“Kita nggak jadi berangkat ke sekolah bareng sama Anin, Vin?”
“Nggak, Anin ‘kan lagi kurang sehat. Jadi cuma kita berdua aja, tapi nanti pulang sekolah rencananya aku mau jenguk dia,”
Zeline menganggukkan kepalanya. Pantas saja ketika Ia masuk ke dalam mobil, tidak ada Anin. Tapi Ia pikir mungkin Anin akan dijemput setelah Vindra menjemput dirinya. Ternyata tebakannya salah. Vindra langsung menyetir mobilnya ke sekolah.
“Kamu mau ikut?”
“Boleh?”
“Ya boleh lah, masa nggak boleh. Kita jenguk Anin sama-sama nanti pulang sekolah ya?”
Zeline menganggukkan kepalanya. Jadi nanti pulang sekolah akan ada agenda bagi Ia dan Vindra yaitu mengunjungi Anin di apartemennya.
“Emang Anin sakit apa?”
“Demam sama pusing katanya,”
“Hmm, terus udah berobat ke rumah sakit?”
“Belum sih kayaknya. Aku saranin begitu, tapi dia bilang nanti-nanti aja. Bakal cepat sembuh,” ujar Vindra.
Vindra tidak terlambat menyarankan Anin untuk berobat ke rumah sakit. Tapi Anin menolak. Katanya, nanti juga sembuh sendiri. Yang penting sudah minum obat kata Anin.
“Kamu udah nggak marah lagi ‘kan sama aku?”
“Nggak,”
“Eh iya pizza semalam dimakan nggak? Jangan-jangan nggak ya? Aku sedih sih kalau nggak dimakan,”
“Apa sih? Orang aku makan kok. Semalam tuh aku lagi makan kentang di meja makan, terus tiba-tiba Mama datang dan Mama bawa pizza. Aku kira Mama yang beli tapi kata Mama dikirim sama kamu,”
“Tapi beneran dimakan?”
“Beneran lah, masa aku bohong,”
“Syukurlah aku senang kalau kamu makan pizza yang aku kirim itu,”
“Kamu nggak usah repot-repot ih,”
“Supaya mood kamu baik, Zel,”
“Emang aku badmood?”
“Iyalah, jelas-jelas kamu badmood. Aku emang salah sih tapi aku ‘kan udah minta maaf. Kamu bilang udah maafin aku, tapi tetap aja aku pengen mood kamu tuh benar-benar balik,”
Vindra mencubit pelan pipi Zeline yang langsung berdecak dan menghindar. “Fokus nyetir aja,” uhar Zeline dengan ketus.
“Masih pagi udah kesal aja sih,”
“Ih aku nggak kesal, lagian kamu ngapain cubit-cubit pipi aku sih?”
“Ya karena gemes, makanya jadi orang tuh jangan bikin gemes,”
Vindra tiba di area parkir sekolah. Setelah menempatkan mobil di posisi yang pas, Vindra langsung mengajak kekasihnya untuk keluar dari mobil.
“Halo, Zeline,”
“Hai, Ogi,”
Zeline membalas Ogi teman sekelasnya yang baru datang juga. Setelah menyapa, Ogi berjalan santai menuju kelasnya. Di belakang Ogi ada Zeline dan kekasihnya.
“Aku mau ambil buku nilai sama absen nih. Disuruh sama Bu Lena kemarin. Beliau pelajaran pertama,”
“Ya udah ambil aja, nggak usah nganterin aku kali,”
“Ya emang kenapa?”
“Nggak apa-apa sih,”
“Biasanya juga aku anterin,”
“Tapi kamu bilang, kamu ditugasin untuk ngambil buku nilai sama absen sama Bu Lena. Nanti takut keburu masuk lho, terus Bu Lena udah keburu datang ke kelas kamu,”
“Nggak kok, aku anterin kamu sampai kelas. Barusan udah ada yang nyapa tuh,”
“Ya emang kenapa? Ogi ‘kan teman sekelas aku dan kamu juga kenal kok,”
“Iya nanti kalau aku nggak anterin, lebih banyak lagi yang nyapa,”
“Jiahhh cemburu ya kamu?”
“Kalau iya emang kenapa?”
“Hahaha, santai aja. Aku ‘kan udah punya pacar, lagian Ogi juga tau kok. Ih kamu kayak baru kenal Ogi aja deh. Dia ‘kan anaknya emang friendly, siapa aja juga disapa sama dia, apalagi aku yang teman sekelasnya,”
“Aku masa nggak disapa ya? Aneh banget, katanya friendly,”
“Ya karena kamu bukan teman sekelasnya kali. Hahahaha, bercanda kok,”
“Lah, kata kamu tadi, Ogi friendly ‘kan? Siapa aja disapa? Aku masa nggak sih? Aku ‘kan jadi iri,”
“Karena muka kamu nggak ramah kali tadi,”
Vindra langsung menyentuh wajahnya sendiri. Ia tidak bisa tahu bagaimana ekspresi wajahnya tadi. Entah benar atau tidak wajahnya kurang ramah sehingga Ogi tidak menyapanya, dan hanya menyapa kekasihnya saja.
Setelah tiba di depan kelas Zeline, Vindra langsung pamit ingin ke ruang guru. Zeline mempersilahkannya. Ia tidak mungkin menahan kekasihnya untuk melaksanakan tugas, lagipula sebentar lagi bel masuk berbunyi dan Ia sudah harus berada di kelas.
