat duduk kok, emang aku anak kecil yang susah diatur,” Tanpa sadar Zeline melampiaskan rasa kesalnya. Vindra sudah menyudutkannya akibat musibah yang dialami Anin, dan barusan Vindra seperti mengoloknya yang akan menangis. Kenyataannya memang seperti itu, tapi bisa tidak kalau Vindra itu diam saja? Tidak usah bicara apapun, biarkan Ia mengatur emosinya sendiri, biarkan Ia berhasil menahan tangisnya.
“Maksud aku tempatin Anin di depan, karena tadi buru-buru asal buka aja pintu mobil,”
“Ya udah nggak apa-apa, aku duduk dimana aja juga bisa, asal nggak atap mobil sama ban mobil,”
“Ya udah ayo pulang aku mau obatin luka aku,”
“Apa kita nggak mampir dulu ke apotek, Nin? Supaya lebih cepat obatin luka kamu, takutnya nanti infeksi,” ujar Zeline yang tidak ingin Anin terlalu lama mendapatkan penanganan pada luka di kakinya,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Suherni 123
vindra kudu di getok kepala nya
2023-10-10
1