“Zel, kok ngelamun? Kenapa lo?”
Zeline tersentak kaget ketika bahunya tiba-tiba ditepuk oleh seseorang, dan itu Arya, ketua kelasnya.
“Eh, Ar. Nggak apa-apa,”
“Awas ati-ati kesambet, inget nggak beberapa hari laku anak kelas lain kesambet roh halus,”
“Ih amit-amit, jangan sampe dong! Omongan tuh dia, jangan ngomong sembarangan deh,”
Arya tertawa melihat Zeline buru-buru menutup wajahnya dengan kedua tangan. Zeline berusaha untuk tidak teringat lagi dengan momen tadi yang lumayan membuat hatinya sakit.
“Ya ‘kan gue cuma ngingetin lo aja, Zel,”
“Ar, awas-awas,”
“Buset, pawangnya dateng. Okay deh, gue cabut,”
Arya yang semula menarik kursi supaya duduk di sebelah Zeline terpaksa harus pindah karena Vindra datang dan langsung menyuruhnya untuk menyingkir. Ia sebagai orang lain dalam hubungan mereka, tentunya langsung sadar diri. Ketika kekasihnya Zeline datang, maka waktunya Ia untuk menjauh. Tadi Ia hanya ingin menjadi ketua kelas yang baik saja makanya menghampiri Zeline yang kedapatan melamun, sementara teman-teman yang lain ada yang sibuk mengobrol, bersenda gurau, dan ada juga yang sibuk dengan ponsel.
“Zel, kamu marah sama aku?”
“Nggak, aku emangnya pernah marah? Kecewa iya,”
“Aku kasar ya tadi?”
Zeline tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Ia lebih baik langsung mendengar permintaan maaf ketimbang harus mendengar kata-kata seperti itu yang menyiratkan bahwa tak ada rasa penyesalan, atau rasa bersalah dari orang yang Ia anggap salah.
“Menurut kamu aja,”
Vindra menghembuskan napas kasar, kemudian Ia meraih tangan Zeline dan menggenggamnya dengan erat. Tapi Zeline langsung melepaskannya dan tersenyum.
“Aku minta maaf, kamu jangan marah lagi ya sama aku,”
“Aku nggak marah,”
“Iya kecewa maksud aku. Jangan kecewa ya sama aku,”
“Iya,”
“Kok singkat banget sih ngomongnya?”
“Ya aku harus ngomong apa, Vin? Aku ‘kan udah maafin kamu,”
“Aku bentak kamu ya tadi? Aku benar-benar spontan ngelakuin itu, aku nggak bermaksud, sumpah. Aku nggak sengaja ngeluarin nada yang tinggi pas ngomong sama kamu. Aku kaget liat kamu numpahin es teh itu dan akhirnya kena rambutnya Anin,”
“Vin, aku tuh nggak sengaja. Kamu tau arti kata ‘nggak sengaja’ kan? Aku benar-benar nggak sengaja. Aku nggak ada maksud untuk sengaja numpahin es teh ke Anin. Bahkan nggak ada kepikiran sedikitpun untuk ngelakuin itu. Ngapain sih aku jadi orang jahat? Dosa aku udah banyak, jadi ngapain aku nambah-nambah dosa yang disengaja,”
“Iya aku tau kamu nggak sengaja,”
“Tapi dari omongan kamu, kayak seolah-olah aku nih sengaja numpahin,”
“Kamu tuh ceroboh. Barusan kecerobohan kamu udah ngerugiin orang lain. Jadi tolong kurangin ya cerobohnya, kalau bisa dihilangin aja sekalian,”
“Ih emang siapa sih yang mau ceroboh? Aku juga—“
“Udah deh aku malas berdebat karena hal kecil kayak gini. Intinya kamu ceroboh. Aku ‘kan udah sering negur kamu yang suka ceroboh,”
Zeline berdecak pelan. Kemudian Ia menatap Vindra dengan tatapn kesalnya, “Jadi kamu nyamperin aku karena mau ngomelin aku? iya?”
“Lho, kok ngomelin sih? Aku nggak ngomelin kamu, Zel,”
“Yang barusan apa? Kamu ngomelin aku, Vin, kamu nyalahin aku atas kesalahan yang sebenarnya nggak sengaja aku lakuin. Lagian aku ‘kan udah minta maaf maaf sama Anin,”
Vindra tersenyum dan menghembuskan napas kasar. Ia beranjak berdiri dan mengacak lembut rambut kekasihnya.