“Zel, kemarin gue liat lo di kafe Ananta, gue pergis ama cowok gue,”
Begitu Zeline duduk, Zeline langsung diajak mengobrol oleh temannya yang bernama Alifa. Zeline tersenyum membenarkan. “Iya aku emang kemarin ke sana,”
“Sama Vindra ya?”
“Iya,”
“Tapi ada Anin juga ‘kan? Yang anak baru itu,”
“Iya benar,”
“Kok cepat dekat sama lo, Zel?”
“Ya karena dia sahabatnya Vindra jadi otomatis dekat sama Anin juga,”
“Cantik sih anaknya, tapi lebih cantik lo, Zel. Lo tuh cantik nggak bosenin, asli deh. Gue aja yang cewek udah punya pacar, naksir sama lo,”
“Eh Astaghfirullah jangan ngomong gitu ah. Kamu masih normal ‘kan?”
Alifa tertawa geli melihat ekspresi Zeline yang berubah kaget sekaligus panik. Padahal Alifa itu senang memuji Zeline karena memang kenyataannya Zeline memiliki paras yang cantik hingga membuat orang lain terpikat. Alifa yakin banyak yang terpikat tapi mungkin yang berani jujur hanya dirinya saja. Ia perempuan, tapi Ia tidak segan mengakui kalau Zeline itu cantik, Vindra memiliki sahabat yang cantik juga akan tetapi menurut Alifa, lebih cantik kekasihnya Vindra sendiri.
“Kenapa sih cowok harus ada sahabat cewek? Gue tuh nggak yakin ya cowok bisa sahabatan sama cewek!”
“Kamu ngomong apa sih, Lif?”
“Lo percaya nggak kalau cowok sama cewek itu bisa pure sahabatan tanpa ada rasa sedikitpun? Kalau gue sih nggak percaya, soalnya gue udah sering ngalamin. Pasti ada aja salah satu yang suka, atau malah bisa jadi tuh dua-duanya saling suka,”
Zeline melipat bibirnya ke dalam. Ia mulai paham arah pembicaraan Alifa sekarang. Alifa mempermasalahkan hubungan persahabatan antara Vindra dan juga Anin. Alifa dengan terang-terangan berkata bahwa Ia tidak percaya dengan adanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan sebab pasti akan melibatkan perasaan. Entah itu salah satunya yang terjebak dalam perasaan atau bisa jadi keduanya.
“Aku percaya kok sama Vindra. Lagian ya, Lif, Vindra sama Anin itu udah lama banget sahabatannya. Mereka ‘kan udah dari kecil. Malah kalau soal waktu, aku kalah lama sama Anin. Dia lebih lama ada di hidupnya Vindra ketimbang aku. Dan, orangtuanya Vindra juga sayang bangets ama Anin, karena orangtua Anin dan orangtua Vindra sahabatan juga,”
“Walaupun Anin udah lebih dulu datang di hidupnya Vindra, tapi ‘kan yang dicinta sama Vindra elo, yang diajakin pacaran sama Vindra cuma elo juga. Jadi nggak ada masalah soal siapa yang lebih lama dan siapa yang baru. Masalahnya di sini adalah, gue takut aja gitu, kalau si…sorry ya, Anin nya yang naksir sama Vindra, terus Vindra juga takutnya—“
“Nggak, aku percaya sama Vindra,”
Alifa menganggukkan kepalanya. Zeline adalah perempuan yang selalu berpikiran positif. Alifa yang malah khawatir, sementara Zeline biasa saja sebab Ia percaya pada Vindra, dan Anin.
“Lo kenapa positif thinking banget sih orangnya? Nggak pernah over thinking gitu?”
“Ya kalau mau suka sama suka mah udah dari dulu kali. Ngapain Vindra pacarin aku?”
“Ya karena Anin dulu nggak ada di dekat dia, dan sekarang mereka deketan,”
“Tapi mereka udah dekat dari dulu, cuma tempat sja yang jauh,”
“Iya udah ketemu mulu tiap hari, takutnya—“
“Alifa, jangan ngomong gitu deh. Aku percaya sama pacar aku. Kamu lagian aneh, kenapa tiba-tiba bahas mereka sih?”
“Karena kemarin gue liat Anin gangguin kencannya lo berdua Vindra,”
Zeline terperangah mendengar ucapan Alifa. Temannya itu salah paham. Mengira kalau Ia dan Vindra kencan, padahal tidak. Lagipula Ia juga dari awal setuju untuk ke kafe mengajak Anin.
“Kemarin itu aku nggak kencan. Emang si Anin yang ngajakin ke kafe. Terus ya udah deh, kita berangkat bertiga,”
“Ih jangan keseringan digangguin kalau lagi quality time. Gue kalau jadi lo sih udah risih ya,”
“Tapi ‘kan kemarin emang aku sama Vindra nggak lagi quality time. Mau pulang ke rumah, terus Anin ngajakin ke kafe. Ya udah kita bertiga ke kafe deh akhirnya,”
Tiba-tiba bel masuk berbunyi, dan Zeline langsung mengakhiri pembicaraan dengan Alifa. “Udah ya, jangan ngomongin hubungan aku lagi, Lif,”
“Okay semoga lo sama Vindra langgeng sampai nikah ya, Aamiin,”
“Hehehe jauh ya doanya. Tapi nggak apa-apa, doa baik mesti di Aamiin kan,”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Suherni 123
bener lif ga ada sahabatan yang pure antara cowok dan cewek
2023-10-10
0