“Zel, mulai sekarang kita bakal sering pulang bareng sama Anin nggak apa-apa ‘kan ya?”
“Iya nggak masalah kok,”
Seperti biasa, kalau sudah waktunya pulang, baik Zeline ataupun Vindra akan saling menunggu satu sama lain kalau salah satu diantara mereka pulang lebih dulu. Hari ini kebetulan yang keluar dari kelas lebih dulu adalah Vindra dan otomatis Vindra lah yang menunggu Zeline.
Melihat Vindra menunggu di depan kelasnya sudah menjadi hal yang biasa bagi Zeline. Tapi kali ini ada yang beda. Vindra tidak sendiri. Vindra bersama Anin dan itu cukup membuat Zeline bertanya-tanya.
Sebelum Zeline bertanya, Vindra sudah menjelaskan lebih dulu bahwa mereka akan sering pulang bersama Anin.
Zeline tidak masalah sama sekali. Sejak tahu kalau Anin itu sahabat dari kekasihnya, Zeline menganggap kalau Anin juga sahabatnya.
“Anin, pulang sama siapa? Bareng gue yuk,”
Ada seorang siswa bernama Agi yang tiba-tiba mengajak Anin pulang bersama ketika Anin berjalan ke area parkir bersama Zeline dan Vindra.
“Nggak, Anin pulang sama gue,”
“Bukannya lo pulang sama cewek lo, Vin?”
“Ya emang kenapa? Anin ‘kan sahabat gue, biar gue aja yang antar dia ke apartemen nya,”
“Oh gitu, ya udah. Next time pulang bareng gue ya, Nin,”
Anin tersenyum dan mengangguk. Setelah mendapat tanggapan dari Anin, Agi langsung bergegas pergi dengan motor besarnya.
“Agi naksir sama kamu kali tuh,” ujar Vindra.
“Cie Anin, Agi ganteng kok, Nin,”
“Dih muji Agi ganteng, kamu lupa pacar kamu jauh lebih ganteng, Zel?”
Zeline tertawa karena baru sadar kalau Ia tidak seharusnya memuji lelaki lain tampan sebab itu bisa membuat Vindra jadi sedikit tersinggung.
“Dasar posesif,”
Vindra tersenyum ke arah Zeline seraya menaikkan satu alisnya dan mengusap puncak kepala Zeline. Setelah tiba di area parkir, Vindra membuka pintu mobil di depan untuk Zeline, dan di belakang untuk Anin.
“Makasih ya orang ganteng,”
“Sama-sama, orang cantik,”
Zeline dan Vindra jadi saling memuji satu sama lain setelah Vindra seperti biasa membukakan pintu mobil untuk Zeline. Kali ini Vindra juga membukakan pintu mobil Anin.
“Duh, kuat nggak ya aku liat kemesraan kalian? Jadi pengen punya pacar juga deh. Ngomong-ngomong, makasih udah bukain pintu buat aku juga, jadi berasa princess deh aku,”
“Sama-sama,”
“Ini kita langsung pulang?” Tanya Anin.
“Gimana, Zel? Kamu mau langsung pulang atau mau kemana dulu?”
“Aku mau pulang aja, kita langsung pulang ya,” jawab Zeline yang merasa lelah dan bingung mau kemana, maka dari itu tujuannya sekarang adalah pergi ke rumah.
“Tapi aku mau ke kafe deh buat ngopi dulu, kalian setuju nggak?”
“Aku mau pul—“
“Ya udah ke kafe aja dulu, Anin lagi mau ke kafe tuh, sekalian aja kita ngopi bareng di sana,”
Walaupun sebenarnya Zeline ingin istirahat tapi Anin mau ke kafe, begitupun dengan Vindra yang ternyata memilih untuk memenuhi keinginan Anin daripada langsung pulang sesuai dengan permintaan Zeline.
Zeline menghela napas pelan kemudian mengangguk. “Ya udah terserah kalian aja,” ujar Zeline seraya tersenyum.