“Aku juga minta maaf. Udah ya, jangan debat lagi,”
“Siapa yang ngajakin debat coba? Orang aku cuma jelasin sejujur-jujurnya. Aku nggak sengaja, tapi kamu langsung marah ke aku. Kamu nyamperin aku cuma mau ngomelin aku karena aku ceroboh,”
“Halo selamat siang,”
Vindra tak lagi mengatakan apapun karena guru bahasa inggris sudah masuk ke dalam kelas. Ia buru-buru mencium tangan guru itu, kemudian keluar dari kelas dimana kekasihnya belajar.
“Si Vindra bucin banget. Ngapain dia ke sini, Zel?” Tanya Bu Nuri pada Zeline yang duduk di baris kedua dari depan. Zeline sedikit memiringkan kepalanya supaya bisa menatap lawan bicara yang tak lain adalah gurunya sendiri.
“Ngobrol aja kayak biasa, Bu,”
“Kayak lagi berantem tapi, Bu,” ujar Arya yang langsung mengundang tatapan tajam dari Zeline. Arya tertawa dan menutup mulutnya.
“Ya maap,”
“Berantem kenapa? Apakah gara-gara cemburu? Hm… biasalah ya anak muda. Okay lah kita tinggal topik tentang Vindra. Sekarang kita mulai kuis yang Ibu janjikan seminggu lalu ya,”
*****
“Ih kok rambut lo basah sih, Nin? Kenapa tuh? Emang lo darimana? Di luar hujan ya?”
Baru juga Vindra duduk setelah dari kelas kekasihnya, tiba-tiba Cindra mendengar seorang teman perempuannya bertanya seperti itu kepada Anin yang rambutnya memang masih basah sebab habis dibasuh air tadi.
“Abis kena es teh,”
“Hah? Siapa yang guyur lo pakai es teh?”
“Bukan diguyur, Lena. Ini tuh nggak sengaja kena es teh,”
“Siapa yang ngelakuin?”
“Cewek gue, dia nggak sengaja dan dia udah minta maaf, Len,”
Vindra mengambil alih pertanyaan. Tanpa ragu Vindra mengakui kesalahan yang dilakukan oleh kekasihnya terhadap Anin.
“Ya ampun, ceroboh ya Zeline,”
“Nggak apa-apa, lagian udah dibersihin kok,”
“Kirain gue lo sama Zeline abis berantem,”
Anin mengernyitkan keningnya bingung. Mana mungkin Ia yang baru kenal dengan Zeline langsung terlibat pertengkaran.
“Yang ada, gue sama dia tuh bakal jadi sahabat, ya sama lah kayak gue sama Vindra,”
“Lo tau ‘kan kalau Zeline tuh ceweknya Vindra, berarti Vindra ada di tengah-tengah lo sama Zeline dong?”
“Iya gue tau, emang kenapa? Salah ya—“
“Ya nggak sih, cuma mau ngasih tau lo aja. Barangkali lo belum tau kalau Zeline sama Vindra tuh pacaran. Udah dua tahu deh kayaknya. Bener nggak, Vin?”
“Len, jangan bahas hubungan gue deh. Anin juga udah tau kok. Lo nggak jelas banget jadi ngomongin hubungan gue, padahal tadi lagi ngobrolin rambutnya Anin yang basah ‘kan,”
Lena yang mendapat teguran seperti itu dari Vindra langsung mencibir tak merasa bersalah. Lena sebagai orang yang tahu soal Vindra dan Zeline, hanya ingin berbagi informasi saja. Berhubung tadi lagi bahas Zeline yang tak sengaja menumpahkan es teh ke rambut Anin, jadi sekalian saja Ia bahas kalau Zeline itu kekasihnya Vindra, yang merupakan sahabat Anin.
“Masih untung gue kasih tau. ‘Kan barangkali Anin nggak tau. Sebenarnya bahaya sih ada cowok diantara dua cewek. Gue pernah ngalamin cowok gue direbut sama sahabat gue sendiri. Ya semoga aja baik si Anin sama Zeline baik-naik aja nggak ada konflik kayak begitu,” batinnya.
“Itu si Zeline sengaja kali numpahin es teh ke rambut lo, Nin. Dia cemburu kali, Hahahaha. Bercanda kok,”
“Heh, Tya. Zeline tuh cuma ceroboh aja. Jangan ngomong begitu. Tadi ‘kan juga udah dijelasin sama Vindra kalau pacarnya nggak sengaja. Orang Zeline sama Vindra udah dua tahun kok, jadi udah saling percaya lah. Iya ‘kan, Vin?
“Hadeh, lo berdua kenapa malah jadi ngerumpi sih?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Suherni 123
bener Len,,ga ada persahabatan yang murni
2023-10-10
0
Inasitinurhasanah
lanjut
2023-08-28
0