Zeline adalah tipe anak yang lebih suka langsung pulang ke rumah setelah pulang dari sekolah. Kecuali kalau ada keperluan yang mengharuskannya tidak pulang dulu.
“Kira-kira lama nggak di sana?”
“Nggak,”
“Nggak tau,”
Jawaban antara Vindra dan Anin berbeda. Vindra menjawab dengan tegas bahwa tidak akan lama, tapi kalau jawaban Anin masih belum pasti. Bisa lama, bisa juga sebentar.
“Jadi gimana? Lama atau nggak?”
“Emang kenapa? Kamu ada hal penting yang harus dikerjain di rumah ya, Zel?”
“Nggak sih, Nin. Cuma nanya aja aku,”
“Di kafe tuh seru, Zel. Kita ngopi sambil ngobrol-ngobrol, kadang nggak berasa taunya udah lama. Tapi kayaknya kamu capek ya? Ya udah kalau gitu nggak usah dulu ke kafe nya,”
“Ya jangan lah, aku juga pengen kok, Zeline juga ‘kan? Jadi kita ke kafe dulu bentar, butuh kopi nih biar tetap waras abis kuis di sekolah,”
“Iya ke kafe aja, aku setuju kok,”
“Nah ‘kan Zeline setuju. Ya udah kita ke kafe ya, mau ke kafe mana, Nin?”
“Ke kafe Ananta, tadi aku sempat browsing pas di sekolah, nggak jauh dari sini,”
“Oh itu mah sering jadi tempat aku sama teman-teman aku ngerjain tugas,”
Berhubung Vindra sudah tahu dimana jafe itu berada, jadi Vindra tak perlu arahan dari internet ataupun Anin yang punya gagasan untuk ke cafe tersebut.
“Gimana rasa kopi di sana? Enak nggak? Menunya beragam nggak?”
“Iya enak kok, menunya juga macam-macam. Aku biasa di sana minum americano, hot matcha, atau coffee latte nya. Itu semua favorit aku sih untuk minuman, tapi kalau untuk makanan nya roti sama pisang bakar paling mantap sih, walaupun ada carbonara, dan lain-lain, yang dua itu nggak ada tandingnya,”
“Wah, aku bakal coba yang mana dulu ya? Menurut kamu menu apa yang mesti jadi menu perdana untuk aku cobain?”
“Kamu minta rekomen minum atau makan nya nih?”
“Hmm…dua-duanya deh,”
“Okay, kalau minuman, saran aku coffee latte dulu yang dingin, sekarang ‘kan masih panas nih hawa nya. Terus kalau makanan ya pilih aja antara dua favorit aku itu. Kamu lebih suka roti atau pisang? Tinggal pilih deh, terserah kamu,”
“Yah kamu nggak ngasih aku rekomen makanan, payah ah,”
“Itu udah aku kasih, Nin. Tapi kamu mesti pilih dulu salah satunya, Hahaha. Atau biar gampang pilih semua deh, daripada bingung ‘kan,”
“Nah itu kayaknya paling bener deh. Okay aku pilih dua-duanya. Kalau nggak habis, kamu yang bantuin habisin ya,”
“Tenang aja, kamu pasti bisa ngabisinnya. Karena itu enak parah, dan porsinya pas kok, nggak lebay, dan nggak pelit,”
Zeline lebih memilih untuk menjadi pendengar yang baik saja. Pantas disebut sahabat lama, terbukti dari obrolan mereka yang tidak ada canggungnya sama sekali, benar-benar akrab satu sama lain. Bahkan Anin tidak segan meminta Vindra untuk menghabiskan makanan nya kalau memang nanti tidak habis.
“Kamu seberapa sering ke sana?” Tanya Anin pada sahabatnya yang sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal.
“Ya kalau ada tugas aja sih,”
“Sama Zeline sering?”
“Iya lumayan,”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Suherni 123
malah di kacangin kamu zel
2023-10-10
0